2

117 21 5
                                    

Hari ini sama kayak kemarin, Juna juga harus berangkat bareng sama Jefano lagi. Males sebenernya tapi kalau bukan sama Jefano sama siapa lagi?

Ayah nya udah duluan ke kantor, bundanya juga duluan ke butik ada supir tapi masih cuti jadi mau gak mau Juna harus berangkat bareng Jefano.

Mood Juna lagi bagus banget hari ini, dia dengan semangat langsung aja nyapa Jefano yang lagi sibuk sama motornya.

"GOOD MORNING JEFANO!"

Jefano cuma ngelirik sekilas dan gak bales sapaan dari Juna, ya Juna bingung dong kok tumbenan banget gitu loh?

"Ayo berangkat."

Juna ngangguk terus naik ke motor Jefano setelah dia nerima helm dari Jefano. Kalau kemarin Jefano langsung gas dan berakhir Juna meluk perutnya, gak berlaku untuk hari ini. Jefano narik gas motornya pelan dan dengan kecepatan normal gak kayak kemarin yang bikin Juna bete.

Juna juga diem aja selama perjalanan, dia mau nanya tapi kok jadi takut sama Jefano padahal mah biasanya juga dia gak pernah takut sama Jefano.

Pas sampe sekolah juga Jefano nyuruh Juna langsung ke kelas, dia gak bilang mau kemananya.

"Ke kelas duluan aja."

"Hah?"

Jefano cuma natap Juna datar dan dengan itu Juna langsung ke kelas dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

Pas sampe di kelas udah rame untung gurunya belum masuk, Juna langsung duduk dan buat Jean natap Juna aneh.

"Jepa mana?"

"Di parkiran gue disuruh duluan ke kelas."

Jean saling pandang sama Kevin, Haris dan juga Julian.

"Kevin, Haris sama Julian ikut gue sekarang."

"Heh mau kemana?!"

"Kamu disini aja yang aku ada urusan." Pamit Jean pada Haidar dan langsung keluar kelas di susul yang lain.

────

"Adek lo kenapa lagi deh, Je?" Tanya Kevin di koridor sekolah.

"Gue juga gak tau, ayo samperin keburu gerak mereka."

Dan disinilah mereka, warung belakang sekolah banyak anak-anak nakal yang berkumpul di sana.

"Jefano Aires Nugraha."

Jefano yang semula sedang mengobrol pun menoleh dengan tatapan sedikit takut pada Jean, ia masih duduk dengan tenang di tempatnya.

Jean perlahan masuk dan berdiri tepat di hadapan adik sepupunya itu.

"Ikut gue."

"Lepas bang."

"Jefano, lo berani sama gue sekarang?" Tanya Jean dengan tatapan tajamnya.

"Je, biar gue aja."

Jean mundur membiarkan Haris maju dan berbicara dengan Jefano.

"Lo ngapain disini? Janji lo dulu sama kita semua mana? Lo mau mulai lagi?"

"Lo diem, lo gak tau apa-apa Haris."

"Gue peduli sama lo anjing! Sekarang ikut kita balik ke sekolah. Gue gak tau apa yang gerakin hati lo lagi buat balik ikut beginian, kita udah sepakat buat temenan sama mereka tanpa ikut hal buruknya."

"Gue gak bisa untuk kali ini."

"Jefano! Lo mau apa sih? Balik ke sekolah apa susahnya? Kalo gak lo cerita ke kita kenapa lo begini?" Akhirnya Julian pun angkat bicara.

Jefano terdiam cukup lama, lalu akhirnya ia bercerita.

Intinya, kemarin pulang sekolah dia di jegat sama seseorang dan orang itu bilang kalau Jean cupu setelah pacaran sama Haidar. Jefano orang paling gak terima kalau ada yang jelekin orang terdekatnya apalagi Jean adalah abang sepupunya yang paling deket sama dia.

Kenapa dibilang cupu? Karena dulu Jean sering ikut tawuran gak cuma Jean tapi Haris, Jefano, Kevin juga sering cuma mereka capek juga sering kena omel dari pacarnya, kecuali si Jefano sama Julian.

Bahkan Kevin sama Haris pernah putus karena Arthur sama Devano gak mau pacarnya jadi berandalan sering tawuran gak jelas gitu.

Akhirnya mereka berlima sepakat untuk berhenti dan milih buat mempertahankan hubungan mereka dan berteman biasa aja.

"Lo cuma kebawa emosi aja itu."

"Tapi gue gak terima Ris, abang gue yang deket sama gue di jelekin gitu aja."

"Dia ngadu domba lo doang itu, percaya deh dia seneng kalo lo malah kesulut emosi Je."

"Gue tau maksud lo baik gak mau nama abang lo jelek, cuma udah lah itu juga dia sengaja lo jangan gampang kesulut emosi begitu. Asal lo tau aja, Juna khawatir sama lo."

Denger nama Juna seketika bikin Jefano berfikir, tadi pagi dia gak sengaja cuekin Juna karena mikirin masalah ini doang.

"Juna khawatir?"

"Dih, giliran nama Juna kesebut aja lo kesenangan." Julid Kevin.

"Tadi mah gue bawa Juna kesini."

"Gak usah anjir! Gak boleh, Juna gak boleh kesini sampe kapanpun."

"Ya lo juga gak usah kesini kalo mau tawuran doang." Julian menoyor dahi Jefano agak kencang, lagian juga dia ogah Juna kesini.

Jefano menyengir lebar, lalu segera menyambar tas nya dan pergi dari sana.

"Si bucin elit, jadian sulit. Semangat bener kalo udah denger nama Juna." Cibir Kevin.

Akhirnya kelima cowok tampan itu kembali ke sekolah, rooftop sih karena kalo masuk juga ada guru dan mereka bakal kena hukum jadi mending kabur sekalian.

Di rooftop mereka ngobrol aja sih kadang main game juga sampe jam istirahat pertama langsung ke kantin kecuali Jefano, dia mau ke kelas dulu mau naro tas.

Pas di jalan mau ke kelas gak sengaja papasan sama Juna, Haidar, Devano yang abis dari toilet.

Jefano langsung berdiri tepat di hadapan Juna yang lagi jalan sambil nunduk. Haidar sama Devano juga kaget terus mereka gelengin kepala pelan.

"Dibawah ada apa?"

Juna langsung mendongak dan terkejut saat Jefano sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Hah? Ini gue halu kayaknya."

Jefano natap Haidar sama Devano bergantian, dia jadi bingung ini Juna kenapa.

"Itu Jefano asli anjir."

"Hah? Emang ada gitu gue yang palsu?"

"Ck, di kelas kepikiran lo mulu tuh."

Jefano tersenyum jail, "lo berdua ke kantin duluan aja gue pinjem Juna nya."

Haidar dan Devano mengangguk dan langsung ke kantin meninggalkan Juna dan juga Jefano yang masih berdiri di depan toilet.

Tanpa aba-aba Jefano langsung narik tangan Juna buat ke kelas.

"Eh? Mau kemana?!"

"Temenin ke kelas nanti ke kantinnya sama gue."

Juna yang masih bingung cuma bisa nurut aja dengan lengan yang masih ditarik sama Jefano secara perlahan.
























───────────

Hai? Masih ada yang inget sama aku gak atau ceritaku? Maaf kadang muncul kadang hilang (janji abis ini sering muncul) 😭 soalnya udah ada beberapa cerita baru di draft 🥹

Bucin - Iksan BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang