Hujan di hari itu rupanya meninggalkan bekas.
Bukan hanya berupa kenangan singkat, tetapi juga berupa penyakit biasa yang pastinya pernah dialami oleh semua orang. Demam. Saat di mana kondisi tubuh berada dalam suhu yang begitu tinggi. Juga menimbulkan hidung ikut tersumbat.
(Y/n)-lah yang mengalaminya saat ini. Hidup seorang diri membuat dirinya harus melakukan semua hal serba sendiri. Bahkan di mana ketika ia jatuh sakit sekalipun. Mengambil obat, mengonsumsinya, mengompres keningnya dengan handuk hangat, berusaha untuk meredakan pusing di kepala. Semua itu benar-benar ia lakukan seorang diri.
Hingga kedatangan seseorang. Seorang lelaki yang mengubah kebiasaan hidupnya. Lelaki itu cenderung bersifat blak-blakkan. Selalu berkata apa adanya. Tetapi, di mana ia harus menjelaskan isi hatinya sendiri, justru di saat itulah ia akan menjadi kesulitan. Sangat kesulitan.
Scaramouche datang ke dalam kehidupannya di saat mereka pertama kali memasuki dunia perkuliahan. Semuanya terasa berbeda. Lebih rumit bahkan dibandingkan dengan masa sekolah menengah atas. Setiap hal harus dilakukan seorang diri. Bertanya pada dosen, mencatat materi, proyek kelompok. Beragam hal dibuat berdasarkan pemahaman dari diri masing-masing.
Termasuk dengan masalah percintaan dan hubungan romansa. Pada awalnya, Scaramouche sudah menaruh perhatian pada (Y/n). Tetapi, si bodoh ini tidak bisa menunjukkan isi hatinya itu. Ia justru lebih sering berkata kasar dan membuat tindakan yang sedikit tidak etis. Respon yang diberikan oleh (Y/n) hanyalah bertanya-tanya di dalam benaknya.
Beberapa minggu lamanya hal itu terjadi demikian. Hingga tiba saatnya Scaramouche berani untuk lebih mendekatkan diri pada (Y/n). Sejak saat itulah, hubungan mereka menjadi dekat sampai akhirnya tiba di titik sebagai sepasang kekasih. Merupakan sebuah proses yang panjang seperti pertumbuhan manusia dari fase zigot.
"Buka mulutmu."
Mengikuti perintah, (Y/n) membuka mulutnya. Sesendok penuh berisi sup mengarah padanya sebelum memenuhi setiap sudut rongga mulut miliknya. Lamunan panjangnya tadi seketika buyar saat ini.
Beberapa saat yang lalu, Scaramouche tiba di rumahnya. (Y/n) tidak memberi kabar apapun. Maka dari itu, sang kekasih langsung mendatangi rumahnya bak rumah sendiri. Sebab hal itu juga, Scaramouche pun menjadi tahu bahwa gadis itu sedang demam dan flu berat.
"Rasanya terlalu asin," komentar (Y/n) singkat. Ketika tiba di rumahnya, Scaramouche langsung membuat bubur. Entah bagaimana caranya ia tiba-tiba bisa memasak. Yang kini bubur buatannya itu tengah dimakan oleh (Y/n).
Yang baru saja menyuapinya sontak mendecih. Ia meletakkan semangkuk berisi sup krim jagung itu ke atas meja nakas. Hatinya sudah ingin protes banyak hal.
"Jika kau tak menyukainya, buat saja seorang diri. Memangnya apa yang orang sedang sakit bisa lakukan?" cibirnya. Mulutnya berkata pedas, tetapi benaknya senang bisa merawat kekasihnya sendiri.
Tawa meluncur ke luar dari bibir (Y/n). Surainya yang panjang ikut bergerak di kala bahunya bergetar sebab tawa. "Aku masih bisa melakukan banyak hal. Contohnya ini."
Dalam waktu singkat, ia mendekat ke arah Scaramouche. Melingkarkan tangannya ke sela di antara tangan dan tubuh. Panas dari demamnya itu menjalar cepat hingga ke pipi milik orang yang di dalam dekapannya.
"Bagaimana?"
"Lepaskan aku."
"Kau yakin?" (Y/n) bertanya dengan sangsi disertai nada jahil. Merasa bahwa bukan itulah yang sebenarnya diinginkan oleh lelaki yang ia dekap saat ini. Ia memang tidak bisa jujur dengan perasaannya sendiri. Sementara (Y/n) sudah sangat tahu akan hal itu.
Pada akhirnya, Scaramouche hanya mendecih. Membiarkan sang gadis memeluknya erat. Sebelum pada akhirnya ia pun ikut melingkarkan tangannya ke atas punggung (Y/n). Menyalurkan rasa hangat yang sama. Yang benar-benar dibutuhkan bagi mereka.
Dari balik punggungnya, (Y/n) bisa mendengar helaan napas yang dikeluarkan oleh Scaramouche. Entah apa yang membuatnya menghela napas sepanjang dan seberat itu. Pasti ada sesuatu yang mengganjal di dalam benaknya. Namun, apa hal yang mengganjal tersebut?
***
"Ah, aku benci ketika demam."
Komentar itu digubris oleh si lawan bicara yang tengah duduk di sisinya. Yang hanya direspon dengan lirikan mata. Tetapi, sesaat kemudian ia pun bertanya.
"Mengapa? Bukannya kau jadi bisa meliburkan diri untuk sementara waktu?" balas Scaramouche heran. Sedikit kebingungan dengan pola pikir (Y/n). Atau memang dirinya saja yang sedikit berbeda.
(Y/n) mencibir. "Itu 'kan menurutmu, Scara. Menurutku tentu saja berbeda. Aku hanya tidak suka dengan rasa pusing di dalam kepalaku," jawabnya sambil menyentuh kepalanya sendiri yang masih terasa pening.
Hanya dengusan yang dikeluarkan oleh Scaramouche. "Selain itu? Apa lagi?"
Tatapan (Y/n) seketika berubah menjadi sendu dan menerawang jauh. Ia kembali teringat dengan momen di mana ia seorang diri. Mengurus semuanya sendirian. Tanpa siapapun di sisinya.
"Ketika aku demam, hal itulah yang menyadarkanku bahwa hanya ada diriku sendiri saat ini. Tak ada siapapun yang menemaniku. Di saat itu juga, aku menjadi lupa bagaimana rasanya ketika aku sehat dan sedang baik-baik saja. Aku lupa akan hal yang biasa kulakukan. Itu... membuatku takut. Takut jika suatu saat nanti, aku tidak mengingat apapun dan tak akan ada satu orang pun yang bisa mengingatkannya untukku," tuturnya.
Entah atas dorongan apa, Scaramouche bergerak untuk mendekap (Y/n). Membawa tubuh gadis itu ke dalam pelukan terhangatnya. Memberikan rasa tenang untuk sementara waktu.
"Untuk saat ini dan nanti, kau tidak perlu khawatir, (Y/n). Ada aku di sini," ucap lelaki itu di telinga (Y/n). Terdengar begitu lembut, begitu damai. Seolah-olah ucapan itu hanya diucapkan untuk dirinya seorang.
Hatinya ikut membuncah di kala indra pendengarannya memproses perkataan Scaramouche. Di saat itulah cairan bening pun ikut menampakkan dirinya. Menuruni pipi (Y/n) secara perlahan. Sekaligus menciptakan isak tangis yang pilu.
"Aku mencintaimu, Scara. Sangat, sangat mencintaimu." (Y/n) memeluk Scaramouche kian erat. Melupakan fakta bahwa mungkin saja lelaki itu akan sesak napas. Namun, ia tak peduli. Ia hanya ingin Scaramouche tahu betapa besarnya rasa sayang dan cinta itu pada dirinya.
Perkataan (Y/n) yang tiba-tiba sempat membuat Scaramouche tertegun. Sebelum kemudian ia pun membalas pelukannya lebih erat. Membiarkan momen itu berlalu dengan tenang dan sunyi. Juga terbesit sebuah perasaan bersalah yang berusaha untuk diabaikan dalam benak lelaki itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Singkat ✧ Scaramouche ft. Wanderer
FanficTidak selamanya bulan bersama dengan bintang. Pun tidak selamanya awan dengan pelangi. Jikalau tak ada yang abadi di dunia ini, maka dari itu buatlah kenangan sebanyaknya. Tulislah kisah itu sepanjangnya. Karena mungkin saja, esok akan tiada. Sement...