chapter 2

217 9 5
                                    

Aruna pov

Uang adalah cinta pertamaku, jantungku berdetak hanya karena uang , uang dan hanya uang, semenjak ibu dan ayahku meninggalkanku, aku harus berjuang hidup sendirian walaupun aku memiliki segalanya, tetapi aku selalu merasa kesepian, terkadang aku sangat merindukan ibu dan ayah tetapi aku juga sangat beruntung karena memiliki sahabat seperti Luna, rose, dan Peter.

Aku sedang bersiap karena aku  kedatangan seorang klien pada butik milikku, sekarang San Francisco menunjukkan pukal 7 pm, aku mengendarai sebuah Lamborghini berwarna hitam dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan san Francisco, memutar musik pada Spotify milikku aku memilih sebuah lagu favoritku kini back to December dari Taylor Swift pada penggalan lirik terakhirnya memenuhi indra pendengaraku.

I Miss your Tan skin

Your sweet smile

So good to me

Aku selalu menyukai setiap penggalan kata yang mengalun pada lagu back to December berharap aku bisa kembali pada December yang indah sebelum itu semua berubah menjadi December yang buruk bagiku, tak terasa kini aku telah sampai dan aku bisa melihat seorang pria dengan kemeja hitam, lengan yang digulung, kancing kemeja yang di buka hingga memperlihatkan dadanya yang bidang, celana jeans, sepatu sneakers dan aku tidak bisa berkata-kata saat melihatnya aku tidak bisa berbohong bahwa pria di hadapanku ini tampan, saat dia memanggilku aku tersadar dari semuanya.

"nona Aruna right?" Kini aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, dan saat melihatnya semakin dekat dan dia semakin dekat denganku aku bisa merasakan aroma maskulin yang memenuhi indra penciumanku, aku tersadar saat dia menjentikkan jarinya kehadapanku, saat itu aku menatapnya dengan tajam.

"Can are you hear me?" Sungguh menyebalkan dia bertanya seolah-olah aku tuli dasar brengsek, rasanya aku ingin mencakar wajahnya jika saja aku melupakan bahwa dia adalah klienku, sungguh sial, dia mengulurkan tangannya kepadaku dan aku hanya memandang itu dengan tatapan bertanya kearahnya.

"Alvaro king buenavista." Ujarnya sambil mengedipkan matanya dengan genit kearahku Sangat menyebalkan, aku benar-benar ingin menendang pria ini keluar dari butik Milikku tapi aku tak berdaya, mengingat dia adalah anak dari keluarga buenavista yang selalu menjadi klien terhormat fashion style selama ibuku masih hidup dan Sampai sekarang masih sama, aku menjabat tangannya dan saat ingin menarik tanganku, aku bisa merasakan dia yang menggenggam tanganku.

"Dasar brengsek apa yang kau lakukan?!" Aku dengan kasar menarik tanganku dan mendorongnya hingga orang-orang menolehkan atensinya kepada kami.

"Ini pertemuan yang sangat manis." Lagi dan lagi aku menerima kedipan mata itu darinya, sungguh sial dan menyebalkan.

"Of course sir Alvaro, let's follow me sir." Aku bersikap seolah-olah kami tidak melakukan sebuah pertengkaran dan itu sangat menyebalkan apa lagi tatapan matanya yang membuatku benar-benar ingin menendangnya, aku bisa melihat dia tersenyum ke arahku dan senyuman itu terlihat hanya sebuah senyuman nakal, aku bisa melihatnya aku tidak buta banyaknya wanita seusiaku sangat senang, terpesona saat menatapnya, aku memutar mataku saat dia menatapku dan dia hanya memberikan tatapan bertanya, aku mempersilahkannya masuk ke dalam ruangan pribadiku yang berada di lantai dua.

"Right, let's to the point, what you want sir?" Aku bisa melihat dia meletakkan jari telunjuknya pada dagunya, dia mencondongkan badannya ke arahku dan kini jarak kami hanya berjarak satu jengkal hingga hidung kami nyaris bersentuhan, aku yang tidak ingin kehilangan akal sehatku mendorongnya menjauh dariku.

Backstreet  [ On going ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang