Bagian 1#

10.3K 58 2
                                    

Sore itu pasangan muda mudi Galih dan Dian sedang duduk santai di pelataran rumah yang asri dan cukup megah. Rumah Dian. 

"Gak nyangka ya mas seminggu lagi kita hehe." Kata Dian tersipu malu.

"Hahaha iya dek, semoga lancar yah. Semua udah kita persiapkan dengan matang, tinggal nanti acara besarnya. Semoga." Ucap Galih sambil menggenggam tangan sang pujaan hati.

Sudah hampir 2 tahun lamanya pasangan ini memadu kasih, berpacaran dari masa pendekatan beberapa bulan. Langsung cocok dan langsung berkomitmen. 

Galih adalah salah satu karyawan di perusahaan tempat Ayah Dian bekerja. Bukan bos langsung, tapi memang pangkat ayah Dian lebih tinggi di dalam perusahaan itu. Di salah satu family gathering 4 tahun silam mereka tak sengaja bertemu. Lebih kepada di jodoh jodohkan tepatnya. Eh malah jadi beneran. 

Orang tua Dian langsung setuju, apalagi Pak Agus mengetahui bagaimana etos kerja Galih. PDKT beberapa bulan dan mereka resmi pacaran. 

"Perlu dipingit nda si Dian, hmm?" Ucap Bu Gita Ibu Dian yang sore itu tiba tiba ikut nimbrung di teras rumah yang cukup besar itu. 

"Aduhh Buuu ngga usah lahh, malah kangen nanti sayanya." Ucap Galih sambil bercanda.

"Ya itu! Bener itu! Bisa bikin kangen! Itu yang penting" Ucap Bu Gita makin semangat dan ikut duduk di slaah satu kursi di teras itu. 

"Halah bu ahh gausah lah, ribet." Ucap Dian sekarang.

"Kan tinggal nda ketemu saja lho, seminggu aja." Kata Bu Gita.

"Emang bener gitu adatnya? Gaada pantangan pantangan lain?" Ucap Galih penasaran.

"Nda tau sih ibu hehe." Kata Bu Gita sambil cengengesan.

"Halah, malah ngawur malah nyalahin adat nanti. Mending yang sederhana aja ya Bu." Ucap Galih.

Memang Bu Gita ini sudah sangat akrab dengan calon menantunya ini, sama sama suka bercanda dan sama sama doyan kue apem. 

"Bapak masih belum pulang Bu?" Tanya Galih ke calon mertuanya.

"Nda tau juga tuh, tadi cuma pergi belanja bentar kok malah sampe sore ngga pulang pulang." Ucap Bu Gita sedikit kesal. 

Tak berlangsung lama, yang tengah di bicarakan pun datang. Suara motor matic mendekat ke rumah ini, terlihat pria dengan perawakan besar,garang, berotot dan brewok masuk ke dalam rumah, di balut dengan helm bawaan sepeda motor itu. Pak Agus. 

"Wahhh apa nih sore sore rame di depan rumah gini." Ucap Pak Agus setelah mematikan mesin motor dan menyangkutkan helm di salah satu kaca spion. Terlihat juga tentengan tas belanja yang penuh di tangan kirinya. 

"Dari mana aja sih lama bener belanja doang." Ucap Bu Gita kesal.

"Ya belanja lho, cari ini cari itu, nih list yang dari ibu aja sepanjang ini, mana bisa secepat itu, supermarketnya aja luas." Kata Pak Agus sambil menunjukkan selembar panjang kertas bertuliskan barang barang yang sudah di coret oleh Pak Agus, pertanda barangnya sudah dibelinya. "Itu aja masih ada di motor belum kebawa." Ucapnya lagi, menunjuk belanjaan yang masih ada di motor. 

Galih langsung berdiri dan mendekat. "Mana pak, saya bantuin." Ucap Galih sambil berjalan ke motor.

"Nah gini nih, calon mantu yang baik." Ucap Pak Agus memuji Galih. Galih bangga mendengarnya.

Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah, masing masing menenteng tas belanja. Pak Agus berjalan di depan dan langsung menuju dapur, diikuti oleh Galih di belakangnya. Tas belanjaan itu di taruh di atas meja makan, yang langsung diikuti oleh Galih. 

Belum sempat Galih balik badan, tangan pak Agus langsung meremas pantat Galih dengan keras. 

"Akhh pak." Lenguh Galih.

Dibalikkannya badan Galih menghadap Pak Agus dan langsung di lumat habis bibir itu. Kasar dan singkat, cukup membuat galih gelagapan. 

"Inget nak, wanita suka di kasih kejutan." Ucap Pak Agus sambil tersenyum.

"I iya pak." Ucap Galih salah tingkah. 

Mereka berdua saling tatap sampai terdengar suara langkah seseorang yang mendekat ke arah dapur.

"Pakk kangkungnya langsung dimasukin ke kulkas aja ya, paling dimasaknya besok." 

"Iya ibukkk." Pak Agus langsung mendekat ke arah Bu Gita, memeluknya dan mengecup bibir istrinya cepat. 

"Aduhh bapak ahh malu dilihat si Galih." Ucap Bu Gita salah tingkah, persih seperti Galih tadi. Mukanya memerah.

"Ndapapa dong buk, kan galih mau jadi anak kita juga habis ini, ehh sekarang pun udah kita anggap anak sendiri kan." Ucap Pak Agus. 

"Yahhh kalo itu sih ibuk setuju." Lalu Bu Gita pun menepuk lengan Galih pelan sambil tersenyum lalu berlalu pergi kembali ke depan. 

"Kamu itu udah kami anggap anak kami sendiri sejak kamu pacaran sama Dian lih." Ucap Pak Agus.

"Iya pak hehe makasih." Galih senang luar biasa. Seminggu lagi mereka akan benar benar menjadi keluarga. 

Pak Agus berjalan mendekat tepat di depan badan Galih. "Udah siap pelajaran keduanya?" Ucap Pak Agus pelan.

"Malam ini, pak?" Tanya galih, jantungnya berdegup semakin kencang semakin lama Pak Agus menatap matanya.

"Iya lih, malam ini." 

"Galih akan siap siap, nanti Galih ke tempatnya langsung ya pak." Ucap Galih.

"Bapak udah pesen barusan, di hotel yang sama seperti kemarin ya, nanti kamu check in dulu." 

"Iya pak." Degupan jantung Galih makin kencang, menjalar ke seluruh tubuhnya sampai sang junior ikutan bereaksi. Gambaran kejadian sebelumnya memenuhi otak Galih, membuat kontolnya tegak seketika. 

***

Bisa Cek KaryaKarsa ya!
Link di Bio!

(LMP) Latihan Malam PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang