Cuplikan
Mocha dan Jhon tertegun melihat pemandangan di hadapan mereka sekarang. Sadis, itu sudah pasti. Max menyiksa lawannya tanpa belas kasihan. Orang itu sudah babak belur, darah keluar dari beberapa bagian tubuhnya, kaki dan tangannya pun kelihatannya patah. Tapi, Max masih saja menyiksanya.
Terdengar bunyi "krak" yang nyaring saat Max menendang tulang rusuk orang itu. Jhon bergidik ngeri, sementara Mocha membeku di tempatnya. Max yang sekarang begitu berbeda dengan biasanya. Matanya yang jahil dan jenaka, sekarang terlihat begitu dingin, tajam, dan mengerikan.
"Kau tahu? Aku sebenarnya sudah muak dengan semua ini!" Satu tendangan. "Orang- orang busuk macam kalian mengincar nyawaku hanya karena takut dengan keahlian dan kejeniusanku sebagai penerus Dirgaputra!" Satu tendangan lagi. "Kalian membunuh banyak orang baik hanya untuk mewujudkan ambisi gila kalian, termasuk orang tuaku!" Lagi, satu tendangan. "Kenapa terus main- main seperti ini?! Kenapa tidak muncul langsung di depanku?! Hadapi aku! Dasar pengecut!"
Mocha mengernyit. Max mengatakannya seolah- olah bukan ditujukan untuk orang yang sedang disiksanya itu.
"Oh... rupanya kau menyadari kehadiranku, Dirgaputra kecil?"
Suara itu... terdengar begitu santai, namun mengerikan. Jhon mengernyit melihat Mocha yang tiba- tiba menggenggam tangan kirinya erat. Mocha... gemetaran?
***===***
Fiuuh...usap peluh. #lebay! Hahaha, nggak ding. Nggak selebay itu. Orang dingin begini keringetan!
Panjang, yaw? Puyeng nggak bacanya? Yang bikin puyeng sendiri soalnya, wkkkk... Gomen kalo masih ada typo dan mungkin kata2 yang salah. Nggak pinter bikin adegan fighting. Makasih buat vomment- nya selama ini. Moga nggak bosen sama cerita ini yang masih jauh dari kata sempurna.
See uuuuu! ^.^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mocha
AcciónMax, pemuda jenius pewaris tahta Dirgaputra yang nyawanya diincar beberapa orang yang tidak menginginkannya menjadi pewaris selanjutnya. James- sang ayah- memutuskan untuk mencarikan bodyguard terhebat setelah "kecelakaan" yang dialami Max. Melalui...