kisah Jaka Tarub

114 4 0
                                    

Di sebuah desa di daerah Jawa, tinggallah seorang janda tua bersama anak angkatnya yang diberi nama Jaka Tarub. Ia diasuh sejak kecil oleh seorang seorang diri oleh sang ibu hingga menjadi pemuda tampan

Jaka Tarub senang berburu ke hutan. Ia menangkap ikan, burung, dan menjangan. Namun hari itu seharian ia berjalan tak menjumpai seekor hewan pun. Ketika istirahat, tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara wanita bercanda di tengah hutan

Jaka Tarub mencari sumber suara itu. Ia terkejut melihat tujuh gadis cantik sedang mandi di telaga. Mereka ternyata bidadari yang turun ke bumi. Jaka Tarub juga menemukan setumpuk pakaian di tepi telaga itu Kemudian disembunyikannya salah satu pakaian tersebut

Menjelang sore, bidadari-bidadari itu mengenakan pakaiannya kembali. Namun ada satu bidadari yang kebingungan karena pakaiannya hilang. Ia mencari ke sana kemari sambil menangis

“Maafkan kami, Nawang Wulan. Kami tak dapat menolongmu, sebentar lagi matahari tenggelam, kami harus-harus cepat-cepat pulang ke kayangan,” kata bidadari lainnya

Bidadari bernama Nawang Wulan itu sedih sekali melihat teman-temannya terbang meninggalkannya. Jaka Tarub segera keluar dari persembunyiannya untuk menolong bidadari itu dan mengajaknya pulang

Akhirnya Jaka Tarub menikahinya. Mereka hidup bahagia. Setahun kemudian mereka dikaruniai bayi perempuan yang diberi nama Nawangsih

Suatu hari Nawang Wulan berpesan kepada Jaka Tarub “Kakang, aku akan mencuci pakaian di sungai. Tolong tunggu tanakan nasiku. Jangan sekali-kali kau buka kukusannya!” Jaka Tarub merasa penasaran terhadap pesan istrinya itu

Dibukanya kususan tersebut. Ia terkejut tatkala menemukan setangkai padi. “Oh rupanya inilah ilmu yang dibawa Nawang Wulan dari kayangan. Menanak nasi hanya dengan setangkai padi cukup dimakan satu keluarga. pantas selama ini padi di lumbung tak pernah berkurang” demikian pikir Jaka Tarub

Perbuatan Jaka Tarub itu diketahui Nawang Wulan. Ia marah melihat kelancangan suaminya. Sejak itu Nawang Wulan tak dapat lagi menanak nasi dengan setangkai padi. Terpaksa ia menyuruh Jaka Tarub membuatkan peralatan penumbuk padi

“Sekarang kita harus bekerja keras untuk memperoleh beras.” Kata Nawang Wulan. Karena setiap hari ditumbuk, padi di lumbung cepat sekali menyusut

Jaka Tarub menyesali perbuatannya. Suatu hari ketika sedang mengambil padi, Nawang Wulan menemukan pakaian di bawah lumbung

Alangkah terkejutnya ia ternyata itu pakaiannya yang hilang ketika mandi di telaga beberapa tahun yang lalu. Tahulah ia ternyata yang menyembunyikannya selama ini adalah Jaka Tarub

Nawang Wulan segera mengenakan pakaian itu, Jaka Tarub terkejut melihat istrinya kembali menjadi bidadari. “Kakang selama ini kau telah membohongiku. Ternyata kaulah yang mencuri pakaianku. Kini sudah waktunya aku meninggalkan mayapada. Asuhlah anak kita hingga dewasa.” Kata Nawang Wulan berpamitan

Jaka Tarub berusaha mencegah kepergian istrinya, namun Nawang Wulan menggeleng. “Kodratku adalah bidadari, dan aku harus kembali ke kayangan.”

Alangkah sedihnya Jaka Tarub kehilangan istrinya. Sambil menggendong anaknya ia melihat kepergian bidadari itu. Hatinya teriris saat Nawang Wulan melambaikan tangan hingga hilang di balik awan

kumpulan cerita rakyat Nusantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang