komedi putar biru

11 2 0
                                        

bocah laki-laki itu duduk manis di sebuah bangku kayu. meniup-niup bunga yang sudah layu adalah kebiasaannya sejak dulu. kedua kakinya ia goyangkan untuk mengusir rasa kebosanan. sembari menunggu sang kakak datang.

"adyatama! kemari!" panggil seseorang yang berhasil membuat mata bocah laki-laki itu merasa terpanggil.

kakinya berlari kecil seiring dengan daun-daun kering yang berjatuhan dari pohonnya. senyum terbit saat ia melihat sang kakak menggenggam dua es krim rasa coklat kesukaannya. 

"ini satu untukmu dan satunya untuk kakak, ya?" 

tama pun mengangguk lucu. ia meraih es krim coklat dari tangan kakaknya dan mulai memakannya dengan senang. 

"kamu tahu kan, hari ini kakak mau ajak kamu kemana?" 

bocah dengan mulut yang belepotan dengan noda coklat di sekitar bibirnya. ia menganggukan kepalanya lagi dan mengayunkan tangannya membentuk wahana komedi putar dengan kuda-kuda yang ia bentuk sedemikian rupa. 

"haha, tepat sekali! ayo, habiskan es krimnya dan kita bergegas ke pesta di tengah kota."

tangan besar kakaknya meraih tangan kecil di sampingnya. menggenggam erat dan hangat membuat hati tama menghangat pula atas perlakuan kecil dari sang kakak.

air wajah adyatama kecil menjadi sangat cerah. netra matanya berbinar dengan terang melihat pesta yang diadakan di tengah kota saat ini.

tangannya ia eratkan di tangan sang kakak tanda ia gugup dengan banyak orang yang berlalu lalang disini. 

"wah, kak! lihat itu! lihat itu!" ucap tama dengan riang dan semangat.

tubuh bocah laki-laki itu melompat lompat kegirangan melihat layangan berbentuk kelinci, hamster, dan hewan-hewan lain yang menciptakan seulas senyum di wajah tama.

"hahaha, kamu lucu sekali! Ayo, kita kesana dulu. Kamu masih lapar, 'kan?" ujar kakaknya sembari mengusap lembut rambut adiknya.

tama mengangguk kembali. tidak terhitung sudah berapa kali ia mengangguk di hari yang indah ini. ia senang dan memakan seluruh donat-donat yang dibelikan oleh kakaknya. coklat adalah rasa favoritnya.

semuanya berjalan lancar dan senang. jiwa adyatama merasa sangat tenang dan gembira tentunya. tak hanya itu, senyum tampan nan gembira dari kakak tersayangnya juga membuatnya menjadi lebih bahagia.

"sudah?" tanya kakaknya yang sudah menyantap habis donat miliknya.

"sudah! ayo! kita bermain di komedi putar itu!"

tempo detak jantungnya sudah tidak beraturan. matanya menatap fokus ke komedi putar yang sedari dulu ia idam-idamkan untuk ia naiki. tama sangat bersyukur memiliki kakak yang selalu ada untuknya dimanapun dan kapanpun.

adyatama pernah melihat kakaknya yang bekerja keras di toko roti milik nona moussie untuk membantu dalam membuat roti hangat dan melayani para pelanggan yang selalu datang. toko roti milik nona moussie itu sangat ramai terutama pada hari libur. 

tak hanya membantu di toko roti nona moussie, kakaknya juga pernah bercerita sebelum tidur, jika ia membantu para kurcaci di hutan untuk membantu menebang pohon dan membuatkan mereka rumah untuk menjadi tempat berteduh. tama yang masih kecil itu pun sangat terhibur mendengar hal itu.

sekarang, kedua kakinya ia langkahkan dengan perlahan tapi pasti menuju gerbang masuk komedi putar itu. bahkan, detail dari hiasan kuda-kuda disana lebih indah daripada dilihat dari jauh! 

"kak, aku tidak sabar!" 

"kamu tunggu disini ya, kakak ma-"

"hei! awas!"

tiba-tiba ada seseorang membawa tas hitam besar menabrak sang kakak yang ingin pergi membeli tiket. namun, di seberang sana terlihat seseorang memegang pistol dan siap untuk menembak.

DOR! 

suara pistol terdengar sangat kencang. bocah kecil itu menutup telinganya, ia langsung tidak dapat mendengarkan apa-apa dalam sesaat. kepalanya terasa pening bukan kepalang. namun, suara teriakan orang-orang masih terdengar jelas di alat pendengarannya.

peluru itu tidak tepat sasaran.

"kak? KAK!"

tak selang lama kemudian, ia melihat sang kakak yang terbaring lemah di tanah dengan bagian dadanya yang mengeluarkan darah. tama kecil berusaha untuk memberhentikan pendarahan itu namun tidak berhasil.

"TOLONG! TOLONG!" 

sekencang apapun ia berteriak, orang-orang masih sibuk dengan menyelamatkan diri mereka. disini, tubuh tama dan kakaknya menyentuh bumi yang ikut berduka pun menurunkan hujannya yang cukup deras. 

tangisan dari sang adik masih terdengar sangat keras. berduka atas hilangnya sang kakak tersayang. membuatnya tidak selera lagi menatap si komedi putar yang usang itu. 

biru. semenjak itu, semua menjadi biru.





 


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

temaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang