G thu hrs blng ap. Yy mau crht tp g thu, udhl lupin :(
Kmntr d dkng klin yy tnggu ok :(Three!
.
Siang ini Iefan ditinggal sendirian di rumah yang begitu besar. Walapun secara harfian ini adalah rumahnya sendiri, namun Iefan merasakan seperti berada di tempat asing. Begitu pula orang-orang pekerjanya, mereka semua bukan lagi yang ia kenal di lima tahun yang lalu. Terkecuali satu orang yaitu Hans. Orang kepercayaan papanya.
Di maksud tinggal sendirian bukan berarti ia tinggal seorang diri melainkan banyak pembantu serta pengawal. Hanya saja mereka fokus bekerja dan mengabaikan keberadaan dirinya.
Iefan juga tidak terlalu peduli. Sekarang yang ada di dalam otak kecilnya adalah cara bagaimana membuat agar mereka semua marah hingga ia akhirnya ditendang dari rumah ini karena tidak betah akan keberadaannya. Mari kita analisis bersama.
Diantara mereka yang paling memilik tempramen buruk adalah pamannya kedua, Emran. Orangnya mudah marah dan tersinggung, terlebih pada dasarnya orang itu dari dulu juga tidak menyukainya. Jadi tanpa perlu usaha hanya dengan tampil buruk di depan pamannya atau sedikit mengganggu sudah membuat paman kesal.
Sedangkan untuk Zefa serta Bryan lebih baik ia berpikir dua kali lagi. Dua orang ini cukup gila. Bukan hanya verbal, mereka suka main fisik jika tidak senang. Lima tahun tubuhnya sudah cukup puas mendapat penyiksaan dari mereka. Sekarang ia tidak boleh gegabah. Ia harus berhati-hati.
Lupakan tentang Aron. Kakeknya orang yang keras kepala dan aneh. Apapun yang ia lakukan sama sekali tidak membuat kakek marah. Mau itu merugikan menguntungkan, kakek acuh tak acuh. Ia juga belum menemukan hal yang bisa buat kakek marah. Lupakan. Selama mereka membencinya berada disini, lambat laun kakeknya juga tidak betah denganya.
Jadi yang pertama, kita cari pergi ke tempat Emran untuk bermain.
Ketika Iefan turun, di ruang tamu sudah ada Hans yang berkutik dengan laptop untuk mengurus dokumen. Seharusnya Hans berada di kantor sekarang, namun tuanya menyuruhnya tetap tinggal di rumah untuk mengawasi Iefan kalau-kalau anak itu melakukan hal gila.
Melalui bingkai kaca mata bewarna emas, pandangan Hans sedikit lebih lembut melihat tuannya memiliki wajah santai daripada kemarin.
"Tuan, ada yang tuan butuhkan?" tanya Hans sambil beranjak berdiri melewatkan laptop ke atas meja.
Mata Iefan melirik screen laptop, menampilkan diagram serta tulisan aneh. Iefan mendengus karna tidak paham, lalu tatapannya berganti pada Hans.
"Aku ingin pegi ke tempatnya paman. Antar aku sekarang."
Tanpa sadar tangan Hans membenarkan posisi dasi walapun faktanya dasi itu terbentuk rapi dan pas tidak keliru. Itu hanya gerakan kebiasaan jika Hans dalam keadaan gelisah.
"Tuan Emran sekarang berdaa di kantor. Harusnya melakukan pekerjaan seperti hari biasanya. Namun baru-baru ini ada proyek baru yang tuan Aron berikan pada tuan Emran. Jadi mungkin dia sedikit sibuk."
Tidak ada yang salah melaporkan perihal itu pada Iefan yang tidak tahu apa-apa. Lagi pula tujuannya hanya agar Iefan tahu jika Emran itu sibuk jadi tidak perlu mencarinya.
Sayangnya penjelasan itu tidak berguna. Iefan tidak peduli dengan makna tersirat yang Hans katakan.
"Oh. Antarkan aku kesana. Aku ingin melihat tempat paman bekerja."
"T-tuan lebih baik tidak dulu. Tuan Emran terlalu sibuk. Saya tidak yakin kalau tuan Emtan memiliki waktu untuk menemani tuan disana. Bagaimana dengan pergi ke tempat lain? Ada beberapa tempat seru yang bisa saya sarankan tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRA MAFIA { bromance }
Короткий рассказIefan memegang lahir dengan membawa darah mafia di tubuhnya. Namun hatinya ditakdirkan menjadi bersih, baik seperti malaikat. Ia berjanji pada dirinya sendiri. Ia tidak akan pernah mewarisi jejak ayahnya. Hidup dengan damai, menggunakan uang bersih...