Prolog

194 11 3
                                    

Kisah seorang istri sekaligus ibu yang sangat sempurna. Wanita yang begitu baik, penyabar, elegan serta sangat menjunjung tinggi kehormatan nya sebagai seorang istri dari pemimpin nomer satu Kota besar, alias seorang Walikota.

Kehidupan rumah tangga yang begitu sempurna dengan di karuniai anak-anak yang cantik dan juga tampan. Namun kehidupan nya berubah seketika disaat putra sulungnya meninggal dunia akibat penyakit yang diderita saat masa kecil, penyakit jantung bawaan akibat kelahiran yang tidak normal.

Setelah kematian putra sulungnya, satu persatu masalah pun muncul, di mulai dari terkuaknya skandal putri bungsu nya yang diketahui mencintai seorang pria tua yang seumuran dengan adik bungsunya hingga masalah yang menimpa ketiga anak kembarnya.

Suaminya yang bersikap dingin dan keras kini semakin menjadi saat mengetahui masalah yang menimpa anak-anak nya hingga berujung mendapatkan siksaan yang di lakukan oleh suaminya.
Permasalahan keluarganya semakin memburuk saat putri bungsu nya memilih untuk kabur dan menikahi pria pilihannya secara diam-diam, suaminya menyalahkan permasalahan ini kepada siapapun, terlebih kepada dirinya yang di anggap gagal mendidik anak-anak mereka.

Setelah kejadian itu rumahnya yang tenang dan damai rusak seketika, kini setiap hari di rumahnya hanya terdengar pertengkaran, teriakan, cacian dan makian yang menjadi makanan sehari-hari mereka, tidak ada lagi tawa canda dan kebahagiaan, semuanya rusak karena permasalahan dan rasa kehilangan.

Hingga suatu malam, pertengkaran antara dirinya dan sang suami semakin memanas hingga berujung keluarnya sebuah kata yang membuat rumah tangga yang selama ini dia bangun harus runtuh karena satu kata yang terucap dari mulut suaminya, yaitu kata TALAK.

Dengan linangan air mata yang di iringi perasaan marah, dirinya melempar paksa cincin nikah yang sudah tersemat di jari manisnya selama 22 tahun dan berkata "Aku menyesal menikah denganmu, aku menyesal menyerahkan hidup dan masa mudaku pada lelaki brengsek sepertimu, lelaki yang tidak pernah mau mengerti perasaan istrinya, lelaki yang selalu menyalahkan segala permasalahan kepada orang lain tanpa pernah berfikir bahwa masalah itu berawal dari dirinya sendiri. Aku sungguh menyesal, sangat menyesal menikah dengan mu! Jika aku bisa memutar kembali waktu DEMI TUHAN aku tidak akan pernah mau melanjutkan perjodohan itu"

Dan tahu apa yang terjadi? Keesokan harinya, dirinya terbangun dengan tampilan dan keadaan yang jauh berbeda, tidak ada lagi kerutan di sekitar mata nya, tidak ada lagi helaian rambut yang memutih, semuanya tampak normal sama seperti saat dia masih muda dulu.

Hingga sebuah seruan menyadarkan dia dari situasi yang membingungkan ini, suara yang begitu dia rindukan, suara almarhum ibunya yang meninggal 15 tahun silam kini kembali terdengar oleh telinganya.

"Ibu? Ibu kok masih muda?" Seruan kaget keluar dari mulutnya secara refleks saat melihat wajah cantik ibunya.

Sang ibu menjitak kepalanya gemas, "Hei! Mentang-mentang ibu akan mendapat kan cucu kamu jadi seenaknya gini bilang ibu tua? Mau ibu kutuk kamu jadi kutu?" Dengus ibu seraya menatap wajahnya tajam.

"Lah ibu kan memang sudah punya cucu, 10 malahan." Ucap dirinya serius. Dirinya memang berkata serius bahwa ibu sudah memiliki 10 orang cucu, 2 dari kakak laki-lakinya, 5 dari dirinya, 2 lagi dari adik perempuan nya dan 1 dari adik bungsunya.

Ibu kembali menjitak kepalanya dengan cukup kencang. "Ngawur! Mas mu itu baru mau punya anak satu, itu juga baru ketahuan kemarin, mosok iyo mbak mu melahirkan 10 anak, memangnya mbak mu itu kucing?" Ibu menyolot.

"Lha ibu kan memang punya sep-"

"Ngawur! Kamu itu kayanya habis ngimpi! Makanya kalau sebelum tidur itu baca doa! Jangan main ponsel!" Ibu geleng-geleng. "Sana cepat mandi, biar otakmu itu fresh."

Back to 21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang