Prolog

78 2 0
                                    

Alferza Bagaskara. Nama dari seorang remaja gila akan balapan liar, merokok dan tawuran, orang itu terlihat menemani keponakan nya yang mengajaknya ke Gramedia untuk membeli sebuah buku.

Keponakan nya ini terlihat sangat excited sekali saat mencari berbagai novel yang bergenre romantis. Tingkahnya yang agak-agak membuat Alferza menatap keponakan nya itu dengan datar.

"Apaan sih bocil, gini doang senengnya bukan main." Ujar Alferza sembari melirik ponakannya yang bernama Felis.

"Yang om om ngga di ajak sih."
Alferza melotot mendengar ucapan Felis yang memanggilnya om om.

"Enak aja, umur gue masih 18 tahun ya."

Felis sendiri merasa bodo amat dengan perkataan pamannya yang muda, ia lebih memilih untuk fokus mencari novel-novel bagus yang terpajang apik di depan mata.

Alferza yang merasa bosan pun mencoba untuk mencari sebuah buku yang menarik minatnya, namun sedari tadi yang ia temukan hanya novel bergenre romantis, dengan alur yang mirip dengan drama Indosiar di televisi.

"Jatuh cinta pada suami orang.. anjir pelakor." Komen Alferza menatap horor pada novel tersebut.

Memang ada banyak yang bagus, namun mata Alferza selalu melihat novel dengan judul seperti drama Indosiar di tv. Sementara Alferza sendiri haters drama Indosiar, jadi kemanapun jika Ferza melihat ada drama Indosiar, maka kata-kata pedas pun keluar.

Alferza kemudian menemukan jejeran novel dengan genre fiksi remaja, ada banyak juga yang masuk dalam kriteria seorang Alferza, dan lelaki itu menemukan sebuah cerita novel yang bergenre fiksi remaja dan sedikit bumbu-bumbu romantis.

Dari covernya sangat terlihat jika buku ini menceritakan sebuah geng motor besar, karena tertarik maka Alferza membawa buku itu dan segera membayar saat di rasa ponakannya juga sudah selesai memilih buku.

Malam harinya, Alferza merasa bosan karena handphone nya yang di cas, dan keadaan rumah yang lumayan sepi. Pikiran nya kemudian tertuju pada novel yang tadi siang ia beli.

Dengan segala penasaran, akhirnya Alferza memutuskan untuk membaca buku itu dengan khidmat tanpa merasa terganggu sama sekali. Dari awal saat perkenalan, kemudian hingga permasalahan konflik dan akhirnya ending.

Dalam sekejap buku yang terbungkus rapi di tangan Alferza berubah menjadi sobekan buku yang sangat berantakan. Alferza juga melempar buku itu ke dalam tong sampah karena merasa emosi dengan jalan cerita novel tersebut.

Bukannya nggak menghargai, namun jalan cerita di sana sangat menunjukkan sisi menye-menye si male lead yang di manjakan bahkan di perlakukan seperti bayi, namun yang membuat emosi adalah, dia adalah anak adopsi!

Dan anak kandung mereka bahkan terlupakan, dari yang tertua hingga yang bungsu. Terlupakan! Untuk apa capek-capek skidipapap tapi yang di sayang malah si anak adopsi? Minimal nggak usah sampai hamil kalau semisal cuma mau enak nya doang.

Rada gendeng memang.

Parahnya lagi, si bungsu yang entah kenapa mempunyai nama mirip Alferza mati mengenaskan di tangan si anak adopsi, karena alasan tak sengaja tertabrak di saat dirinya sedang berkendara. Bodohnya lagi, kedua orang tua itu bahkan percaya pada omongan si anak adopsi.

Kedua kakak kandung si anak bungsu ini tentu saja tak terima, mereka merasa bahwa orang tua mereka tidak lagi menyayangi mereka, dan memilih untuk pergi menjauh, membiarkan kedua orangtuanya bahagia dengan si anak adopsi.

Tunggu. Bukankah ini tadi bergenre fiksi remaja? Lalu kenapa malah cerita nya seperti ini?

"Anjir.. gue di bohongi sama cover." Ucap Alferza sedikit emosi.

This Is ALFERZA LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang