Senin' 4 September 2017
Seorang siswa laki-laki berlari kearah rooftop. Dengan pakaian dan rambut yang sudah acak kadul, mata lelaki itu memerah dan pipinya sudah dibanjiri oleh air yang turun dari mata indah yang ia miliki.
Ia berteriak ketika tangan miliknya sudah menyentuh pagar penjaga yang terpasang disetiap sudut rooftop tersebut.
Lelaki pemilik nama Albian Pradipto itu menangis dengan sejadi-jadinya.
Dan di lain sisi, tepatnya ditumpukan bangku bekas disudut rooftop, terdapat seorang siswi perempuan yang terus mengamati Albian. Sampai perempuan itu memutuskan untuk berbicara.
"Kalo lo mau bunuh diri jangan disini. Nanti gue ga punya tempat bolos lagi. Disekolah masih banyak spot untuk bunuh diri, yang pastinya bukan di rooftop." balas siswi perempuan itu sambil berdiri dan berjalan perlahan menuju Albian.
Albian terkejut ketika melihat ada orang lain selain dirinya di rooftop tersebut.
"Kenapa? ga jadi bunuh diri??" tanya gadis itu dengan nada yang songong. Membuat Albian menggelengkan kepalanya.
"Gue Kala. Lo?" ujar Nakala memperkenalkan dirinya pada albian, ia juga menyodorkan tangannya untuk digenggam oleh Albian.
Kesal karna Albian tidak merespon nya, ia berinisiatif sendiri untuk menggenggam tangan hangat milik Albian.
Ia juga membaca nickname milik lelaki yang hampir menginjak umur 18 tahun itu.
"Albian Pradipto, nama lo bagus. Pasti punya arti dan makna sendiri." ujar Nakala sambil berlirih.
Ia menarik tangan Albian untuk duduk didekat tumpukan bangku tersebut. Ia juga mengusap air matanya yang masih tersisa diwajah tampan miliknya.
Setelah menceritakan semuanya pada Nakala, Albian merasa lebih lega. Karena setidaknya ada seseorang yang tahu bahwa dirinya dibully habis-habisan oleh salah satu circle disekolah tersebut.
"Gue akan bantu lo buat lawan mereka." balas Nakala sambil tersenyum miring dan menaikkan salah satu alisnya.
"Emm.. a-aku ga berani" balas Albian yang terdengar cukup gugup pada saat itu.
"Lemah lo! lo itu cowo!" hardik Nakala pada Albian yang hanya terdiam saat dibentak oleh Nakala.
"Kalo lo ga ngelawan yang ada Sera sama circle nya malah makin demen gangguin lo!" bentak Nakala sekali lagi. Sebelum ia berdiri untuk membantu Albian melawan Sera dan teman-temannya.
"Tapi, aku takut sama mereka. Kala.." jawab Albian sambil menatap mata Nakala.
*Plakk
Nakala dengan blak-blakan menampar pipi milik Albian secara pelan. Ia ingin lelaki itu sadar dan berani melawan Sera. Yang diketahui oleh Nakala adalah, Sera sang pembully sekolah.
Albian memegang pipinya yang terasa panas. Dan mendapat tatapan sinis dari Nakala. Gadis itu berdecak kesal sebelum mengomeli Albian kembali.
"Ayo dong. Jangan lemah begitu! baru ditampar, pelan loh." cibir Nakala dengan memutar kedua bola matanya.
Setelah berbicara banyak hal dengan lelaki tersebut. Nakala memutuskan untuk menjadi teman Albian, toh pikirnya ia juga tidak mempunyai teman.
Nakala memutuskan untuk pergi ke kantin bersama dengan Albian, sepanjang perjalanan Nakala merasa risih karna banyak pasang mata yang melihat mereka berdua. Bukan tatapan yang baik pastinya, dan itu mengarah pada Albian.
Nakala memberhentikan langkahnya saat mereka berdua dihadang oleh sepasang circle famous dari sekolah itu.
"Lo punya hubungan sama anak beasiswa ini?" tanya pentolan dari geng tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days
General Fiction❝Hanya pertemuan singkat namun melekat.❞ - 100 Days - 121222 - kalo mau bunuh diri jangan disini.- Disclaimer. - mengandung kata-kata kasar, kekerasan, konten dewasa. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan - koreksi jika banyak kata yang salah. - cer...