Chapter 1

9 0 0
                                    

I LOVE HIM

Rei dan Anna resmi berpacaran. Informasinya menyebar secepat kilat di SMA Angkasa. Walau sukar dipercaya, tapi jelas itu adalah informasi yang valid. Sayang, kesenangan untuk menggali lebih dalam topik itu harus terpotong bel masuk. Meski sebagian siswa sepertinya tidak peduli, salah satunya Karina sahabat karib Anna.

Dengan alasan ke toilet, dia berhasil menyeret dan menginterogasi Anna.

"Anna, kok lo langsung nerima Rei gitu aja sih? Lo nggak tolol-tolol amat kan buat curiga motif dia yang tiba-tiba nembak lo! Gosh, kalian bahkan nggak pernah saling ngobrol apalagi PDKT!" Keadaan toilet yang kosong karena jam belajar membuat Karina tak segan mengoceh.

Anna mendelik, ingin membantah tapi benar adanya. Laki-laki itu, tak pernah terlihat mendekatinya.

Tak peduli delikan maut yang dilayangkan Anna, "Please mikir! Gue tau lo udah lama suka sama dia, tapi jangan jadi tolol juga dong!"

"Gue tau dan yang lo bilang emang bener. Tapi, gue rasa ini bisa jadi kesempatan gue. Kalau emang nantinya nggak berakhir dengan baik, gue bakal sadar dan pastinya nggak akan berandai-andai soal dia lagi. I mean, seenggaknya gue udah usaha." Anna menjelaskan dengan tenang.

Menarik napas dalam, Karina mencoba bersabar. Bagaimanapun, dia harus menyadarkan sahabatnya yang keras kepala dan nekat ini! 

"Yang lo bilang kesempatan ini terlalu janggal! Rei emang punya image bagus seantero sekolah, tapi untuk tiba-tiba jadiin lo pacar itu terlalu berisiko. Apalagi, circle dia jauh beda sama lo! Anna, I know you love him so much and for so long. Tapi, ini terlalu nggak masuk akal!"

"Yah, I love him. Gue tau lo khawatir  sama gue dan makasih buat itu. Tapi, Karin keputusan gue udah bulat." Anna menatap Karina dengan yakin dan Karina tahu sudah tak ada jalan keluar untuk membujuk sang sahabat menarik keputusannya.

Mengembuskan napas pasrah, "Ya udah, untuk sekarang gue bakal dukung keputusan lo." Yah, Karina akan mendukung Anna untuk sekarang. Kedepannya, tergantung bagaimana hubungan Rei dan Anna berjalan. Karena, sekali lagi ini terlalu janggal.

Anna tersenyum, tahu sahabat dari kecilnya itu pasti akan mendukung. "Makasih Kar, lo emang terbaik!"

"Gue emang terbaik!"

"Nah, karna udah clear yuk balik ke kelas, kita udah lumayan lama di sini," mereka tertawa, meninggalkan toilet dan kembali ke kelas XI IPS II.

---

Bel pulang akhirnya berbunyi, kelas mulai ricuh. Sebagian siswa memang menjadikan waktu pulang sebagai salah satu yang paling ditunggu. Waktu yang tepat untuk nongkrong, ekstrakurikuler yang disenangi, hingga sekadar pulang istirahat. Namun, entah kenapa saat ini di depan kelas XI IPS II lebih ramai dari biasanya. Anna mengernyit heran, yang tak lama kemudian menjadi tahu alasannya.

Rei berjalan menuju ke arahnya, dengan tas di salah satu pundak. Dan hanya karena itu, Anna menjadi sangat gugup. Semakin dekat Rei, semakin Anna berharap detak jantungnya yang berisik tidak didengar pria itu.

"Pulang bareng," ucap Rei, lagi-lagi dengan sangat datar.

Meski sempat tertegun menatap laki-laki itu, Anna akhirnya bisa menjawab dengan normal, "Iya, kak."

Rei memimpin jalan, Anna mengikuti. Langkah lebar laki-laki itu membuatnya seakan berlari kecil, bermaksud ingin berjalan beriringan. Sayang, Rei sepertinya tak cukup peka. Anna hanya bisa menghela napas pasrah.

"Oi Rei!" Terdengar seruan dari arah parkiran yang juga menjadi tujuan keduanya.

Anna diserang rasa tidak nyaman. Di sana sudah ada tiga orang yang ia tahu sebagai sahabat Rei.

Tiba di depan mereka, Anna memosisikan diri tepat di belakang Rei. Tinggi badan cowok itu membuatnya tertutupi sepenuhnya, meski percuma, karena keempat orang itu jelas sudah melihat Anna dari jauh tadi.

"Kenapa?"
Pada dasarnya, mereka bukan sebuah gang yang wajib berkumpul di sekolah hingga pulang sekolah. Untuk kegiatan sepulang sekolah, mereka lebih sibuk pada ekskul masing-masing.

"PJ lah! Kita sengaja kumpul khusus hari ini buat kalian berdua. Pokoknya, agenda pajak jadian wajib ada!" Dario Wardana, namanya. Sekaligus teman Rei yang tadi berteriak memanggil. Si cowok humble, terkenal ramah dan punya kenalan dimana-mana. Tampang yang cenderung terlihat ramah dengan lesung pipi khas membuatnya terlihat manis dan tentu tampan. Dia juga pencetus agenda ini.

Rei menatap temannya yang lain, meminta pembenaran dari ucapan Dario.

"Ya, sekalian kenalan sama pacar baru lo," Alan Mahendra, laki-laki berkacamata yang dikenal sebagai sosok ketua osis yang tegas itu menyetujui agenda usulan Dario.

Sedangkan, satu cowok dengan name tag Januar Arvin Ibra, berkulit sawo matang dengan tampang malas seakan tak tertarik dengan apa pun itu hanya mengangguk pelan.

Rei berbalik menatap Anna. Seakan mengerti, cewek itu kemudian mengangguk setuju. Walau dalam hati, cukup was-was dengan suasana canggung yang akan ia rasakan nanti.

"Oh, Jessy bakal nyusul juga katanya," Dario melemparkan informasi yang dirasa Anna sangat terlambat.

Sebisa mungkin, Anna ingin menghindarinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

30 Days To Make You Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang