Prolog

558 28 7
                                    

Gadis bersurai pirang tertunduk melamun dengan tangan memegang sampul buku yang bahkan tidak dia baca. Pikirannya melayang gelisah mengingat beberapa hari terakhir dia selalu bermimpi tentang dirinya sendiri- yang mana dia tidak pernah merasa mengalami momen-momen itu. Seolah mimpi tersebut menyampaikan bahwa mimpi-mimpi itu merupakan hal yang ia lupakan. Namun logikanya menyangkal, karena kebanyakan mimpi tersebut terlalu berbahaya.

Dia, Song Jia. Pewaris tunggal Songji Group, Tuan Putri dalam rumah kaca. Bahkan dirinya sendiri tidak bisa membantah julukan tersebut. Tubuhnya terlahir lemah dengan kelainan dalam pembekuan darah. Entah bagaimana takdirnya bahkan penyakit yang cenderung diturunkan ke anak laki-laki ini pun dia yang mewarisi.

Jia menderita penyakit Hemofilia yang merupakan kelainan pembekuan darah yang biasa diturunkan ibu ke anak laki-laki. Hemofilia terjadi, jika seseorang kekurangan faktor pembekuan di dalam plasma darah. Dan Jia hanya memiliki kadar Faktor Pembekuan sebesar 2-3%, yang dikategorikan Hemofilia sedang.

Meskipun begitu Jia tetap sukar beraktifitas normal. Karena dia mudah mengalami pendarahan, perdarahan akan berlangsung lebih lama dari normal setelah adanya luka. Perdarahan dapat timbul setelah trauma berat, sedangkan perdarahan sendi atau memar dapat terjadi dengan mudah, tanpa trauma berat.

Jia menghela napas pelan, sungguh pikiran yang konyol jika dia percaya pada mimpi nya. Dirinya bahkan tidak dapat mengelilingi mall dengan leluasa karna sendi nya mudah membengkak. Tapi dalam mimpinya dia berlatih beladiri dengan kakeknya di bawah air hujan? Hanya dimimpi.

Lamunan Jia terjeda mendengar ketukan pintu, diikuti masuknya Sehoon, pengawal pribadinya. Pemuda yang tiga tahun lebih tua dari putri atasannya ini meletakkan segelas air putih dan beberapa butir obat.

"Waktunya anda minum obat, Nona." Jia melirik salah satu obat yang baru, tanpa pikir panjang dia segera menelan obat-obat itu sekaligus.

"Anda melakukannya dengan baik, Nona." Ucap Sehoon tersenyum pada nona mudanya. Kemudian menunduk dan berbalik keluar dari kamar Jia.

Beberapa saat Jia yang sudah tidak merasakan tanda keberadaan Sihoon segera mengambil tisu dan mengeluarkan satu obat. Jia langsung membuangnya ke kloset tanpa ragu.

**

Beberapa minggu sebelumnya

"Papa, aku boleh tanya?" Tanya Jia saat makan malam bersama.

"Tentu, ada apa? Apa ada sesuatu yang kamu inginkan, hm??" Balas Song Jinho, ayah Jia ini terlihat sedikit khawatir.

"Papa pernah bilang kalau ingatanku terganggu semenjak Kakek meninggal, semalam aku bermimpi tentang kakek, tapi kakek tidak memanggil namaku.." Jia melihat ekspresi Ayahnya yang gelisah. "..Papa, kenapa kakek memanggilku Nara?"

Namun gadis kecil itu semakin bingung melihat perubahan ekspresi ayahnya yang sekarang tersenyum manis.

"Hahaha, Papa kaget sekali. Kakek Han kan ayah mama. Nama Mama kamu Inari, Nari. Dari dulu Kakekmu suka memanggilmu Nara karna kamu mirip Mama.." Mendengar ayahnya tertawa membuat Jia ikut tersenyum malu. Meskipun ada kehawatiran dia bersyukur tidar ada yang aneh.

"Berarti Jia bisa inget lagi kan, Pa. Ini pertama kalinya Jia mimpi Kakek."

Gerakan Song Jinho terhenti, namun raut wajahnya tetap tersenyum dan mengelus rambut pirang putrinya sayang. Tanpa menjawab apapun.

Sejak saat itu Jia merasa lebih sering diperhatian, baik dari ayahnya maupun dari Sehoon. Dan obatnya pun bertambah satu, karena mencolok Jia juga sempat bertanya tentang obat baru itu. Namun ayahnya bilang itu hanya suplemen tambahan. Tentu saja Jia tidak berpikir aneh, karena itu ayahnya. Namun semenjak meminum obat itu Jia bahkan tidak pernah bermimpi, dia juga mudah melupakan sesuatu. Padahal Jia bukan orang yang mudah lupa, bahkan bisa dibilang dia tidak pernah lupa, terlepas dari amnesianya.

LOOKISM X READER [KLISE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang