□ 01. papa menangkapmu □

1.6K 212 26
                                    

Sttttt baca aja langsung. Ini cerita baru. Yaya up langsung karna takut hilang di draf. Lanjutnya masih nanti dulu. Yaya fokus ke Gexian ya. Cerita ini murni karya yaya! Jangan di copy paste! Semoga kalian menyukainya♡

.

One!

Seperti rutinitas kesehariannya, Iefan pergi bekerja setelah pulang sekolah. Iefan mendapat bagian jaga toko shif malam, yaitu dari jam tujuh malah sampai jam tiga pagi. Karena menurutnya cukup melelahkan harus pulang dulu ke kos, ia memilih pergi langsung ke toko dan menunggu disana.

Iefan masih menggunakan seragam sekolah dan membwa ransel, ia meletakkan dulu sepeda nya ke parkiran di halaman belakang toko. Hari ini hari jumat, tidak terlalu banyak pelanggan dibandingkan hari biasanya terutama weedkend.

Saat akan masuk ke toko melalui pintu belakang kebetulan teman kerjanya keluar sambil membawa sampah cukup banyak.

"Datang cukup awal? Bolos?" tanya Jeroll.

Iefan tersenyum dan menggeleng. Jeroll adalah seniornya kerja, mereka sudah saling kenal selama setahun jadi Iefan cukup hafal dengan kepribadian Jeroll. Orang yang kasar tapi sebenarnya perhatian.

"Barangnya apa udah dateng kok banyak sampah?"

Biasanya saat barang-barang datang mereka akan membuka semuanya dan banyak sampah kardus serta plastik. Tapi itu juga hanya seminggu sekali. Kamarin mereka berdua baru saja mengisi rak toko dengan penuh, tidak mungkin kan hanya satu malam semua barang sudah habis terjual?

Jeroll meletakkan sampah--maaf salah, melempar lebih tepatnya, dengan kasar. Ia berbalik dan berjalan kembali dengan Iefan mengikutinya.

"Tadi ada para bajingan buat ulah. Rak depan hancur semua. Kau lihat sendiri," ucap Jeroll setengah emosi mengingat kejadian sejam yang lalu.

Mereka pergi ke depan. Pemandangan memang berbeda namun ada bagian sedikit berantakan yang belum dibenarkan. Rak depan adalah tempat berisikan makanan menggunakan wadah berupa kaca. Jika rak itu roboh sudah pasti wadah itu hancur.

"Udah kasih tahu bos?" Iefan mengambil beberapa barang yang jatuh dan meletakkan kembali ketempatnya.

Jeroll juga ikut melanjutkan membereskan. "Udah. Bos baru aja pergi buat ngurus. Awalnya dia mau lapor ke polisi, tapi para bajingan itu minta damai. Walaupun mereka kasih kompensasi itu nggak bakal jamin mereka berhenti buat ulah."

"Benar," Iefan setuju.

"Kau tahu," Jeroll menghentikan sebentar tanganya dan melanjutkan. "Bajingan itu sebenarnya dari keluarga mafia," bisik Jeroll seolah sedang membicarakan hal rahasia.

Barang yang Iefan ambil jatuh saat Jeroll mengatakan kalimat kedua, beruntung Jeroll tidak tahu tindakan kelainan Iefan karena terlalu fokus membereskan, Iefan buru-buru menetralkan emosinya.

"Apasih kak, candanya nggak lucu. Lagian mana ada hal kaya gitu disini?"

"Di dunia ini apa yang nggak mungkin? Cuma aku heran aja. Mereka kerja kotor, memperlakukan hidup orang dan uang untuk main kaya hal biasa. Tck. Orang-orang nggak punya hati dan otak. Dibayar mahal pun aku nggak akan pernah sudi menjadi salah satu dari mereka. Bagaimana menurutmu?"

Iefan menaruh barang terakhir. Ia masih jongkok disamping rak, sedangkan Jeroll berdiri satu meter darinya, memaksa dirinya untuk melihat atas dengan susah paya. Jeroll yang berada di atas sana terlihat sangat tinggi, memberikan penindasan kuat pada mentalnya.

"Kau juga sama membenci mereka kan? Penjahat yang tidak punya otak dan hati nurani."

Dulu saat pertama kali Iefan bertemu dengan Jeroll, ia memiliki kesan jika Jeroll adalah orang kasar dan sedikit menakutkan. Lambat laun kesan itu mulai pudar, tapi kenapa pendapat pertamanya sepertinya benar kali ini.

PUTRA MAFIA { bromance }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang