Rumah.
Seorang gadis manis melangkah keluar rumah setelah berpamitan kepada sang bunda. Ia mengeratkan jaket kulit yang ia pakai, tumben sekali pagi ni kota Bandung sangat dingin.
Karena sudah tidak tahan dengan suhu diluar, gadis ini mempercepat langkahnya menuju mobil yang terparkir di garasi rumah.
"Deepa."
Gerakan tangannya untuk membuka pintu mobil terhenti saat sang bunda memanggil namanya. Ia berbalik dan melihat bundanya berdiri di depan pintu rumah.
"Kenapa, bun?" Tanya Deepa.
Sang bunda tersenyum manis, "Nanti pulang sekolah langsung ke cafe yah, gantiin bunda handle. Soalnya sore bunda ada arisan."
Deepa mengangguk, "Ok." Katanya, lalu kembali pamit dan berangkat ke sekolah.
SMA NAWASEMA.
Setelah memarkir mobil, Deepa turun dan melakah ke dalam gedung sekolah. Sesekali ia menjawab beberapa orang yang menyapa dirinya.
"DEEEEPPPAAAAA"
Depa menoleh kebelakang, di sana ada seorang gadis manis berlari kecil mendekat padanya sembari melambaikan tangan. Deepa tersenyum, seseorang itu adalah salah satu sahabatnya, Clara.
"Jangan lari,Cla. Jatuh nanti" Peringat Deepa yang tanggap cenggiran dari gadis itu.
"Gak ada jatuh. yah udah yuk ke kelas." Ajak Clara. Lalu kedua gadis itu berjalan menuju kelas dengan di temani Clara yang bercerita mengenai crus gadis itu yang sudah memuliki kekasih.
Setiba di kelas mereka menuju meja mereka yang terdapat di belakang, kebetulan kedua gadis ini duduk bersama.
"Bener lohh, Dee. Hati gue sakit banget tau gak." Kata Clara masih dengan ceritanya tadi.
"Yah udah sih, mau gimana lagi. Lagipula lo itu cantik, manis, banyak yang suka." Kata Deepa.
Claara memasang wajah murung, "Tapikan gue maunya dia, Dee."
Deepa membuang nafas, "Terus lo maunya gimana? Jadi plakor?"
clara melotot ,"Gak lah anjer, yaaa kali. Gila aja lo."
Deepa tetawa melihat raut wajah sahabatnya, persis seperti cicak yang sering nangkring di pintu dapur rumahnya.
Tidak lama bel sekolah berbunyi, pertanda kegiatan ajar-mengajar segera di mulai. Jam pertama di kelas 11 IPS 1 adalah matematika, hampir seluru murid mengeluh karena Pak Fabby selaku pengajar mengadakan ulangan mendadak saat beliau masuk kelas.
"Jangan banyak ngeluh, gak baik. Ini juga untuk kebaikan kalian sendiri." Kata Pak Fabby, "Cepat ambil buku dan pena kalian."
"Bacot banget si botak." Cibir Clara, selaku salah satu haters guru matematika itu.
"Husss, gak baik lo ngomong gitu." Kata Deepa membuat Clara semakin memasang wajah kesal.
Deepa menoleh ke meja belakang, alisnya merengit saat melihat bangku itu masih kosong, "Cla, Dera mana, Cla?"
"Hah? Dera?" Ulang nya, Deepa mengangguk. Clara ikut menoleh, "Lah iya, si anjing kemana?"
Deepa melotot kecil, "Mampus, sumber contekan kita gak dateng." Kata Deepa panik, "Bolos ini pasti".
"Gimana dong cuk? Apa kita ikut bolos juga?" Usul Clara berujung mendapat toyoran kecil di kepalanya,
"Gimana caranya? Gila aja ide lo."
Dan pada akhirnya kedua gadis itu menghela nafas pasra, pasalnya pemuda yang menyandang gelar sahabat laki-laki mereka, sekaligus sumber contekan tidak ada di kelas.
Kantin Sekolah.
Deepa dan Clara lansung merebahkan kepala mereka di meja kantin yang berada di pojok, Deepa meletakan botol minuman dingin di kepalanya. Rasanya sebentar lagi otaknya akan terbakar, soal-soal yang pak Fbby berikan benar-benar diluar jangkauan mereka.
"Pak Fabby keknya gemar banget nyiksa murid pake soal dia." Kata Clara, rasa kesalnya terhadap guru itu meningkat berkali-kali lipat.
Untuk kali ini Deepa mengangguk setuju, "Bener. Keknya dia masih dendan prihal waktu itu."
Yang dimaksud Deepa adalah kejadian satu minggu yang lalu, dimana ketua kelas mereka Haikal Pratama berserta antek-enteknya mengerjai pak Fabby dengan meletakan lem di bangku guru, akibatnya celana guru botak itu bolong saat beliau memaksa berdiri. Dan dari saat itulah pak Fabby seperti menyimpan dendam terhadap kelas mereka. Terutama pada Haikal dan para sahabatnya.
Brakkkk...
"Oi, lamun aja heran."
Kedua gadis yang masih merebakan kepala mereka terlojak kaget dengan gebrakan meja, meskipun tidak terlalu keras tapi hal itu berhasil membuat Clara hampir jatuh dari kursi yang ia duduk.
Mereka mendongak dan melihat pelaku sedang tersenyum lebar. Ia adalah pemuda yang hilang dari kelas tadi, Dera.
Tanpa ba-bi-bu Clara dan Deepa melempar botol di tangan mereka ke Dera.
"Anjing lo yahhh, bolos gak ajak-ajak!" Marah Clara.
"Gak setia kawan anjer, cukup tau aja" Deppa mentap sinis pemuda itu.
Dera yang dianiaya melotot garang kepada kedua gadis itu, "Anjing lo berdua. Gue dah chat di grup ye babi, tapi kagak ada lo berdua respon."
Kedua gadis itu segera melihat hp maing-masing untuk membuka room chat mereka, benar saja di sana ada chat masuk dari Dera sekitar jam enam nol nol mengajak mereka berdua bolos kelas pertama. Kedua gadis itu tertawa kikuk dan meminta maaf pada Dera yang balik merajuk.
"Yeyy salah lo juga, siapa suru gak telfon." Ucap Deepa yang di hadia lemparan botol oleh pemuda itu.
"Kalo dah salah yah salah aja, jangan ngeles." Kesal Dera.
"Bacot, pokonya lo yang salah." Kata Clara tidak mau disalahkan.
Dera mencibir, tidak mau pusing dengan kedua sahabatnya pemuda ini berdiri untuk memesan makanan mereka.
"Btw Der, lo bolos kemana tadi?" Tanyak Deepa saat Dera baru saja kembali .
"Gue di cafe bang Rain tadi bareng Haikal." Katanya, "Oh iya dapat salam dari bang Rain, suru lo berdua kesana nanti."
"Kapan?" Tanya Clara.
"Kapan aja kalo ada waktu." Jawab Dera sambil memakan baksonya.
"Entar?" Usul Clara.
"Gue gak bisa kalo entar, gantiin unda handle cafe." Kata Deepa.
Dera merengit penasaran, "Bunda kemana emang?"
"Biasa, arisan."
"Lah iya bener, mama juga bilang gitu tadi." Kata Clara yang baru ingat.
"Nanti nongki cafe lo aja lah, Dee. kapan-kapan baru di cafe bang Rain." Usul Dera akhirnya. Kedua gadis itu hanya mengangguk.
*****
PUBLIKASIH : MINGGU, 16 APRIL 2002
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana || 'Bandung Kala Itu'
Random"Terimakasih sudah berjuang sampai akhirnya memilih menyerah."