Nukleus 1

3 2 0
                                    


Raden ayu Anggraeni.

Hari ini bulan Maret di Korea Selatan.
Dan musim semi pun telah tiba.
Suhu di negara gingseng itu mencapai sekitar 18° Celcius menjadikan udara terasa cerah dan sejuk.

Kini perjalananki bernama lengkap Raden Ayu Anggraeni atau biasa di panggil Rara atau Roro di kampung halamannya tampak mengukir seulas senyum yang menawan di bibir kecilnya.
Menatap elok jalanan dengan taburan pohon yang mulai bermekaran kuncup daunnya di setiap pinggir jalan.

Kini pandanganku menyapu ke arah jalanan untuk mencari taxi yang lewat.
Sesekali mataku menyipit kala sang Surya menyilaukan mataku hingga pandanganku tertuju pada sebuah mobil berwarna biru dengan tulisan taxi melaju ke arahnya.
Dengan segera tangan kananku melambai memanggil
" Taxi!, Taxi! "

Mobil itu terhenti di depanku, aku bernafas lega akhirnya aku berhasil memberhentikan mobil itu.
Dengan cepat aku mencari ponselku di tas ku lalu menunjukan sebuah alamat kepada supir itu.

"Excuse me, could you drop me off at this address?."

Mendengarkanku berbicara dengan bahasa Inggris membuat supir taxi itu mengerutkan dahinya dalam. Ia terdiam kemudian menggeleng

" joesonghabnida, jeoneun yeong-eoleul hal su eobs-seubnida.(maaf, saya tidak bisa bahasa Inggris) "

Aku mendengus kecil, aku lalu menggeser layar ponselku mengetik sesuatu.
Lalu memperlihatkan ke arah supir taxi tersebut.

Setelah membacanya, supir taxi itu mengangguk antusias ia kemudian mempersilahkan aku masuk di kursi penumpang.

Dengan sopan aku tersenyum dan membungkuk hormat. Itulah salam hormat menurut budaya Korea. Kemudian aku masuk di dalam mobil dan mulai duduk di kursi, merilekskan tubuhku setelah berdiri cukup lama untuk mencari taxi.

Alasan supir taxi itu mengangguk dan mempersilahkan aku untuk masuk di dalam mobil karena aku mengetik apa yang aku ingin katakan dengan bahasa indonesia ke bahasa Korea dengan aplikasi translate. Aku memang sengaja mendownload aplikasi itu sebelum meluncur ke Korea untuk berjaga-jaga.

Bukan karena aku tak faham ucapan mereka, aku sedikit memahami bahasa Korea tapi tidak dengan lidahku saat mengucapkannya.
Entahlah ini sangat membingungkanku, aku faham apa yang mereka ucapkan tapi aku sendiri tak bisa berbicara dengan bahasa korea.

I'ts okay, aku akan membiasakan lidahku saat ini.

Aku senang ternyata supir taxi itu sangat pengertian. Ia menyadari kesuntukanku dan memutar musik di mobilnya.
Mendengar suara nyanyian dengan bahasa korea yang begitu indah membuat suasana hatiku bertambah tenang dan perjalanan menjadi tak se-hening tadi karena aku dan pak supir berbeda bahasa.

Aku tersenyum menatap suasana kota Seoul dari jendela, berharap hari-hari yang akan aku lalui di sini baik-baik saja.

Aku tak akan pernah berhenti bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah kepadaku.

Setelah melewati beberapa gedung dan tempat akhirnya aku sampai di apartemen tempatku tinggal.

Aku turun dari mobil setelah membayar taxi lalu berterima kasih kepada supir taxi dengan cara membungkuk.
" Thank you, "

Supir itu hanya mengangguk ramah kemudian melesat pergi dengan taxinya.

Aku membalikan badan, berjalan memasuki lobi apartemen.
Di sana sudah ada seorang wanita dengan rok berwarna abu-abu di atas lutut dan crop top putih yang  mengakses bebas perut wanita itu.
Aku sedikit terkejut akan gaya pakaian wanita itu, sangat berbeda sekali setelah aku bertemu dengannya terakhir kali.

story' of seoul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang