Tiga.

281 29 2
                                    

Sepanjang sebuah jalan raya yang sepi. Dengan semak belukar menghiasi kedua sisi. Tampak seorang lelaki remaja berjalan gontai menyusuri di siang hari yang terik. Remaja itu mendongak, menyipitkan matanya guna menghalau sedikit silau dari sang Surya yang seakan membakar.

Remaja bertubuh kurus dengan pakaian lusuh itu menelan ludah demi membasahi kerongkongan yang entah kapan terakhir meneguk setetes air. Bibirnya yang pecah dan kering menggumam lemah. Berdoa dalam payahnya hati.

Berharap akan adanya keajaiban. Atau, kalau tidak, cepatlah sang ajal menjemput nya. Tubuh kurus dan penuh lebam ini sudah tidak kuasa rasanya.

Lalu, seakan sang pencipta mengabulkan doa dalam lemahnya, sebuah mobil melewatinya dengan kencang. Hampir menabrak dirinya. Namun demikian, tubuhnya yang terlampau lemah tetap terjatuh walau mobil berwarna metalik hitam tidak menyentuhnya sedikitpun.

Pemuda kecil berusia empat belas tahun itu mendongak dengan mata yang hampir terpejam. Sesosok pria berbaju hitam tengah menatapnya dengan tangan di dalam saku.

...

"Kau sudah selesai?"

Suara dari luar pintu kamar mandi menyentak tubuh mungil Haechan. Pemuda dengan Surai madu berwajah bulat itu menggigit bibir bagian bawahnya. Pertanda gelisah.

"Nde, sebentar lagi," sahut Haechan dengan sopan. Lalu matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Disana seorang pemuda berambut coklat yang agak basah menatapnya balik. Pemuda dalam cermin itu tampak mengenakan piyama sutra halus berwarna navy. Masalahnya adalah, pemuda itu hanya mengenakan bagian atas piyama.

Haechan mendesah, mengacak-acak rambutnya frustasi. Bagaimana mungkin ia keluar bilik kamar mandi hanya mengenakan atasan piyama yang walaupun kebesaran tampak mengikuti seluruh bentuk tubuhnya. Haechan meringis melihat bokser ketat yang ia kenakan sekarang.

Kalau begini, apa bedanya ia dengan pelacur diluar sana?

"Haechan ah, kau yakin tidak apa apa?" Tanya suara berat itu lagi. Suara bosnya yang satu kamar dengan Haechan, Mark Lee.

"Ya, saya, saya baik baik saja."

Perjalanan bisnis mereka ternyata memakan waktu hingga mereka terpaksa menginap. Haechan sudah berusaha mendapatkan dua kamar, atau paling tidak satu kamar dengan ranjang terpisah. Namun usahanya nihil. Padahal sekarang ini masih lah weekday.

Karena rencana menginap dadakan ini jugalah, Haechan tidak membawa apa apa kecuali setelan pakaian kerja yang ia kenakan. Beruntung bosnya bersedia meminjamkan ia pakaian tidur. Yang tidak Haechan duga adalah, pakaian yang ia dapat hanyalah selembar menutup bagaian atas.

Haechan mengesah untuk sekian kalinya. Ia tidak bisa terus bersembunyi dalam bilik kamar mandi. Tuan Mark, bosnya sudah mengkhawatirkan dirinya sejak tadi. Tapi ... Haechan tidak yakin bisa keluar hanya dengan piyama bagian atas mengekspos setengah pahanya hingga kaki jenjangnya.

Perang batin Haechan masihlah berlanjut.

Klik.

Haechan keluar kamar mandi dengan tangan menarik narik bagian bawah piyama guna menutupi bagian bawah yang tidak tertutupi sempurna. Ia berjalan mengendap, agak membungkuk, persis seperti pencuri yang hendak beraksi.

"Kau sudah selesai?"

Haechan tersentak kaget dan menoleh ke belakang. Sosok pria matang usia tiga puluhan awal balik menatapnya.

"Iya tuan," jawab Haechan gugup bingung melihat kearah mana. Pasalnya pria di hadapannya, Mark Lee, hanya mengenakan celana piyama tanpa atasan. Karena bagian atas melekat di tubuh mungil Haechan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

oh my secretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang