Part 4

249 29 0
                                    

HAPPY READING 🐧








































Dari kejauhan tanpak sebuah suara dayuan sepeda yang berasal dari belakang tubuhnya. Raisha mencoba cuek tapi suara dayuan itu semakin dekat ke arahnya. Bukan hanya satu,tapi tiga orang yang sepertinya sedang berjalan-jalan menikmati udara. Tiga orang anak laki-laki yang sepertinya sebaya dengannya. Saling bersenda gurau, dan balap-balapan. Raisha membentangkan ke dua tangannya. Dan menghadang ketiga anak laki-laki itu. Padahal ia belum mengenal satu sama lain. Tapi dia memberanikan diri, bermaksud meminjam sepeda salah satu dari mereka. Ketiga lelaki itu mencoba menghindar, dan rela membanting diri ke tanah. Ada yang jatuh sampai tiarap, bahkan sampai nyium tanah. Untung aja tanahnya nggak ikut ke masuk dalam mulutnya. Ke 3 laki-laki itu adalah Rey, Ken, dan Vano.

" Eh bangun dong! Jangan pada drama gitu. " Ujar Raisha.

" Aduuuh… kamu ini siapa sih? Datang-datang main halang-halang. Yang drama juga siapa atuh? Kamu pikir nggak sakit apa? " Ujar Rey salah satu dari ke 3 Laki-laki itu.

" Sory. Gue mau minjam sepeda salah satu dari kalian. Gue nggak tahu siapa kalian. Ya udah gue halang aja. " Ujar Raisha.

" Tapi kamu jangan gitu juga dong caranya minjam, kalau ginikan namanya ngelukain orang.
Imam : Iya, aneh tau nggak " Ujar Ken salah satu dari yg lainnya.

" Ih.. sory-sory. Terus gimana dong caranya. Udah ah, bawel banget! Gue-kan hanya minjam bentar. " Ujar Raisha.

Raisha tak menghiraukan mereka. Ia tetap saja mendayung semakin cepat hingga suara ke tiga lelaki itu tak terdengar lagi olehnya. Hingga ia merasa bahwa ke-3 lelaki itu sudah tak Nampak lagi,dan berhenti untuk mengatur nafas sejenak. Di elus-eluskan dadanya yang terasa sesak dan sesekali menoleh ke belakang. Tanpa di sadarinya dari arah depan sudah berdiri ketiga lelaki yang salah satu dari mereka di ambil sepedanya.

" Huaaaaa! " Ujar Raisha kaget.

" Hhuhh. .ngagetin aja. Bisa-bisa gue teriak nih. Mau lo? " Sambungnya lagi.

" Turun! Apa-apaan kamu. Nggak di kenal main ngambil sepeda orang. Seharusnnya yang teriak itu aku, bukan kamu. " Ujar Vano.

" Kan gue sudah bilang sory. Pelit banget sih kalian. Awas gue mau lewat. " Ujar Raisha.

" Enak aja. TURUN! Kamu pikir ini sepeda umum? " Ujar Rey dengan nada kesal.

Raisha ngalah. Ia sadar ia salah, dan turun dari sepeda itu. Ia menarik nafas panjang dan menyerahkan sepeda itu lagi. Dia tidak mengucapkan apa-apa lagi. Cukup tarik nafas dan ngedumel dalam hati. Laki-laki yang sepedannya di ambil tadi,awalnya memang marah. Namun tak lama kemudian ia iba dengan sikap Raisha. Tapi tidak begitu saja menyerahkan sepeda itu lagi.

" Sebenarnya kenapa sih,kamu butuh sepda ini? " Tanya Ken.

" Apa urusannya dengan kalian? Awas minggir,gue buru-buru. " Ujar Raisha.

" Tunggu! " Ujar Rey.

" Lo semua mau apa sih? Kan gue udah serain sepeda lo? Mau apa lagi? Udah ah, gue buru-buru nih, sekali lagi gue minta maaf. " Ujar Raisha.

.
.
.
.
.
.
.
.
















































Raisha berhenti di sebuah perempatan jalan. Ia bingung mau lewat dimana lagi. Ke kanan? Ke kiri? Atau ke depan? Raisha kembali menggaruk-garuk kepalanya. Selagi ia bernegosiasi dengan otaknya. Tiba-tiba ia di kejutkan oleh suara bell sepeda, yang rupannya dari ketiga lelaki yang di jumpainya tadi. Raisha tersentak dan menoleh ke belakang. Wajahnya kusut di tekuk. Belum lagi kakinya sudah terasa sakit, dan jam sudah menunjukkan pukul 09.00. Waktu yang benar-benar buatnya terdesak.

SIBLINGS [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang