3

1.5K 128 12
                                    

Warning : 18++

.
.
.
.
.
.

Mengerjapkan kedua matanya dilakukan oleh Jeon. Cahaya matahari menyerang matanya menyebabkan Jeon mengernyit sesaat. Ketika kedua matanya telah menyesuaikan diri dengan cahaya dan melihat ke sekelilingnya,

Deg

Dan Jeon terkejut bukan main.

Bolehkah dia meninggal saja?

Yang dia dapati sekarang adalah kamar tidur sendiri. Mungkin, untuk kebanyakan orang, bangun tidur di kamar sendiri adalah hal yang sangat normal tapi-

"AKKKHHHH!" Jeon berteriak sambi memukul-mukul bantalnya setelah itu, bantal malangnya dilemparkan ke segala arah.

Mengapa dia tiba-tiba bisa berada di kamarnya sendiri? Bukankah dia tidak mau pulang ke istana dan ingin melarikan diri?

Oh ya, apa terakhir yang dia ingat?

Dikejar bandit hutan, lalu....

Seketika kedua pipi Jeon memerah ketika mengingat bagaimana dia tidur bersandar di bahu Jenderal Kim, dan lelaki tampan itu sama sekali tidak menolak. Sekarang, Jeon sedang menenggelamkan wajahnya di selimut, dia benar-benar merasa senang!

Namun tiba-tiba, dia teringat sesuatu.

Kepalanya kembali tegak dengan wajah pias yang penuh akan gurat kegelisahan dan panik.

Jika dia ada di istana, dia harus memastikan, apakah rombongan raja utara sudah pulang atau belum?

Demi tuhan! Dia sama sekali tidak mau untuk bertemu atau sekedar berpapasan dengan sialan Evander itu!

Tok!

Tok!

Tok!

Jeon terperanjat ketika mendengar suara ketukan pintu,

"Pangeran, ini saya" Ujar seorang lelaki.

"Silakan masuk Liam" jawab Jeon dengan suara serak. Liam adalah pelayan pribadi Jeon, dari Jeon kecil, Liam lah yang menyiapkan dan mengurus semua perlengkapannya. Dari pakaian, asesoris, sepatu, perawatan tubuh dari uKim kaki sampai uKim rambut. Jadi, jangan heran jika Jeon memiliki tubuh yang bersih dan berkilau dari uKim kaki dan uKim rambut, itu semua karena Liam mengurus Jeon dengan baik dari kecil.

Pintu kemudian terbuka, menampakan seorang lelaki paruh baya dengan mata rambut pirang panjang yang diikat dan digulung di atas.

"Liam! Liam! Cepat kesini!" Jeon turun dari kasurnya, kemudian berlari ke arah Liam, menariknya masuk lebih dalam kamarnya.

Blam!

Pintu kemudian ditutup begitu saja oleh Jeon.

"Pangeran? Ada apa?" Liam memasang wajah kaget yang kentara, kedua tangan Liam bertengger di bahu sempit Jeon dan menatap Jeon penuh kelembutan yang mendalam, bagaikan menatap anaknya sendiri.

"Apa rombongan Raja Utara sudah pulang?" ujar Jeon dengan cepat,

"Belum pangeran, mereka menginap disini karena menunggu kedatangan anda. Anda darimana saja? Kenapa kemarin menghilang seharian? Semua disini cemas! Untung saja saat menjelang malam, Jenderal Kim datang membawa anda" Jelas Liam. Lelaki paruh baya itu tau kalau Jeon memang suka kabur, tapi sampai menghilang seharian, pasti ada sesuatu yang menganggunya, hidup bertahun-tahun dengan Jeon, Liam bisa merasakan kecemasan Jeon hanya dari sorot mata biru nya yang jernih. Sementara, Jeon merasa begitu terhianati oleh Kim, bukankah Jeon sudah bilang kalau dia tidak mau pulang? Pasti Kim memanfaatkan dia ketika dia tidur dan membawanya ke istana waktu dia tidur. Kim menghinatinya.

VICLE, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang