Tiga Puluh

1.1K 159 24
                                    

"Cewek tuh unik, ya? Kalau dikasih makanan, mood-nya langsung bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cewek tuh unik, ya? Kalau dikasih makanan, mood-nya langsung bagus."

*****

Karena terbawa emosi, aku melangkah cepat menuju gedung perpustakaan umum kampusku. Mungkin mengerjakan revisi dari Pak Rizal bisa mengalihkan emosi-emosi negatifku, seperti ketika aku patah hati dan menjadikan pekerjaan freelance sebagai pengalihan. Di siang hari tentu saja perpustakaan dipenuhi mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas. Menemukan satu meja yang kosong pun sudah untung. Namun, ketika laptop sudah dinyalakan dan tugas akhirku sudah di depan mata, tanganku justru tidak mau bergerak.

Begini, aku pun tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku memiliki beberapa ide di kepalaku, tetapi ragu untuk menuangkannya ke dalam bentuk gambar. Di otakku, mungkin ide-ide itu terlihat brilian, tetapi aku tidak tahu bagaimana pendapat Pak Rizal. Terlebih lagi kurang dari dua minggu lagi, aku akan berhadapan dengan lima dosen penguji dengan lima pemikiran berbeda. Bagaimana jika tidak ada satu pun penguji yang menyukai hasil desainku?

Berhubung perpustakaan sedang ramai, aku jadi kehilangan konsentrasi. Suara bisikan dan obrolan, serta mahasiswa yang berlalu lalang, semua itu adalah distraksi bagiku. Kututup kembali laptopku dan keluar dari gedung perpustakaan. Tujuanku selanjutnya adalah kedai kopinya Aruna, tetapi sama saja dengan perpustakaan, tempat itu pun ramai dipenuhi pengunjung dan driver ojol.

"Sori, Mik. Kamu datang di jam makan siang, sih. Meja yang ada stop kontaknya udah penuh semua." ucap Aruna di meja kasir.

Aku mengembuskan napas pasrah. "Ya sudah, aku pulang dulu. Kalau udah sepi chat aku, ya!"

Gadis berpipi tembam itu mengacungkan jempol. "Siap, Mik!"

Ketika telah sampai di kost, aku masih berusaha mengerjakan tugas akhirku. Aku kesal dengan kritik dan revisi dari Pak Rizal yang rasanya tidak kunjung habis. Rasanya ingin membuktikan diri bahwa aku pantas mendesain bangunan hotel yang baik dan membuat pria itu terkesan. Namun, di saat yang bersamaan aku pun merasa cemas. Di bimbingan selanjutnya, revisi apa lagi yang harus kukerjakan? Di sidang selanjutnya, kritik apa lagi yang akan kuterima? Aku tidak ingin dipermalukan lagi.

Pikiran-pikiran itu berputar di kepalaku hingga membentuk benang kusut yang sulit terurai. Lagi-lagi, aku menutup laptop dan mengembuskan napas panjang. Aku beranjak dari meja belajar dan berjalan menuju balkon lantai dua kamar kostku. Aku memejamkan mata ketika angin sejuk membelai wajahku lembut. Kutarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Melihat orang-orang yang melintas di jalanan dan arsitektur rumah-rumah yang cantik rupanya bisa membuat suasana hatiku menjadi lebih baik. Mungkin tidak ada salahnya jika aku menjadikan hari ini hari libur tanpa tugas akhir, kan?

Aku menunduk. Pandanganku tertuju pada teras kost. Di sana, terdapat kucing liar berbulu putih-jingga yang cukup tebal. Senyumku melebar. Aku berbalik badan, meninggalkan balkon dan turun ke lantai satu untuk menemui mahkluk berbulu dan menggemaskan itu.

Kapan Lulus? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang