01

14 4 3
                                    

hallo, salam kenal ini perdana chapter satu, semoga menarik🥰😀.

follow ig author disini👇
frs: al.eca_
secc: almira_eca

HAPPY READING ALL💘

________

Tepat hari ini pembagian rapor dan penyerahan penghargaan para siswa dan siswi atas prestasi yang mereka dapatkan melalui berbagai perlombaan.

Samahalnya pembagian rapor di berbagai sekolah pada umumnya. Orang tua wali dari murid akan diberi undangan untuk mengambil dan mengikuti serangkai acara yang sudah diatur oleh para panitia dari pihak sekolah.

Hari ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, gadis dengan sejuta misteri yang tak semua orang mengetahui tentang dirinya,sebut dia Clararisa Legra Angkasa.

Siswi dengan segudang prestasi yang ia raih di dalam sekolah maupun di luar sekolah, menerima penghargaan dan pengambilan rapor tanpa didampingi kedua orang tuanya.

Sudah tahun kedua Clararisa sekolah disekolah tersebut, dan terhitung empat kali pengambilan rapor di semester satu dan dua.

Wali kelas tidak pernah mengetahui kejelasan orang tua wali dan Clararisa.

"Orang tua kamu dimana Clararisa?"

Tanya Wali kelas Clararisa, Bu Ajeng.

Wanita berbadan mungil dengan tinggi kisaran 153cm dengan kacamata yang menjadi ciri khas beliau.

Saat itu Clararisa nampak terdiam dalam lamunannya cukup lama, enggan untuk menjawab pertanyaan Bu Ajeng.

Memori ingatan Clararisa mengenai kejadian 12 tahun silam menjadi dejavu baginya.

KDRT yang dilakukan sang Ayah kepada Bunda Clararisa. Kejadian yang benar-benar tidak bisa dilupakan oleh Clararisa yang berakhir menjadi kenangan terburuk dari kedua orang tuanya sendiri.

Darah dipunggung tangan sang Ayah, akibat memukul lemari kaca hingga pecahan kaca bersebaran dimana-mana.

Bentakan sang Ayah dan jeritan sang Bunda saling bersahut, entah apa penyebab masalah itu terjadi.

Ayah hampir hilang kendali, mencekik Bunda dan dipojokan ke jendela, hampir menghantam Bunda dengan kursi kayu yang berada di samping meja.

"AAKHH!! SIAL, UDAH GUE GAKUAT BUAT INGET-INGET ITU, KEPALA GUE SERASA MAU MELEDAK ARKHH SIA*AN" Jerit Clararisa.

"STOP TANYA-TANYA TENTANG KELUARGA GUE" kini mata Clararisa mulai berair.

Kepalanya terasa ingin pecah, memori itu berputar kembali, suara tangisnya yang beradu dengan bentakan sang Ayah dan jeritan sang Bunda, menggelegar di satu ruangan yang menjadi tempat tidur mereka.

Clararisa hanya mampu meringkuk dan meremas kepalanya dengan kuat.

Bu Ajeng yang tampak mengertipun segera menenangkan Clararisa.

"Maaf ya Clar maafin Ibu" Bu Ajeng segera memeluk Clararisa dan mengelus-elus punggung Clararisa.

"Kalo emang gabisa cerita gausah dipaksa ya nak"

"Ma-maaf Bu tapi tidak semua orang bisa untuk menceritakan masa lalunya, pasti ada trauma yg dia pernah alami. tidak semua orang suka diberi pertanyaan mengenai keluarganya" Jelas Clararisa menahan air mata yang hampir jatuh.

"Yasudah kamu langsung pulang dan istirhat aja ya, Ibu minta maaf." ujar Bu Ajeng.

____

"Inhaler gue to-tolong, tolong ambil inhaler gue"
teriak Clararisa di lorong sekolah.

"Eh kenapa lo?" tanya laki-laki berhidung mancung dengan sorot mata elang namanya Hengki Artanawijaya panggilnya Hengki.

"In-inhaler gue, to-tolong" ujar Clararisa dengan tangan yang memegan dadanya yang terasa sesak dan semakin sesak.

"Eh-eh iya-iya" Sorot panik terlihat di mata Hengki, dengan gesit Hengki membuka tas Clararisa.

"Ini inhaler lo" tangan hengki menyodorkan inhealer Clararisa.

Sesaat setelah Clararisa menghirup alat bantunya itu, ia mengucakan terimakasih dan menerbitkan senyum indahnya, lalu beranjak pergi.

"eh nama lo siapa? gue Hengki Artanawijaya panggil hengki aja" uluran tangan hengki ternyata hanya mengambang di udara.

"Clararisa, maaf gue duluan dan makasih"

Bukan bermaksud tidak sopan, tapi saat ini Clararisa hanya butuh ketenangan, dejavu akan kejadian masa lalu kini melekat di kepala Clararisa.

Trauma akan semua hal yang bersangkutan dengan Laki-laki, pernikahan dan darah.

Semua seakan berputar di kepalanya, dia sangat lelah saat ini. Tidak semua bisa dinilai dari covernya. Mungkin covernya itu terlihat bahagia, padahal ia sedang mengenakan topeng untuk menutupi seluruh lukanya. Sama seperti Clararisa yang mencoba menutupi sejuta lukanya.

Setelah malam mengerikan itu terjadi, orang tua Clararisa memutuakan untuk bercerai, tetapi mereka sama-sama tidak mau untuk mengambil hak asuh Clararisa.

Seumur Clararisa saat itu baru menginjak remaja, saat umur 4 tahun malapetaka itu datang.

Dengan kejam orang tuanya tidak mau mengasuh Clararisa.

Setelah perceraian itu terjadi, belum juga surat putusan dari pengadillan keluar, Ayahnya sudah menikahi kekasihnya.

Selang satu minggu setelah surat putusan pengadilan keluar kini wanita yang disebut Bunda oleh Clararisa juga menikah dengan rekan kerjanya.

Yah. dengan kata kasar Clararisa bisa disebut "dibuang" oleh kedua orang tuanya.

Bahkan semenjak mereka mempunyai keluarga baru, tidak ada itikad baik untuk menengok sang anak. TIDAK ADA DAN TIDAK PERNAH.

Sekedar uang, uang, dan uang, itupun sesuai mood Ayahnya jika memberi.

"CLARA BENCI KEADAAN INI, BENCI SEMUA ORANG, GAADA YANG BISA DIPERCAYA SELAIN TUHAN CLARA"






******

SUDAH PUAS?

tinggalkan jejak kalian disini👇

vote and komen berguna buat aku

terimakasii💘🥰

tunggu saya minggu depan dihari yang sama.

jika tidak ada perubahan, Update ATHID dijadwalkan hari rabu, untuk jamnya menyesuaikan.

jika dapet imajinasi lebih, hari sabtu bonus.

follow ig : al.eca_

Depok, Jateng

Rab, 26 April
15.47

AKU TAKUT HUJAN ITU DATANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang