satu.

624 78 9
                                    

"tuan Mark."

Bibir tipis Mark berkedut ketika mendengar suara merdu memanggil namanya. Mark masih dalam peran seorang pemilik perusahaan yang sibuk ketika parfum si mungil menyapa indra penciuman nya. Menandakan bahwa si mungil kini tepat berada di depan mejanya.

"Ya, ada apa sekertaris Lee?" Tanya Mark dengan suara beratnya. Di tatapnya sekertaris mungil dengan balutan kerja yang pas tubuh. Memperlihatkan betapa ramping pinggangnya. Yang ingin sekali Mark remat dalam pangkuan.

Sekertaris Lee yang dimaksud tidak langsung menjawab. Alih-alih menjawab, ia menggigit bawah bibirnya. Terlihat ragu untuk berkata. Namun, tindakan kecil itu lagi lagi membangunkan sesuatu dalam diri Mark.

Sayang, Mark tidak sesabar itu.

"Apa bibir mu kehilangan fungsi?"

Si mungil dengan kulit tan yang indah dan eksotis tersentak kecil. Ia lalu segera menggeleng hingga helai demi helai rambutnya ikut bergoyang. Menggemaskan.

"Saya menemukan ini di atas meja saya," mulai si mungil ragu mengulurkan sebuah kotak jam tangan dengan merk dunia dengan dua telapak tangannya.

"Lalu?" Tanya Mark kini lebih santai menyamankan diri pada sandaran kursi kebesarannya.

"Ini terlalu besar untuk ukuran bonus, tuan."

"Kau meragukan penilaian ku, Lee Haechan?" Serang Mark langsung hingga pemuda mungil dengan nama Lee Haechan kembali mengangkat pandangan terkejut.

"Tidak, bukan begitu tuan, tapi-"

"Sepuluh menit yang kau habiskan untuk pembicaraan ini bernilai jutaan won, apa kau tau itu?"

Haechan langsung gelagapan.

"Ah, maafkan saya," ujarnya dengan kepala tertunduk. Berniat pergi untuk tidak lagi membuang waktu berharga milik pebisnis muda yang terkenal jenius di depannya. Ia dengan pasrah memandang hadiah puluhan juta won di tangannya dengan rasa rendah diri.

"Tunggu," kata Mark begitu Haechan berbalik hendak pergi.

"Ya tuan?"

"Aku ingin buah plum, yang segar dan manis."

"Baik tuan, segera saya Carikan."

Haechan berbalik dengan cepat dan hendak meraih handle pintu, ketika suara Mark menggema lagi.

"Aku mau sekarang."

Gerakan Haechan terhenti dan berbalik lagi menghadap tuan nya. Bukankah Haechan sudah katakan bahwa ia akan segera mencarikan? Tidak bisakah tuan besar ini memberinya waktu?

"Saya akan kembali secepatnya," janji Haechan dengan wajah mantap meyakinkan.

Mark terkekeh kecil, ia lalu bangkit memutari meja nya. Melangkah perlahan hingga berhadap-hadapan dengan sekertaris yang berhasil mencuri fokusnya.

"Kenapa harus mencari bila kau sudah memiliki?" Tanya Mark dengan suara berat. Membuat bulu kuduk Haechan perlahan berdiri.

"Saya? Saya tidak memiliki buah plum tuan."

Mark menyentuh sisi telinga Haechan. Merapikan anak rambut yang sedikit mencuat disana. Gerakan kecil itu entah bagaimana membuat Haechan merasa tak nyaman.

"Kau sudah memiliki, bahkan terlihat sangat segar," ujar Mark lagi. Kini telapak tangannya yang besar berganti mengelus pipi Haechan yang diselimuti lemak bayi.

"Tapi, saya benar benar tidak punya tuan," kata Haechan kini merasa makin bingung. Tidak mengerti satu pun kata kata Mark.

Kedua mata Mark yang tajam memandang wajah kebingungan Haechan Lamat Lamat. Menikmati garis garis itu membentuk ekspresi menggemaskan namun juga menggairahkan.

oh my secretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang