Aku suka bunga.
Bunga itu menarik. Dari yang awalnya bukan apa-apa, tumbuh dan mekar menjadi bunga yang sangat menarik. Pelan tapi pasti, itu pasti terjadi.
Dan aku yakin semua bunga itu sama.
Di kelas, aku menanam bunga yang bijinya aku bawa dari rumah. Keluargaku mempunyai toko bunga dan aku diperbolehkan mengambil beberapa untuk aku tanam di sekolah. Aku meletakan pot bungaku di dekat jendela. Selalu, aku mengedarkan pandangan untuk melihat bunga yang kutanam. Namun yang kudapati tidak hanya bunga.
Kamu ada disana.
Kamu yang duduk di dekat jendela. Kamu yang selalu berdiam diri, sendirian, terkadang membaca buku di tempat dudukmu. Rambut yang diikat dengan rapi, kacamata yang tidak pernah lepas, rok yang panjangnya 10cm di bawah lutut, muka polos yang tidak ditutupi make up sedikit pun—mereka bilang, itu ciri khasmu.
Ciri khas seorang Nerd.
"Haruka, apa yang kamu lakukan?" Sial, perempuan yang satu ini lagi-lagi menangkapku melamun.
"Tidak ada." Aku melirik, ingin melihat bagaimana ekspressi wajahnya. Kan, begitu lagi. Muka bosan tidak percaya, make up tebal yang senantiasa menemani wajahnya, rok yang panjangnya 5cm di atas lutut, rambut yang dipotong sesuai mode masa kini. Beda sekali dengan kamu.
"Ayo pergi main, Haruka~ Sudah lama kita tidak hang out."
Ajak saja dia yang ada di dekat jendela itu. Aku yakin kamu lebih lama tidak hang out sama dia.
"Tidak, aku bosan." Aku bisa mendengar dia menggerutu, menghentakan kaki beberapa kali sebelum akhirnya pergi meninggalkanku. Yah, aku cukup ingat dengan kebiasaan yang satu itu. Seperti biasa juga, kamu pergi ke laki-laki lain dan mengajaknya pergi bermain juga.
Coba dia bisa contoh kamu.
"Kousaka-kun."
Tiba-tiba aku mendengar suaramu tepat di sampingku. Sontak aku menoleh, kaget dengan kehadiranmu yang tidak aku duga sama sekali.
"Hm?" Aku mencoba menatap matamu, yang langsung saja kamu palingkan begitu bertemu dengan mataku. Menggemaskan sekali.
"Apakah bunga itu kamu yang menanamnya?" Kamu bertanya padaku. Aku mengangguk, membenarkan pertanyaannya barusan. Seketika, kamu tersenyum. Aku tertegun.
Kamu tersenyum.
"Kamu merawatnya baik sekali, Haruka-kun. Terimakasih sudah meletakannya di dekat mejaku. Dia terlihat cantik sekali." Aku hanya bisa mengangguk, masih berusaha menarik kembali akal sehatku yang barusan pergi begitu kamu tersenyum.
Ah sial, Fujiwara Hana, kamu manis sekali.
Terserah orang mau bilang apapun tentang kamu, kamu ya kamu. Aku sangat yakin, bunga-bunga akan bermekaran dengan indah di saat yang tepat. Saat yang tepat itu, sudah dipastikan musim semi.
Sekarang sedang musim semi, bunga-bunga sedang bermekaran. Aku juga yakin, kalau kamu sedang mekar, Hana—Bunga. Mekarlah dengan indah, tetaplah menjadi dirimu, karena dirimu cantik apa adanya.
You are my kind of perfect, my definition of perfection, Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kind of Perfect
Short StoryMereka bilang, kamu enggak menarik. Terserah orang mau bilang apa, kamu ya KAMU.