Your Not Alone

38 5 13
                                    

 

   Hembusan angin menerpa bulu-bulu oranye nya, menikmati pemandangan dari atas sembari mengawasi sekitar. Itulah yang sering di lakukan oleh Monkei King, sang Legenda.

  Tidak banyak yang bisa dia lakukan, menaiki awan dan mengamati sekitar. Pun jika ada yang bisa dia lakukan, pasti bisa di serahkan pada Mk atau menyelesaikan nya sendiri dengan kekuatan yang dia miliki.

  Sudut pandangan yang berkata lain memang jauh dari kenyataan. Orang-orang menganggap Sun Wukong menjadi panutan kebanggan mereka. Setiap sorak-sorai selalu ada kala menyambut kedatangannya.

  Namun zaman dan periode sudah berganti, ada sebagian orang yang menganggap bahwa Monkei King tidak lebih dari hanya sekedar cerita buah bibir saja. Ada pula yang masih memercayai keberadaan nya meski lewat cerita legenda.

  Tetapi sejauh manapun dia menyangkal, pasti tidak lah lebih dari omong kosong belaka.

  Mata emasnya menatap pemandangan dengan tatapan bosan. Sudah lama sekali rasanya, semenjak berpisah dengan teman lama. Monkei King tidak merasakan kebersamaan lagi. Dia merasa bosan dan kesepian.

  Meski sudah di temani bayi  monyet-monyet, tetap saja merasa kesepian. Ada kalanya mereka membutuhkan me time bukan?

  Dari karena itu, Monkei King memutuskan untuk mencari kesenangan sendiri. Meski berakhir mengamati sekitar dan memastikan keamanan kota terjaga.

  Terkadang Sun Wukong sering memikirkan berbagai kemungkinan bahwa dirinya tidak akan di anggap lagi sebagai pahlawan melainkan Mk lah yang akan di anggap pahlawan besar di kota Metropolis.

  Pandangannya bergerak memandangi tangannya. Perlahan mengepal dengan kuat. Sekuat apapun dirinya pasti tidak jauh dari kata kesepian.

  Kekuatan immortal yang didapatkan dari memakan semua buah persik keabadian. Membuat Monkei King tidak terkalahkan. Melawan penjahat bahkan melawan penguasa kegelapan dapat teratasi dengan mudah.

  Namun, semua itu tidak akan ada gunanya. Manusia yang selama ini menjadi temannya akan termakan usia lalu meninggalkannya. Hela napas keluar dari mulut sang Kera.

  Memikirkan akan ditinggalkan muridnya pun pasti akan membuatnya sedih dan merasa kesepian. Apakah dia harus mengeluarkan kekuatannya dan memberikannya pada orang lain?

  Ataukah dia menyimpan kekuatannya saja dan berlaga tidak ada?

  Pertanyaan yang semakin di pikirkan membuat Monkei King menghela napas.

  Melamun lama membuat sang Legenda tidak menyadari keberadaan seseorang. Hembusan angin dari belakangnya membuat Sun Wukong tertawa.

  "Hahahah, kau kenapa ke sini,Peach?  Sedang bersantai?"

  (Name) mengangkat bahu. " Begitulah. "

Monkei King terdiam sejenak sebelum menyeringai. "Apa jangan-jangan kau ke sini karena khawatir dengan ku?"

  "Ih, ger. " (Name) mendelik.

  Matanya menatap langit oranye sembari membalas. " Aku ke sini karena Mk menyuruhku mencari mu. Makanya aku ke sini."

  Perlahan Hoverboard yang di naiki (Name) mendesis. Turun dan mendarat sempurna. "Kau kenapa?"

  Monkei King menghela napas." Tidak ada."

  "Benarkah? Kedengarannya seperti 'ada' apa."

  Sudut bibir Monkei King terangkat. Jawaban yang di keluarkan oleh Gadis itu seakan melesat tepat pada target nya.

Hening menyelimuti suasana mereka, menikmati pemandangan dalam diam. Sampai Sun Wukong menghela napas, menatap (Name).

  "Jujur, aku agak bingung memulainya dari mana. Tetapi, ada beberapa hal yang memang selama ini aku sembunyikan dari kalian. Aku tidak pernah berani mengungkapkannya dan mengambil kebohongan sebagai jalan pintas dari masalah yang aku alami.

  Aku kira selama ini aku bisa bertahan... Nyatanya sama saja. Bahkan beberapa kali aku mencoba untuk tidak mengingat masa kelam lagi ... Tapi itu hanya akan memperkeruh keadaan. Peach, jika kau di hadapan kan dua pilihan. Antara mau melindungi diri sendiri atau menjauhi keramaian untuk melindungi orang lain. Mana yang akan kau pilih?"

(Name) terdiam, dia menatap Monkei King dalam diam. Tidak tahu apa yang di pikirkan Sang Legenda. Meski dalam tatapan wajahnya tersirat rasa kesedihan yang mendalam, tetapi di sembunyikan oleh senyum kekosongan yang merekah pada bibirnya.

Jika dia diberikan pilihan lebih, (Name) tidak akan memilih apapun. Atau lebih tepatnya, dia tidak mau memilih kedua pilihan tersebut. Karena tahu dampak yang terjadi jika gegabah dalam memilih pilihan.

Tetapi di sini bukan lah alur yang dia inginkan, dia harus memilih atau situasi yang akan membuatnya dipilih. Dihadapkan pilihan yang rumit bukanlah suatu hal yang biasa untuk dihadapi.

  Dalam sekali tarikan napas, (Name) menjawab.

 
  "Kau kesepian'kan, Wukong?"

  Mata emas itu membulat sempurna. Mulut Monkei King terbuka, berusaha menyangkal. Tetapi kalah cepat dengan (Name) yang meneruskan kalimatnya.

  "Untuk apa berbohong demi menyembunyikan rasa kesepian mu itu? Untuk apa pula jika kau berada di dekat seseorang yang berarti dalam kehidupan mu, masih merasa kesepian? Apa itu belum cukup? Kau mau mencari tempat untuk bersandar selamanya?"

  Monkei King terdiam, lidahnya seakan keluh untuk menyangkal semua kenyataan yang dikatakan oleh Gadis berambut (H/L)(H/C) itu.

"Jika kau merasa demikian, ajak kami. Kami akan membagi perasaan mu itu satu persatu sampai tidak ada sisanya lagi di dalam hatimu. Biarkan kami rasakan apa yang kau rasakan. Karena kami teman mu, sahabatmu, keluargamu. Pun kau bisa memanggil kami sebagai rumah keduamu.

Mungkin masalah yang kau hadapi, lebih kompleks dari yang di lihat. Tetapi apa pun itu--"

  Tangan (Name) bergerak, menyelimuti tangan Sun Wukong. Menggenggamnya erat. Mata (E/C) menatap Monkei King dengan penuh keyakinan.

  "Kita akan lalui bersama."

  The end

Minal Aidin Wallfaizin. Mohon maaf lahir dan batin.

Btw maaf nunggu lama, aku lagi mencari ide untuk kelanjutan cerita cringe ini Ygy.

LEGO MONKEI KID ONE SHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang