Pukul 10.30
Lonceng telah bergetar menghasilkan gelombang yang merambat ke seluruh ruang kelas hingga ke gendang telinga. Itu artinya seluruh murid SD Sponsa Stars sudah dipersilahkan untuk pulang.
Gadis kecil berkucir dua dengan tak sabaran berlari keluar kelas dengan tas ransel merahnya. Ia menggunakan sweater putih bergambarkan kupu-kupu di tengahnya.
Ia berjalan sambil melompat-lompat kecil menuju gerbang sekolah. Di sana sudah terparkir kendaraan-kendaraan yang didominasi motor, siap membawa pulang para siswa.
Lena menatap sekeliling mencari keberadaan sang ayah. Nihil, Lena tak menemukan sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. Padahal ini adalah hari yang sangat penting. Hari ulang tahun ibu Lena. Lena sudah merencanakan akan membuat kue bersama ayahnya setelah pulang sekolah. Lena ingin membuat kejutan pada ibunya ketika ia pulang kerja sore nanti.
Satu-persatu siswa pergi meninggalkan sekolah. Dua puluh menit berlalu. Gerbang yang tadinya ramai kini mulai sepi. Hanya ada satu dua motor yang masih menunggu. Begitupun siswa yang masih berdiri menunggu jemputan. Hanya ada sekitar tiga siswa termasuk Lena.
Empat puluh lima menit sejak lonceng berbunyi. Kini tinggal Lena seorang yang belum kunjung dijemput. Dilihatnya lelaki paruh baya yang masih setia menunggu anaknya. Ia duduk di atas jok motor. Matanya sudah terlihat mengantuk. Lena mulai bertanya-tanya dalam hati. Apakah ayah sedang lupa padanya?
Sudah satu jam Lena menunggu. Ia semakin risau. Sudah terlalu lama gadis kecil itu menunggu hingga akhirnya dia menangis. Suaranya sangat kencang. Ia sudah tak memperhatikan sekitar lagi ataupun mencari keberadaan ayah. Ia berpikir mungkin ayah sudah tak mau lagi menjemputnya.
Lena terus menangis meraung-raung. Hingga ada seseorang yang menegurnya. "Apa kamu baik-baik saja?"
Lena memfokuskan pandangannya sambil membersihkan air mata. Siapa dia? Lena tak mengenalnya. Yang ia tahu dia adalah anak laki-laki yang satu sekolahan dengannya. Anak itu berpakaian seragam yang sama sepertinya. Ia berdiri di hadapan Lena sambil menuntun sepeda.
Dia bukan sosok yang ia tunggu. Lena Kembali menangis. "Kamu belum pulang?" tanya anak itu lagi.
Lena tak menggubris.
"Siapa yang menjemput kamu?" anak itu masih berusaha bertanya.
"A-yah.." Lena menjawab sambil bersedu. "Ayah lupa jemput Lena.." lanjutnya.
Anak laki-laki tadi pun memarkirkan sepedanya dan duduk di sebelah Lena. Ia menepuk- nepuk pundak Lena sambil berkata "Ayahmu tak mungkin lupa, kita tunggu dulu yah."
Anak laki-laki tersebut menunda waktunya untuk pulang. Ia memilih menemani Lena yang sendirian menunggu di depan gerbang walaupun ia sebenarnya tak mengenalnya. Anak tersebut duduk di samping Lena yang tangisannya sudah agak reda. Ia beberapa kali mengajak Lena mengobrol. Tak butuh waktu lama untuk Lena mengakrabkan diri. Sepanjang waktu Lena mengoceh tentang hal-hal yang terjadi hari ini, keluarganya, makanan kesukaannya, dan hobinya. Anak lelaki tadi pun mendengarkannya dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuscous (END)
Teen Fiction[CERPEN] Lena dan Alan. Sepasang sahabat yang bertemu di gerbang SD. Perasaan Lena makin lama makin terasa. Ini bukan lagi rasa suka biasa yang bisa hilang begitu saja. Sementara Alan yang perasannya masih tak bisa ditebak. Makin lama kebenaran mul...