Hari ini, mantan kaisar Obelia yaitu Anastacius de Alger Obelia tengah berada di menit terakhirnya di dunia. Putri semata wayangnya, Zenith Margarita, menangis di sebelahnya. Dan adiknya, yaitu kaisar Obelia yang sekarang menatap sedih ke arahnya.
"..jangan menatapku seperti itu." Ujar Anastacius dengan suara lemah. Claude segera memalingkan wajahnya saat mendengar itu.
Benar kata orang, saat mati kalian akan menyesal dan ingin merubah diri kalian, namun itu sudah terlambat. Kini Anastacius mulai merasakan nyawanya di angkat. Dia bisa melihat.. Penelope?
Anastacius terkekeh, dia melihat wanita yang pernah dia tiduri, wanita yang merupakan tunangan adiknya serta ibu dari putrinya, Penelope Judith. Wanita itu tersenyum ke arahnya. Seperti menunggu Anastacius untuk mati, dan segera menemuinya.
Anastacius menutup matanya, dan wajah Penelope yang tersenyum padanya semakin jelas. Dia mati, Anastacius de Alger Obelia.. sudah tiada.
Zenith menangis memeluk mayat Anastacius, tangisannya menyayat hati Athanasia. Athanasia memeluk Zenith dari belakang, dia sedih melihat perpisahan Zenith dan Anastacius.
Claude menatap kosong mayat Anastacius, ".. selamat tinggal, kak."
~•••~
Anastacius merasakan dirinya seperti diangkat, nafasnya tidak karuan. Matanya terbuka, dia melihat kamar megah yang pernah dia tempati dulu, saat masih menjadi putra mahkota.
"..hah.. hah.. hah.. apa.. apa ini..?" Ujarnya bingung. Dia melihat ke cermin emas di kamarnya.
Ini adalah tubuhnya saat dia masih remaja, saat dia masih seorang putra mahkota di Obelia. Dia tertawa, Apa tuhan sedang bercanda dengannya?
Dia turun dari kasur, membunyikan lonceng kamarnya. Para pelayan berhamburan masuk ke dalam kamar, dan melayani Anastacius. Anastacius melihat salah satu pelayan pria.
"Hari apa sekarang?" Ujar Anastacius dengan tatapan tajam.
Pelayan itu menunduk hormat, "Hari XXX bulan XXX tahun XXX yang mulia." ujar pelayan itu dengan hormat.
•XXX karna aku gatau tahun berapa aja di WMMAP. Ehe:)
"Keluarlah kalian semua!" Titah Anastacius. Para pelayan segera keluar dari kamar, meninggalkan Anastacius sendirian.
Dia mengelus dagunya, terlihat sedang memikirkan sesuatu, lalu dia memegang kepalanya sakit. Dia melihat ke arah dirinya sendiri yang terpantul di cermin.
"Apakah Zenith baik baik saja?" Gumamnya. Dia sangat khawatir pada putrinya yang lemah itu.
Walaupun dia tau kalau keponakan dan adiknya pasti akan melindungi Zenith. Namun, rasa kasih sayang ayah yang tumbuh besar di dalam dirinya sangat mengkhawatirkan Zenith.
Ini adalah seminggu sebelum pertunangan antara Claude dan Penelope di tetapkan. Apakah dia harus merebut Penelope, agar Zenith lahir? Pikir Anastacius.
Anastacius langsung menggeleng, dia hanya akan menjadi kakak brengsek lagi untuk Claude. Dia tidak boleh melakukan itu lagi, dia hanya akan menyakiti Claude untuk kesekian kalinya.
"Sepertinya aku gila setelah punya anak.." Ujar Anastacius sambil terkekeh pelan.
~•••~
Anastacius yang mudah beradaptasi pun melakukan beberapa penyesuaian yang tidak dia lakukan dulu. Dia mulai memperkokoh kekuasaan nya sebagai putra mahkota kekaisaran ini. Dan itu malah semakin membuat Claude buruk di mata bangsawan.
Hari ini, sebuah pesta di selenggarakan untuk mencari putri mahkota Obelia. Anastacius tidak terlalu peduli, toh dulu juga dia tidak pernah menjalin kasih. Dia duduk di kursi dengan senyuman bosan. Ibunya menatapnya menyuruhnya mendekati salah satu gadis di sana.
Anastacius hanya memandang saja ke arah segerombolan gadis yang menatap ke arahnya, hingga.. matanya menatap ke arah Penelope Judith, wanita yang dia kenali selalu memakai riasan yang berlebihan― kini hanya memakai riasan tipis. Dia menyeringai, terkekeh mengingat dulu Penelope selalu lama hanya untuk berdandan medot, dan sekarang dia hanya memakai riasan tipis.
Anastacius berhenti terkekeh, dia merasa ayah dan ibunya menatapnya aneh. Dia berdehem, lalu kembali act cool. Dia memandang Penelope yang sibuk berbicara dengan teman-teman bangsawan nya.
Penelope yang merasa di perhatikan melihat ke arah singgasana putra mahkota. Mata milik keduanya bertemu. Penelope dengan cepat berbalik, dan kembali berbicara dengan temannya. Anastacius menatap aneh.
'Apakah dia.. ah, tidak mungkin.' Pikir Anastacius. Dia menggeleng kan kepalanya lalu kembali menatap bosan.
Anastacius yang sudah bosan― sangat ingin kabur, akhirnya memutuskan untuk pergi ke ruang istirahat. Di sana dia tengah merenung, Bagaimana kabar putrinya? hanya itu yang dia pikirkan.
Tok Tok Tok
Ketukan pintu ruangan membuat renungan nya buyar, dia menatap kesal ke arah pintu yang terbuka. Seorang pelayan wanita masuk, dan berjalan mendekat ke arah Anastacius. Pelayan wanita itu membuka baju atasnya, memperlihatkan belahan dadanya.
Anastacius kesal, "Apa yang kau inginkan?" Tanya Anastacius dengan tatapan tajam.
Pelayan wanita itu mendekat dan seperti ingin mencium Anastacius. Dengan cepat Anastacius menutup bibirnya dan melempar pelayan wanita itu ke tanah.
"Penjaga! seret jalang ini ke ruang bawah tanah!" Ujar Anastacius dengan amarah di matanya.
Apakah sehina itu dia dulu? sehina itu hingga ada seseorang yang percaya diri mendekat dengan niat seperti itu kepadanya? Anastacius sangat marah.
"Ck. Istirahat ku jadi terganggu." Ujarnya dengan nada kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND CHANCE
FanfictionJANGAN LUPA VOTE,KOMEN DAN FOLLOW! KARNA SUMPAH ITU SEMUA GRATIS!! Di detik terakhir kematiannya, Anastacius, mantan kaisar dari Obelia itu melihat wanita yang pernah dia tiduri, Penelope Judith, yang merupakan tunangan adiknya. Dan ibu dari putriny...