Kita

5 0 0
                                    

Sobre mí y él lleno de lara.

-Tentang aku dan dia yang penuh dengan lara.

Aku dan dia adalah lara, yang mencoba berdamai dengan luka, berandai akan romansa dengan penuh kebahagiaan.

Namun nyatanya, sebaik-baiknya cerita adalah sebuah proses mengenai perjalanan serta pelajaran menuju kedewasaan.

Aku dan dia ada, hari ini. Entah esok, sebab sejatinya perasaan manusia gampang sekali berubah dan setiap manusia berhak menentukan pilihannya. Entah endingnya aku yang akan memutuskan pergi, ataupun dia yang akhirnya memilih pergi. Ataukah kita sama-sama berusaha menetap dan membuktikan bahwa 'people come and go' hanyalah kata yang perlu di dengar tanpa harus di lakukan.

Konon katanya ' Jalani saja dahulu Ra, kamu boleh memikirkan hari esok, tapi jangan berlebihan sebab aku tidak pernah tahu dan aku tidak ingin kamu tenggelam dalam perandaian yang tak pasti. Yang perlu kamu tahu adalah hari ini, dan seterusnya aku akan selalu di sini, mencintaimu setulus mungkin, Tak perlu perandaian dan imjinasi, aku ada dan akan selalu begitu Ra. '

Dan sialnya, aku begitu jatuh dalam dekapan-dekapan kata dan kita. Yang penuh lara.

-----------

Kali ini aku lebih suka hububungan private tentang hal relationship. Sebab beberapa ketakutan serta perubahan terbesarku berawal dari percintaan, mulai dari perselingkuhan, toxic relationship, dan hubungan yang tidak sehat lainnya yang membuatku berkali-kali mengutuk diri sebab terlalu tulus dalam mencintai orang.

" Kopi Susu nya satu atas nama Senandika " ucap barista di depan bar.

Yap, Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke caffe shop terdekat dari kostan ku, untuk menghilangkan penat yang menyapa amygdalaku akhir-akhir ini, dengan segala kemageran yang selalu menempel dalam tubuhku akhirnya aku memutuskan untuk jalan kaki dari kost ku dan mencari coffe shop terdekat. Dan ya, aku disini memesan satu Kopi susu dan kentang goreng. Atas nama Senandika sebab kata itu sedang mewakili apa yang tubuhku rasakan saat ini, mengenai rasa, firasat, serta berisiknya isi kepala yang enggan meredup. Alih-alih ia juga keindahan yang selalu menyapa tubuh, walapun berisik mereka adalah teman paling setia yang menemani sepiku selama ini. Ya dia adalah senandikaku, yang ada dan hadir dalam diri.

Aku bergegas menuju bar depan untuk mengambil minuman ku, alih-alih ingin mengambil justru lelaki di sampingku langsung mengambilnya dan pergi membawa minumanku. Lantas aku sedikit berlari kecil untuk mengejarnya dan memegang pundaknya.

" Mas mohon maaf itu minuman saya " Kataku dengan senyum malu-malu, sebab aku sangat pemalu jika harus berhadapan dengan orang asing.

Ia langsung bebalik badan dan menatapku penuh tanya

" Senandika? " Tanyanya

" Iya, minuman saya atas nama senandika "

" Wah, i'm sorry Mbak, soalnya nama kopi yang saya pesankan juga atas nama senandika, tapi ini kopinya udah saya sedot gimana dong " katanya dengan sedikit tertawa kecil, lalu membuka suara kembali. " Sini Mbak duduk dulu di meja saya, nanti saya ambilkan untuk Mbaknya gimana sebagai permintaan maaf saya "

Aku diam, berfikir apakah aman jika aku harus duduk dengannya, tapi sepertinya aku dengan dia sedang sama-sama memiliki masalah yang tak punya rumah. Aku menganggukan kepalaku tanda mengiyakan sarannya agar aku duduk di mejanya.

" Kenapa harus senandika mas? kan banyak nama lain. " Tanyaku padanya

" Suka aja karena cakupannya artinya luas, dan orang bingung menerka apa yang sedang ia pikirkan, karena gini ya Mbak, kan arti senandika tuh banyak, bisa firasat, perasaan, ataupun konflik batin antar dirinya sendiri. Dan kita ga pernah tau apa yang sedang diri rasakan sebenarnya. Makanya Senandika hadir atas jawaban dari segala berisiknya sukma dan amygdala kita. Tapi ya tapi, saya mesen atas nama senandika bukan berarti lagi galau loh hahaha "

Bulan sabit di bibirnya hadir dengan begitu indah, dan sialnya aku hampir tenggelam dalam setiap kata yang dia lontarkan sebab begitu related dengan kehidupanku ini.

" Bilangnya doang enggak aslinya pasti lagi galau tuh haha, pasti suka baca buku ya Mas nya? "

" Fase-fase galau saya udah habis, sekarang lagi ada di fase ya jalanin aja lah, Males banget saya baca buku Mbak, mau ngerjain tugas aja males banget ini......

" Kopi susu atas nama Senandika " Suara baristanya sangat menggema di seluaruh ruangan ini, dan dia langsung berdiri " wait ya Mbak, jangan kemana-mana "

Aku membuka tas ku dan menerima beberapa pesan dari Nora sahabatku, yang sudah menspam belasan chat menanyakan keadaan serta keberadaanku saat ini dan aku hanya membalas ' Lagi ketemu pangeran dulu jangan berisik ' Sebab terakhir aku chat ke dia aku bilang akan pergi jalan kaki entah kemana enggak ada tujuan. Sampai akhirnya aku menemukan coffe shop ini.

" Kopi susu atas nama senandika " katanya dengan penuh senyuman. Dan sialnya aku pipiku memanas memunculkan semburat rona merah yang sudah lama ku simpan dengan rapi.

" Waaa thank you loh Mas hehehe "

"Ur well, oke Saya lanjutin ya obrolan saya yang tadi, sorry ni kepotong, saya nih pemalas Mbak, ya gini sok-sokan bijak aja padahal aslinya malas banget, kalau Mbaknya sendiri kenapa ngasih nama Senandika ? "

Damn, aku sangat menghindari pertanyaan ini, sebab senandika sangat menggambarkan segala rasaku saat ini, tentang brisiknya amydgala, laranya sukma, serta pedihnya nurani akan romansa-romansa yang tak berarah.

" Lara " Dan bodohnya aku malah mengucapkan kata itu dengan lirih.

" What makes you say Lara, must have a reason. But dari kata senandika aja udah menggambarkan kok Mbak. "

Kita tenggelam dalam keheningan yang menggema dalam seisi semesta, semakin sibuk akan kebenaran-kebenaran apa yang telah di lontarkan. Mengenai pertemuan-pertemuan yang tak pernah di janjikan, mengenai lara serta senandika yang mendekap dalam diri yang penuh kebingungan. Aku masih enggan untuk menjawab pertanyaannya, banyak ketakutan Mas untuk kembali terbuka, untuk kembali jatuh dan mencintai begitu tulus. Tanganku mengambil kopi susu yang telah kupesankan dan langsung ku minun perlahan.

" I have no reason, we are strangers and I don't want to go too far into Lara. "

Salam hangat

Cathra Ellora

-------------

Aku masih memikirkan perkataan dia ' We are strangers ' Kata yang singkat namun begitu menusuk, dan mengapa aku tak terima jika memang benar adanya kita hanyalah orang asing. Yang di pertemukan oleh semesta dengan tak sengaja, tetapi aku bertanya-tanya dalam gelapnya malam dan dinginnya kota kutub ini. Luka apa yang telah memeluk senandika? sedalam apa luka yang telah ia peluk? rumah mana yang mendekapnya ketika sepi? dan sialnya aku memikirkan tentang senandika.

Satu kata yang membuatku tak bisa terlelap dengan tenang ' Lara '

Salam bahagia

Davvendra Eknath

------




Hai teman-teman terimakasih sudah membaca tulisanku, semoga menyenangkan ya !! jangan lupa kasih bintang dan komen juga!! love u all ✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

METANOIA ( Farfalla.30 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang