Ia tengah berbaring di atas rerumputan ditemani novel yang tengah ia baca. Wajahnya tampak serius sekali membaca Novel berjudul 'Sherlock Holmes: The Suspects Freed'.
Namanya Edi Baskhara. Wajahnya sangat menunjukkan bahwa ia orang Jawa tulen. Tampangnya manis, kulitnya kecokelatan tapi tidak terkesan dekil. Kacamata berbingkai hitam bertengger di hidungnya yang mancung.
Ia masih asik membaca novel itu. Satu yang kutahu, ia penggemar berat penggemar berat Sir Arthur Conan Doyle. Ah iya, Aoyama Gosho-sensei juga. Ia sangat suka Novel bergenre Misteri.
Tak lama ia bangkit, lalu merenggangkan kedua tangannya yang pegal. Ia lalu mengeluarkan iPod-nya, dan - kutebak - ia menyetel lagu favoritnya.
Yang kutahu, ia menyukai lagu-lagu Bruno Mars, walaupun bukan termasuk fans beratnya. Urusan 'fandom', ia tetap menomorsatukan Sherlock Holmes dalam deretan Idolanya.
Aku masih bersembunyi di balik pohon kapuk yang rindang. Ku sembunyikan tanganku ke belakang. Aku ingin menatapnya lebih lama di tempat ini.
Ya, hanya di tempat ini kami -oh maksudku 'aku'- bisa melihatnya sedekat ini.
Aku suka melihat setiap ekspresi yang ia tunjukkan mengikuti irama lagu yang tengah ia dengarkan. Aku suka melihat bibirnya yang terus mengikuti lirik lagu yang tengah ia dengarkan.
Huh, nyaliku terlalu ciut untuk menyapanya. Jangankan menyapa, mendekatinya saja aku tak berani. Aku takut dia malah akan menjauhiku.
Tidak, tidak. Ia bukan tipikal laki-laki yang akan menjauhi seseorang karena fisiknya. Jujur, dia adalah orang ter-ramah yang pernah ku temui -ah iya, maksudku yang 'kulihat'.
Orang yang jatuh cinta diam-diam terkadang tahu segala hal tentang orang yang disukainya. Itu mungkin benar adanya, setidaknya bagiku.
Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Yang jelas, sudah 2 tahun terakhir ini aku sering menatapnya melakukan 'ritual harian'-nya di tempat ini. Ritual Harian? Kubilang begitu karena setiap hari ia pasti datang ke tempat ini sambil membaca buku atau sekedar memandangi danau ditemani dengan iPod-nya.
Aku menyukainya diam-diam, dan tahu segala hal tentang dirinya. Padahal dia sendiri sama sekali tak tahu soal diriku.
Apa? Oh.... Tidak. Aku tidak mengenalnya di sekolah. Aku bahkan sudah tak sekolah lagi. Nasibku berbeda dengannya yang bisa sekolah sampai saat ini. Pendidikan terakhirku adalah SMP, itupun terputus saat aku masih kelas 3.
Lalu bagaimana aku bisa mengenalnya?
Aku biasa lewat sini. Memandangi danau yang indah dan sesekali menikmati semilir angin yang meniup kapas-kapas dan tampak seolah-olah seperti Salju. Ah, salahsatu mimpiku yang belum tercapai: merasakan salju! Bagaimana rasanya ya?
Eh? Tunggu! Dia mau kemana?
Tumben ia pergi secepat ini. Hari ini setahuku tak ada jadwalnya untuk ikut bimbel.Apa ada suatu hal yang sangat mendadak hingga 'ritual harian'-nya terganggu?
Ah... aku harus cari tahu.
Baru saja aku hendak mengikutinya diam-diam dari belakang, sesosok gadis berambut panjang datang menghampirinya. Ia tersenyum pada Edi.
Laki-laki pujaanku itu membalas senyumnya, lalu memupuk puncak kepala gadis itu. Tampak gadis itu merengek padanya, lalu ia menggandeng tangan gadis itu. Menuntunnya menuju ke Stasiun Kereta di seberang jalan dari tempatku berdiri.
Bahkan ia tak menyadari keberadaanku. Sedikitpun.
Siapa gadis itu? Apakah ia pacarnya?
"Sayang, aku laper..."
Sayup-sayup kudengar suara gadis itu dari kejauhan.
"Iyaa nanti kita makan Mie Ayam kesukaan kamu ya..." balas Edi.
Aku menahan perasaanku. Sakit. Perih....
Ya, aku hanya pengagum rahasianya. Dan aku tak bisa apa-apa.
Aku tak bisa memaksa dia untuk balik mencintaiku, karena rasa cinta tak bisa dipaksakan.
Sebesar apapun perasaanku padanya, kini aku sadar: ia benar-benar takkan jadi milikku. Bahkan aku tak bisa sedikitpun mendekatinya.
Aku berusaha menahan tangisku.
Rasanya sia-sia....
Kenapa tak sejak dulu saja kuungkapkan perasaan ini?
Jujur. Aku menyesal.
Kemanakah keberanianku untuk sekedar menyapanya.
Sakit.
Tak lama, aku merasa kakiku hampa. Tubuhku terasa terangkat ke langit. Air mataku berlinang membasahi pipiku.
Semuanya sudah selesai. Saatnya kembali ke duniaku yang abadi.
Edi, walaupun kau sudah bersamanya, kau harus tau. I got a crush on you.
Aku mengucapkannya dengan bisikan. Aku yakin, Edi pasti tak dapat mendengarnya. Suaraku tertahan. Aku tak bisa meneriakkan ungkapan perasaanku padanya.
Kulihat Edi menatap ke atas langit, seakan bisa mendengar ucapanku dan melihat tubuhku yang terangkat ke langit.
"Sayang, kenapa?" tanya gadis itu. Edi menggeleng.
Entah ini cuma perasaanku atau memang kenyataan, aku bisa mendengar suara Edi berbisik: Maafkan aku. Dunia kita jauh berbeda. Rest in Piece, Anna.
Aku tersenyum tipis. Setidaknya, ia tahu keberadaanku bahkan namaku, karena aku hanyalah makhluk di dimensi yang berbeda....
Fin.
************************
Author notes:
Hwaaa I don't know what to say. Ini benar-benar aneh. Haha. Aku menulis ini mengalir saja.... Maklumi kalau banyak typo. Hehe.Vote if you like this story
Comment if you wanna say something to me.Arigatou
Kao_ru
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got a Crush on You
Short StoryHanya tentang jatuh cinta diam-diam. Oneshot. © kao_ru 2015