[ 𝘿𝙊𝙉'𝙏 𝙋𝙇𝘼𝙂𝙄𝘼𝙏 𝙈𝙔 𝙎𝙏𝙊𝙍𝙔 ]
[Judul lama : Wheel Spin]
Paradigma palsu yang mengunci kami di luar garis batas yang ditarik oleh seseorang, kami pergi dan berteriak, berusaha membuat ikatan rantai di hati kami terlepas satu per satu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading🖤
...
Bugh!!
Sunghoon memejamkan matanya erat. Hari demi hari dia lewati dengan begitu berat. Hueningkai benar-benar merealisasikan perkataanya mengenai dirinya yang akan merasakan detik berganti detik menjadi terasa sangat lama. Sejak beberapa hari belakangan Sunghoon merasakannya, siksaan yang entah sampai kapan akan dia rasakan ini membuat waktu terasa begitu lama berputar. Apakah dia akan diperlakukan seperti ini sampai lulus nanti? Atau bahkan ketika dia sudah luluspun, dia akan diperlakukan seperti ini juga?
"Bangun."
Suara dingin Hueningkai membuat Sunghoon segera mencoba bangkit, tubuhnya sempoyongan sehingga tangannya refleks meraih lengan laki-laki di depannya saat dia akan jatuh kembali.
Mata Hueningkai memicing tidak suka, "Beraninya kamu menyentuhku dengan tangan kotormu itu!"
Bugh!!
Tersungkur lagi. Sunghoon sudah tidak punya tenaga untuk menahan dirinya agar tetap berdiri dan menghadapi Hueningkai. Tangannya meremat kuat perutnya sambil mengiris keras. Demi tuhan. Rasanya benar-benar menyakitkan. Sunghoon bahkan tidak bisa menghitung berapa banyak tinjuan yang Hueningkai berikan di perutnya.
"Bangun," Hueningkai memberikan perintah yang sama sejak beberapa menit yang lalu, "Ku bilang bangun, Park Sunghoon!!"
"Sudah ... tidak b— bisa ..." Sunghoon berkata jujur. Matanya bahkan tidak kuat untuk tetap terbuka. Tubuhnya kini benar-benar terkapar lemas di dalam gedung olahraga sekolah.
"Hei_" Hueningkai merendahkan tubuhnya, berjongkok tepat di depan wajah Sunghoon, "Aku baru memukulimu beberapa kali dan kamu sudah tumbang?" Terkekeh geli, dia kemudian mendorong kening Sunghoon saat dia mencoba untuk bangkit.
"Kai ... aku tidak tau salahku apa—"
"Salahmu karena kamu hidup kembali."
Lagi-lagi kalimat aneh seperti itu, dia benar-benar tidak mengerti apapun yang Hueningkai sedang coba katakan padanya. Suara erangan keras terdengar memenuhi gedung olahraga itu begitu Hueningkai mencengkram kerah seragamnya erat, "Kumohon maafkan aku—"
"Dosamu tidak akan pernah termaafkan," Hueningkai menyela cepat. Rahangnya semakin mengeras begitu sekelibat bayangan yang dia lihat di masa lalu kembali hadir dalam ingatannya, "Aku tidak akan pernah memaafkanmu, jadi berhentilah mengucapkan kalimat omong kosong seperti itu."
Setelah dihempaskan oleh Hueningkai, Sunghoon langsung bernafas dengan rakus, dadanya mengembang naik turun dengan cepat untuk mengisi paru-parunya yang hampir benar-benar kosong. Tubuhnya mulai tidak tegang dan kaku begitu mendengar suara pintu tertutup menggema di seluruh penjuru gedung olahraga. Sepertinya dia sudah bisa keluar—