2

1.5K 139 15
                                    


Jeon kembali diam-diam memperhatikan Kim yang kini sedang mengasah sebuah pedang di depan kamar tidurnya.

Pemuda manis itu melihat Kim dengan pandangan kagumnya seperti biasa. Apakah sopan begini?

Jeon tau kalau tindakannya ini tidak bisa dibilang sopan, jika ayahnya mengetahui hal ini pasti dia akan dihukum untuk membersihkan kandang kuda lagi.

Kembali lagi dalam kegiatan 'menatap pujaan hati diam-diam', Kim terlihat mengelap pedangnya. Ingin sekali Jeon menghampiri Kim dan duduk di sampingnya. Namun, pemuda manis itu kepalang takut dengan aura dingin sang jenderal. Apalagi, kemarin dia sempat menendang wajah Kim dengan tidak sopannya. Dalam hati, Jeon ingin minta maaf karena jika dipikir-pikir, perbuatannya itu sudah keterlaluan. Tapi kembali lagi, Jeon terlampau takut dan pemuda manis itu ingin mengubur dirinya hidup-hidup karena tidak  berani mendekati Kim.

"Pangeran, maaf menganggumu, Yang mulia raja memanggilmu" Tibat-tiba, seorang pelayan wanita mencolek bahunya dari belakang.

Menghela nafas kasar dilakukan oleh Jeon. Dia sama sekali tidak suka bertemu dengan ayahnya, pasti ada hal-hal merepotkan  yang ingin ayahnya berikan padanya. Tapi, kali ini Jeon tidak menolak, daripada diburu prajurit dan diseret oleh ayahnya sendiri, Jeon lebih baik segera menemui ayahnya.

Pemuda manis itu lantas pergi dari sana dengan wajah kesal sambil mengerucutkan bibir mungilnya, kedua kaki jenjangnya menghentak-hentak tanah dengan tekanan tajam.

Sementara, tanpa Jeon sadari, Kim selesai membersihkan pedangnya dan melihat ke arah pohon yang mana disana tempat Jeon mengintip dirinya.

"Kenapa sih anak manja itu mengintaiku terus-terusan? Apa dia ada dendam denganku?" gumam Kim sambil menggeleng pelan, sangat tidak paham dengan kelakuan calon raja itu.

.........

"Ikut ayah untuk menemui sahabat ayah ke utara" Sang Raja bersabda—yang mana itu adalah ayah Jeon sendiri, langsung saja Jeon menautkan kedua alisnya dengan tatapan awas.

"Untuk apa ayah? Itu kan sahabat ayah? Kenapa aku harus menemuinya juga?" ujar Jeon, bibirnya mencebik lucu dan membuang wajahnya ke lain arah.

Menghela nafas dilakukan oleh Raja. Benar-benar anaknya ini mirip sekali dengan dirinya waktu muda : keras kepala.

"Tentu saja untuk belajar bersosialisasi. Di masa depan, kau yang akan memimpin kerajaan ini. Kau harus mengenal banyak orang dan membangun koneksi itu penting" jawab sang Raja, membuat Jeon bungkam.

........................

Negara Utara, negara itu dingin dan suram. Untung saja tidak terjadi salju yang lebat, jadi kuda-kuda dari kerajaan Devonte bisa berjalan dengan mulus sambil menarik kereta yang berisikan Raja dan anak lelakinya.

Sementara, di barisan paling depan ada Jenderal Kim yang memimpin perjalanan sambil naik kuda hitam dengan gagahnya.

Jeon diam-diam merona ketika melihat Kim memakai jubah kulit berwarna hitam, dia benar-benar tampan membuat Jeon sulit untuk mengendalikan detak jantungnya yang tiba-tiba menggila.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di istana negeri utara yang mana mereka langsung disambut oleh seorang kakek berkumis putih dan berjubah merah khas seorang Raja. Di kanan dan kirinya ada penjaga dengan wajah sangar dengan sebuah pedang yang menggantung di pinggangnya.

"Theodore! Setelah sekian lama, Kau akhirnya datang sahabatku!" Raja Utara langsung memeluk ayah Jeon,

"Richard aku sungguh merindukanmu!" ujar ayah Jeon,

VICLE, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang