Bab II

5 0 0
                                    

Cerita ini diambil dari sudut pandang Hana

Tepat pukul 07.30 bel sekolah berbunyi menandakan bahwa kegiatan pembelajaran akan segera dimulai. Kini aku berada di kelas menunggu kapan bel berbunyi agar aku bisa mengampiri Azka di kelasnya.

"Na udah ngerjain tugas reaksi kimia yang hal 134?" tanya Wiona, sahabatku.

"Hah emang ada tugas ya? kok gue baru tau sih," ucapku.

Seingatku tidak ada tugas kenapa tiba-tiba ada. Cukup misterius.

"Wah bocah ini sudah gila," ucap Wiona tak habis pikir.

"Makanya jangan ngapelin Azka mulu udah tau dia gak tertarik masih aja dilanjutin nanti kalau ditolak merengek ke gue minta dihibur,"cibir Wiona kepadaku.

"Namanya juga cinta udah susah ya gak na?"ucap Zidan.

Jika kalian belum tahu aku,Wiona dan Zidan adalah sahabat sejak kecil. Ya mungkin karena kami sudah bareng pas tk sampai sekarang makanya akrab.

"Diem bisa ga sih? Kalian tuh harusnya bantu gue kek gimana caranya biar hati si kutub bisa meleleh?"ucapku kesal.

Lalu Wiona menepuk pundak ku dan berkata,"Di luar sana banyak cowok yang ngantri buat lo tapi kenapa lo masih ngeharapin cowo kutub itu hah?".

"Entahlah gue ga bisa untuk berhenti jadi ya dilanjut saja"ucapku lalu tertawa terbahak-bahak.

Tak lama kemudian guru kimia kami memasuki kelas dan memulai pembelajaran. 2 jam berlalu namun belum kunjung selesai juga. Pada akhirnya aku berinisiatif untuk izin ke UKS agar aku bisa melihat Azka dikelasnya.

Kemudian aku mengangkat tangan dan berpura-pura sakit,"Bu saya izin untuk ke UKS, kepala saya sakit banget bu".

"Kali ini bagian tubuh kamu yang mana yang belum sakit? Cepat duduk kamu gak saya izinkan ke UKS. Saya tahu kamu cuman pura-pura agar bisa bolos kan?"ucap Bu Tini.

"Ih serius bu mana ada saya bohong. Kalau gak percaya pegang aja jidat saya yang panas ini,"ucapku sambil menodongkan jidat ku.

Bu Tini menatap dengan tatapan mengawasi lalu pada akhirnya mengizinkan ku.

Saat berhasil keluar dari kelas aku menuju ke ruangan kelas 12-A. Disana aku melihat Azka yang tengah serius belajar.

"Ah indahnya, gimana nanti anak kami ya kira-kira sepintar apa ya dia?"ucapku dengan berangan-angan.

"Mirip orang utan"

Tunggu! suara ini seperti aku kenal. Kemudian aku berbalik.

"AAAA,"teriak ku.

Suara tadi adalah suara Max, anak kelas 12-D yang sering bertemu denganku saat aku bolos. 

"Bisa ga sih kalau ngomong tuh jangan dibelakang. Kaget tau gue,"ucapku.

"Lagian seru banget kayaknya liatin bocah arogan itu,"ucap Max.

"Yak! dia punya nama ya,"ucapku.

"Namanya Azka kalau di eja A-Z-K-A. Kali-kali kemampuan membaca lo berkurang,"cibirku.

Max ini selalu saja menggangguku bahkan tak segan segan untuk menggagalkan aksi ku dalam mendekati Azka.

"Hah apa ga denger gue,"ucapnya dengan nada meledek.

Karena sudah sangat kesal aku mendorongnya agar menjauh dari areaku.

"Pergilah jangan ganggu gue,"ucapku.

"Hei gue punya informasi penting mau tau ga?"ucap Max sambil mendekati ku.

"Sorry ga penasaran,"ucapku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Say yes Mr.Crush!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang