Telan semuanya! Tidak boleh ada yang tumpah!

6.1K 84 12
                                    

Leo berkata dengan nada menggoda dan mengejek, "Pak, tunjukkan padaku betapa patuhnya kamu. Berlutut di depanku dan ciumlah kakiku untuk menunjukkan kerendahan hatimu."

Leo merasa deg-degan juga mengatakan hal itu kepada Pak Toro.

Toro, dengan perasaan campur aduk, patuh berlutut dan mencium kaki Leo. Ia merasa hina, namun di saat yang sama, ada kepuasan terselubung dalam penyerahan dirinya.

Leo merasa begitu berkuasa melihat mantan pria berotot setinggi 180 cm itu bertekuk lutut dihadapannya. Ia merasa kebahagiaan yang mendalam, seperti ombak yang bergulung-gulung di lautan luas, mencapai puncaknya saat Toro menyerahkan diri sepenuhnya.

Untuk menambah ujiannya, Leo menyuruh Toro mengambil cambuk dari kopernya, dan mulai mencambuki Toro ketika Toro sedang menyembah kakinya.

Toro merasakan setiap sentuhan cambuk yang mendarat di punggungnya. Kedengaran suara cambukan yang lembut namun tegas, membuat Toro menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit dan perasaan hina yang melanda dirinya.

CTAR!!! CTAR!!! CTAR!!!

"Bagaimana rasanya, Pak?" tanya Leo sambil menatap Toro dengan tatapan yang dingin dan dominan. "Apakah kamu merasa cukup hina menjilati kaki tuanmu ini?"

Toro menatap Leo dengan pandangan yang penuh penyesalan dan ketaatan. "Ya, Tuan Saya merasa hina, tapi saya rela melakukan ini demi membuat kamu bahagia."

Nice! pikir Leo.

Leo tersenyum puas mendengar jawaban Toro. Ia mencambuki punggung Toro beberapa kali lagi, semakin keras dari sebelumnya. Toro menahan rasa sakit yang menjalar di punggungnya, mencoba menunjukkan betapa ia siap menerima hukuman yang diberikan Leo.

"Saya ingin kamu merasakan setiap cambukan ini, Toro," kata Leo dengan suara tegas. "Saya ingin kamu mengerti bahwa kebahagiaanmu hanya dapat tercapai melalui ketaatanmu kepada saya."

Toro merasakan perasaan campur aduk di dalam dirinya. Di satu sisi, ia merasa hina dan terhina dengan perlakuan yang diterimanya. Namun, di sisi lain, ia merasa puas karena bisa membuktikan ketaatannya kepada Leo, pria yang telah ia puja-puja.

Toro menjawab dengan suara bergetar, "Ya, Tuan. Saya mengerti, dan saya akan patuh kepada Tuan sampai akhir."

Leo tersenyum mendengar jawaban Toro yang tulus. Ia melepaskan cambuk dari tangan kanannya, kemudian mengusap lembut punggung Toro yang sudah memerah akibat cambukan tadi. Toro merasa tenang saat merasakan sentuhan lembut Leo, meskipun punggungnya masih terasa sakit.

Setelah itu, Leo menyuruh Toro untuk bangkit dan mendekat. Mereka saling menatap dalam-dalam, lalu mulai berciuman dengan penuh gairah. Di tengah kehangatan ciuman tersebut, Toro merasa seperti sedang terbang di awan, terbuai dalam perasaan baru yang menakjubkan dan memabukkan. Perasaannya bercampur antara ketakutan, kegembiraan, dan harapan akan petualangan yang akan mereka lalui bersama dalam dunia yang baru dan penuh misteri ini.

"Sekarang, aku ingin melakukan hal yang sudah dari sejak pertama kali aku melihatmu, coba gunakan otot dadamu untuk memberi kenikmatan pada kelaminku." kata Leo, ia duduk di atas kasur dengan posisi agak terentang. Memamerkan kelaminnya yang sudah berdiri tegak dengan kokohnya.

Leo merasa hatinya berdebar kencang saat Toro menempelkan dadanya, menempatkan kelamin Leo di antara kedua dada besar dan kekar miliknya, lalu mengencangkan otot dadanya hingga terlihat lebih jelas, menjepit kelamin Leo diantara kedua gunung kembar itu.

Leo merasakan tubuhnya terbakar oleh panas yang dihasilkan oleh otot-otot Toro yang mengencang, dan dia merasa seperti sedang diambang kenikmatan yang besar.

Melindungi & MelayaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang