Part 3

278 31 0
                                    

HAPPY READING 🐧
























" Gitu dong… ini baru anak papa. " Ujar sang Papa.

Raisha meletakan tasnya di bagasi mobil, lalu membuka mobil dan segera duduk.

Namun,beberapa detik kemudian mamanya menyuruhnya untuk memanggil Callie. Dengan wajah kusut di tekuk, Raisha keluar dari mobil tanpa kata-kata yang terlontar sedikitpun.

" Callie. . . " Ujar Raisha.

" Apaaan sih kamu? Main masuk aja. Ketuk pintu dulu napa " Kesal Callie.

" Buruan papa sudah nunggu di bawah. Lo gak pergi? " Ujar Raisha.

" Bentar " Ujar Callie sambil megusap air matanya.

" Kenapa lo? " Tanya Raisha bingung.

" Bukan urusan lu! Keluar dh! " Ketus Callie.

" Santai dong. Lo nangis? Kenapa? Cengeng banget! " Ujar Raisha.

" Gw udah bilang bukan urusan lu! Get out! " Ujar Callie.

" He! Kita semua mau pergi. Buang-buang waktu banget tahu gak nungguin lo yang hanya nangis di kamar gak jelas. Udah ayo keluar! " Paksa Raisha menarik tangan saudaranya tersebut.

" LEPASIN! AKU BELUM SIAP! " Ujar Callie dengan nada emosi.

" Lo ini kenapa sih? Udah gede masih manja aja. Lo belum siap kenapa? Kita tuh mau ke kampung, bukan mau tes Psikolog. " Ujar Raisha.

" LO NGGAK NGERTI! Gw belajar siang malam, berharap bisa masuk sekolah yang berstandar international. But, apa yang gw dapet? Gw kesel… gw belum siap " Ucap Callie.

" Masalah itu? Udahlah… gue ngerti perasaan lo. Gue juga gitu. Tapi gak usah berlebihanlah. Mengertilah kondisi papa. Come on! Lupakan angan-angan lo, sekarang kita harus pergi. Seharusnya lo jangan nyesali lo yang belajar siang-malam. Bukannya bagus dong. Itu berarti lo lebih pintar di banding orang di kampung nanti. Lo juga sih.. keseringan belajar. Udahlah,yuk " Ujar Raisha panjang lebar.

" Kok lama banget sih? Ngapain aja di dalam? Mama-papa dari tadi nungguin nih sayang. " Ujar sang Mama.

Callie hanya tersenyum kepada mamanya. Ia tak berani menampakkan kesedihannya. Sementara Raisha masa bodoh, dan segera memasuki mobil. Mobil melaju dengan kencangnya seiring perjalanan menuju kampung neneknya. Pemandangan nan hias menemani perjalanan mereka. Alunan music Rock berdendang menemani Raisha melalui I-POT-nya. Ia ngerasa nyaman dengan lagu kesayangannya itu. Seolah tanpa beban,di nikmatinya lagu itu sambil mengayun-ayunkan tangannya seolah sedang memainkan Drum.

TAKK….DUUM..DUM..TAK..TAKK..TAAK..DUUM..DUMM..TAKK.TAK…DUUM!

" Lo ngapain sih? Kek orang lagi konser aja. Ganggu tau " Ujar Callie.

" Raii… kakak mohon,diam dong! Aduuh, kepala gw jadi pusing nih… udahan dong! " Ujar Callie.

Di tariknya I-POT dari telinga Raisha,dan segera mematikan lagunya. Raisha tersentak kaget. Ia mencoba meraih kembali I-POT miliknya. Eits,, tapi Callie menggengam kuat sehingga I-POT itu tak dapat di raih oleh Raisha.

" Woy! Kesiniin gak I-POT gue. Cepet! " Ujar Raisha dengan nada gertak.

" Nggak. Gw akan kasi, asal lo janji jangan banyak gerak. Tangan itu di borgol dikit,sakit tau kepala gw " Ujar Callie.

" Tangan lo tuh yang di borgol. Kesiniin cepat! Kasi nggak? " Ujar Raisha dengan nada gertak.

" Sekali gw bilang nggak. Nggak! " Ujar Callie.

Mama dan papanya sudah mencoba melerai. Yah, tapi tak ada satupun yang mau mengalah. Masing-masing teguh tanpa ada yang saling mengerti. Raisha tetap memaksa dan meminta I-POTnya di kembalikan. Sementara Callie tetap berkeras. Segala cara di lakukan. Dari adu mulut, adu fisik, semua terjadi. Mamanya-pun tak ketinggalan. Berusaha untuk melerai kedua putrinya. Tapi apa yang terjadi, mereka berdua malah mengabaikan. Papanyapun tak absen, sambil konsentrasi mengendarai ia juga konsen memarahi ke dua putri kembarnya.

" DIAM! NANTI TABRAKAN,KALIAN MAU? " Ujar sang Papa sambil menengok kebelakang dengan nada tegas.

Hiaak……ihh……huaa…ah…

Teriak kedua gadis belia ini. Ini yang pertama kalinya mereka berkelahi. Biasanya mereka hanya adu mulut saja. Segala gerak amatiran Callie sebenarnya tak ingin berkelahi dengan adiknya. Tapi,dalam keadaannya yang terpojok dan kesakitan terpaksa ia harus ikut bergulat bersama dengan adiknya.

Huaaaa…… Callie menangis sekencang-kencangnya sehingga semua pengendara yang lewat menengok kearah mereka.

" Udah dong sayang. Ini ambil minyak ini,nanti mama bersikan muntahmu nak " Ujar sang Mama.

" Raisha, sekarang juga minta maaf kepada kakakmu. Cepat! " Ujar sang Papa.

Raisha ngalah, lalu meminta maaf dan mengulurkan tangannya.

" Maaf " Ujar Raisha dengan mengulurkan tanganya kepada saudaranya itu.

Callie membalas uluran tangan Raisha dan kembali duduk dengan tenang. Matanya masih lembab dengan wajah yang merah. Begitu mamanya telah selesai membersikan muntah, mereka kembali melanjutkan perjalanan.


.
.
.
.
.
.




























Betapa terkejutnya mereka. Bandung telah berubah. Puncak sekarang benar-banar indah. Mereka tak sabar ingin berjumpa dengan kakek dan neneknya. Senyum simpul tergambar jelas di wajah saudara ini. Baik Callie maupun Raisha pemandangan ini jarang mereka dapatkan di Jakarta. Atau mungkin, gak sama sekali. Yang ada di sana hanya, polusi, panas, dan gedung-gedung pencakar langit.

.
.
.
.
.
.
.

























Alarm Raisha berdering kencang. Suaranya membahana di dalam kamar. Belum lagi, suara ketukan pintu dari luar yang berasal dari Callie, yang semakin mengacaukan mimpinya.

TOK TOK TOK

" Raisha! Bangun! " Ujar Callie.

" Bentar ah! Masih pagi " Ujar Raisha.

" Justru karena ini udah pagi ya hayo,bangun " Ujar Callie.

" Ah,bawel lu, emang jam berapa sih ini? " Ujar Raisha kesal.

" Ya liat di jam weker kamu. Cepetan dong. Kitakan mau nyari sekolah. Kamu mau ikut gak? " Ujar Callie.

Sambil mengucek-ngucek matanya Bukannya bangun dan meraih handuk, Raisha malah kembali membungkus diri dalam selimut hangat dan membenamkan kepalanya di bantal.

" Gue nggak pergi. Lu aja sendiri. Hoamm… gue bentar pergi sendiri " Ujar Raisha.

" Ya udah, aku pergi duluan ya. Bye! " Ujar Callie sambil berbalik meninggalkan adiknya tersebut.

Raisha kembali memejamkan mata, dan tak lama kemudian kembali terlelap. Hanya sebentar. Lalu ia terbangun. Bagaikan orang kesurupan ,dengan cepat di raihnya handuk dan bergegas mandi. Matanya melek dan mencoba mengumpulkan seluruh raga yang masih nyangkut entah kemana.

KEEP..BRUUM

Setelah mandi, ia segera mempersiapkan diri. Segala sesuatu yang akan ia bawa,sudah di masukannya di dalam ransel sekolahnya. Dengan kaos oblong hitam berpadu dengan jaket berwarna senada, ia segera berangkat. Tak lupa dengan menggunakan sepatu kesukaannya ia berlari meninggalkan kamar.

" Jangan lari-lari dong Raisha. Kamu pikir ini lapangan? Ada apa? " Ujar sang Mama.

" Gak papa. . . pergi dulu ya ma’ assalamualaaikumm.. " Ujar Raisha.

Di halaman, dilihatnya sepanjang jalan. Ia menengok kanan-kiri, tapi keberadaan mobil ayahnya sudah tak Nampak.


.
.
.
.
.
.
.


























Haiii, gimana part 3 nya?, Jangan lupa vote nya, see you next part.






SIBLINGS [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang