Saat ini, jefi dan reyya sedang duduk di bangku taman belakang rumah sakit ini. Karena ini sudah hampir larut jadi tempat ini tidak terlalu ramai.
"Tuan. Apa kau sedang menatap ke arah ku saat ini?" Tanya reyya yang matanya masih tertutup oleh perban.
Jefi yang sedang duduk di samping reyya pun langsung tersenyum saat mendengar celetukan gadis itu.
"Bagaimana kau tau kalau aku sedang melihat ke arahmu?" Tanya jefi masih dengan senyumannya.
Reyya lantas tersenyum lalu sedikit membalikan badannya ke arah jefi yang berada di sampingnya hingga kini posisi mereka saling berhadapan.
"Entah bagaimana aku bisa merasakan kau sedang menatap ke arahku tuan." Jawab reyya dengan senyuman manisnya.
Lalu tangan jefi pun bergerak untuk menggenggam tangan reyya dengan sangat erat dan reyya pun dengan senang hati menyambut genggaman tangan jefi.
"Aku hanya sedang melihat duniaku." Ujar jefiyan dengan suara yang sangat lembut membuat reyya menghangat seketika.
"Tuan." Panggil reyya dengan lirih dan raut wajah yang terlihat sendu.
"Mm?"
"Untuk pertama kalinya aku merasa sedih karena tidak bisa melihat. Aku sangat ingin melihatmu." Ucap reyya dengan suara yang bergetar siap untuk menangis.
"Jangan bicara seperti itu rey. Sebentar lagi kau akan bisa melihatku."
Jefiyan lalu membawa kedua tangan reyya untuk kemudian ia letakan di wajahnya.
"Sebelum itu. Kau bisa membayangkan bagaimana wajahku dengan menyentuhnya." Titah jefiyan.
Dengan perlahan reyya mulai menggerakan tangannya menyentuh setiap inchi permukaan wajah jefi. Dan jefi langsung memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut reyya di wajah nya.
Tanpa terasa jefi tersenyum saat reyya masih sibuk dengan kegiatannya.
"Kau punya lesung pipi tuan?" Tanya reyya saat tak sengaja ia menyentuh pipi jefi yang sedang tersenyum.
"Ya.. di kedua pipiku." Jawab jefi yang membuat reyya tersenyum di tengah rasa sedihnya.
"Kau pasti sangat tampan." Ucap reyya dan menghentikan pergerakan tangannya di kedua pipi jefiyan.
"Kau akan kecewa saat melihatku nanti." Gurau jefi dengan tangan yang bergerak mengambil sesuatu di saku celananya.
Dengan perlahan jefi mengambil sebelah tangan reyya lalu meletakannya di atas benda yang baru ia keluarkan dari saku nya.
Tiba tiba saja wajah reyya terlihat tegang saat menyentuh benda itu dan menyadari benda apa yang berusaha jefi tunjukan padanya.
"Tuan.. ini..."
"Apa kau mau menikah denganku rey?" Tanya jefiyan dengan nada suara yang terdengar serius sekaligus tulus di waktu yang bersamaan.
Ternyata dugaan reyya benar. Bahwa benda yang kini sedang ia pegang adalah sebuah cincin.
Seketika tangisan reyya tak bisa di tahan. Perban yang menutupi matanya pun terlihat basah. Namun seulas senyuman terukir indah di wajah cantik reyya menandakan bahwa tangisan itu adalah tangisan kebahagiaan.
Lalu tak lama kemudian reyya pun mengangguk yakin yang membuat jefi bernafas dengan lega dengan senyuman lebar nya. Secara perlahan jefi pun mendekatkan wajah nya ke arah reyya lalu mencium kedua mata reyya yang tertutup perban secara bergantian dengan sangat lembut.
Tangannya bergerak untuk mengambil tangan reyya lalu jefi pun memasangkan cincin itu di jari manis reyya. Matanya terlihat berbinar saat melihat cincin itu terlihat semakin cantik saat reyya gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can See You With My Heart
Romance'Kau adalah tuanku.' -Reyya Al Varisha 'Kau bagaikan bumi untukku dan Jefiyan adalah langitku.' -Adhitama Jendy Giovanni 'Pegang tanganku dan kita pergi dari sini. Tinggalkan Jendy dan hiduplah bersamaku.' -Jefiyan Dirgantara