Hari ini, Kaisar Aebum de Alger Obelia mengumumkan pertunangan antara putranya dan, Lady dari keluarga Judith. Putra mahkota, Anastacius de Alger Obelia dan Lady keluarga Judith, Penelope Judith, resmi bertunangan.
Tentu para bangsawan awalnya bingung dengan berita ini. Bukankah Lady Penelope akan menjadi tunangan pangeran Claude? itu lah pikiran mereka.
"Semuanya memperhatikanmu." Ujar Anastacius dengan wajah serius.
"Ya, berkat anda." Balas Penelope dengan wajah serius juga.
Mereka berdua tengah bermain catur bersama, dengan Claude yang tengah memperhatikan mereka. Anastacius tersenyum kemenangan, lalu menaruh pionnya.
"Skakmat." Ujarnya dengan percaya diri.
Penelope memegang rambutnya, "Ck." Balas Penelope kesal.
Claude mengangkat alisnya, entah sejak kapan kakaknya dan mantan calon tunangannya menjadi dekat. Dimata Claude, mereka terlihat seperti pasangan yang sudah lama menikah.
"Jadi gimana, Lady Judith? masih mau melanjutkan nya?" Tanya Anastacius dengan senyum meremehkan.
"Tsk, lupakan. Saya mengaku kalah." Balas Penelope sambil menatap jengkel ke arah Anastacius.
Anastacius tertawa mengejek melihat Penelope yang menatap jengkel ke arahnya. Ini hiburan baginya, sungguh. Dan Claude menatap mereka berdua dengan tatapan, Apa kalian berdua sinting? Lalu berjalan pergi dari ruangan.
Ketika Claude sudah pergi, Anastacius memandang Penelope dan Penelope memandang Anastacius dengan tatapan, Kau tau kan? Keduanya langsung duduk berdekatan.
"Apa kau tau saat Zenith pertama kali berjalan?! dia sangat manis! putriku adalah gadis paling manis se-dunia!" Ujar Penelope.
"Ha! apa kau tau saat Zenith kebingungan di toko saat memilih hadiah ulang tahun ku?! betapa manis dan menggemaskan nya dia?!" Balas Anastacius dengan tampan sombong.
"Tsk! kau gatau seberapa menggemaskan nya putriku saat dia kebingungan!"
"Kau gatau seberapa manisnya putriku saat dia ngambek!"
"Kau gatau..!"
"Kau yang gatau..!"
Mereka terus melakukan perkelahian, "Apa kau tau" dan "Kau gatau", terlihat mereka menyombongkan putri mereka, walaupun sebenarnya itu putri mereka bersama.
"Hah.. hah.. sebentar.. kita rehat dulu.." Ujar Anastacius yang merasa tenggorokan nya sangat kering.
Penelope mengangguk, "hah.. hah.. kau benar.."
Mereka pun meminum teh yang sudah dingin di meja. Anastacius membunyikan belnya, dan beberapa pelayan masuk ke dalam ruangan. Para pelayan itu mengganti makanan dan teh disana.
Setelah itu, suasananya jadi berbeda, suasananya menjadi sangat serius. Anastacius menyilangkan tangannya di dada, wajah seriusnya menambah poin ketampanan di wajah tampan itu.
"Jadi.. bagaimana?" Tanya Anastacius. Penelope menatap bingung.
"Apanya?" Tanya Penelope kembali.
"Langkah selanjutnya.. apa kau mau melahirkan Zenith untuk yang kedua kalinya?" Ucap Anastacius dengan wajah serius.
"Kenapa kau bertanya seperti itu―" Dia berhenti sebentar sebelum melanjutkan omongannya. "Tentu saja, aku akan melahirkan putriku."
Anastacius bernafas lega. Dia mulai menurunkan wajah seriusnya, dia menatap tajam ke arah Penelope. Di kehidupan pertama, Anastacius hanya memanfaatkan Penelope atas suruhan Carax atau Aeternitas.
Dan akhir-akhir seperti nya si Carax itu mulai muncul. Karna dirinya yang sekarang belum di segel oleh si penyihir itu.
"..dia akan menjadi objek dari sihir hitam lagi." Ucap Anastacius. Penelope yang mendengarnya membeku.
".. lagi? putriku akan menjadi hal kotor itu lagi?" Balas Penelope dengan wajah marah.
"Bukankah kau dulu setuju? kenapa sekarang kau marah." Balas Anastacius dengan maksud menguji.
"ANASTACIUS!" Teriak Penelope marah. Wajahnya menunjukkan amarah sebenarnya.
Penelope tau dia tidak berhak marah, karna dulu dia memang hanya melahirkan Zenith demi kepentingannya sendiri. Namun nalurinya ke ibuannya tumbuh seiring dia mengikuti Zenith.
Dia tau, putrinya tidak berhak mendapatkan semua itu, putrinya harus nya bahagia. Dia tidak berhak mendapatkan karma yang seharusnya diterima kedua orang tuanya yang menyentuh sihir terlarang.
Anastacius menatap kaget ke arah teriakan Penelope. Dia melihat ke arah samping, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"..maaf." Ujar Anastacius.
Penelope menutup wajahnya dengan kipas, lalu duduk kembali. Wajahnya masih memperlihatkan amarah.
"..aku juga minta maaf karna berteriak, yang mulia."
Suasananya menjadi canggung. Tidak ada yang membuka obrolan. Mereka saling berdiam diri untuk 20 menit.
"Jika.. jika.. aku melahirkan lagi.. apakah jiwa anak kita akan sama? apakah yang akan ku lahirkan adalah Zenith lagi?" Ujar Penelope.
Anastacius tersentak. Dia tidak terpikirkan oleh hal itu. Dia hanya berpikir jika anak yang akan dikandung Penelope nanti adalah Zenith, putrinya.
"..kau benar, bagaimana jika anak yang lahir nanti bukan Zenith.." Gumam Anastacius dengan nada serius.
Matanya menatap ke bawah, rasanya matanya sangat panas. Dia ingin menangis. Dia terpikirkan, Apakah kali ini dia tidak bisa memeluk putrinya lagi? Dia mengigit bibir bawahnya.
"Hei jangan menangis. Muka yang penuh dandanan itu akan menor." Ujar Anastacius berusaha menghibur.
"Itu tidak membantu, yang mulia!" Ketus Penelope sambil menutup semua bagian wajahnya dengan kipas.
Anastacius mendekat ke arah Penelope, lalu memeluknya. Membiarkan Penelope menangis di bajunya. Anastacius sendiri merasa aneh, Kenapa dia meminjamkan pelukannya untuk wanita ini? Dia bingung, tubuhnya bergerak tanpa keinginannya.
Penelope yang sudah selesai menangis mendongak, "setelah mati anda menjadi romantis ya?" Ujar Penelope.
"Ya, dan setelah mati kau menjadi sangat cengeng dan berisik." Balas Anastacius dengan senyum mengejek.
Penelope memutar matanya malas, menyesal karna sudah memuji pria didepannya ini. Sungguh dia sangat amat menyesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/341182973-288-k390351.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECOND CHANCE
FanficJANGAN LUPA VOTE,KOMEN DAN FOLLOW! KARNA SUMPAH ITU SEMUA GRATIS!! Di detik terakhir kematiannya, Anastacius, mantan kaisar dari Obelia itu melihat wanita yang pernah dia tiduri, Penelope Judith, yang merupakan tunangan adiknya. Dan ibu dari putriny...