Langkah Kedua

119 19 1
                                    

Sumpah, saat ini rasanya Kano ingin berteriak dan mengubrak-abrik bumi beserta seluruh isinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sumpah, saat ini rasanya Kano ingin berteriak dan mengubrak-abrik bumi beserta seluruh isinya. Entah dosa besar apa yang telah ia perbuat di kehidupan sebelumnya, sehingga ia ditimpa kesialan yang tak ada habisnya.

Setelah kejadian di meja makan yang cukup merusak paginya, Kano masih sempat untuk membersihkan diri dan berangkat ke sekolah. Pada awalnya semua masih berjalan sesuai rencana, cowok itu mengendarai motor hitamnya tanpa ada firasat buruk sedikitpun, sebelum bunyi ledakan kecil terdengar dan mampu membawa ia berada di tempat ini. Di antara bising kendaraan yang berlalu lalang, dengan sepeda motor kesayangannya yang kini tak lagi ditungganginya, melainkan teronggok mengenaskan dengan salah satu bannya yang pecah.

"Misi, Mas. Tapi motor saya kapan, ya, dibenerinnya?"

Tak kunjung diberi kepastian, Kano akhirnya bertanya pada seorang lelaki dewasa yang tengah sibuk membenahi sebuah motor yang kondisinya tak jauh berbeda dengan motor miliknya. Lelaki itu menghentikan sejenak kegiatannya dan menatap Kano.

"Waduh, kayaknya masih lama Dek. Yang ini aja belum kelar, sedangkan orang yang biasa bantu-bantu saya kebetulan hari ini nggak bisa masuk," jawab lelaki itu.

Kano menggigit bibir bawahnya gusar, waktu terus berjalan dan ia sudah pasti terlambat, ia tak mungkin membuang waktu lebih lama lagi. Sekarang saja, ia pasti sudah menjadi sasaran empuk para anggota OSIS yang berjaga di depan gerbang sekolah.

Kano menghela napas panjang, sebelum kembali berbicara pada lelaki di hadapannya.

"Ya udah deh, Mas. Kalau gitu saya titip motor saya aja, ya. Setelah pulang sekolah, nanti saya balik lagi."

"Oke siap, Dek. Tenang aja, bengkel saya aman dan terpercaya kok."

Kano mengangguk seraya tersenyum, ia pun tak lupa mengucapkan terimakasih. Setelah itu barulah ia berlari ke depan dan menunggu angkutan umum yang akan membawanya menuju sekolah. Cowok itu mendengus, mengingat hukuman yang telah menanti dirinya di gerbang sekolah nanti.

💫💫

Dan di sinilah Kano berakhir, di tengah lapangan terik dengan total dua puluh kali putaran yang harus ia lakukan. Cowok itu berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang tersenggal, namun mengingat hanya tinggal tiga putaran lagi yang ia lakukan, maka ia segera mengakkan tubuhnya dan kembali berlari. Mengabaikan nyeri yang terus menguar di pergelangan kakinya yang merupakan korban dari kesialan pagi ini.

"Semangat, No! Tinggal sisa dua puteran lagi. Abis ini gue traktir Mogu-Mogu kesukaan lo deh pokoknya."

Gyan, sahabat sekaligus patner sebangku Kano itu berteriak menyemangati di pinggir lapangan. Sedang Kano justru membalasnya dengan jari tengah. Bagaimana tidak, yang memberikan Kano hukuman adalah Gyan, cowok itu berlagak menyebalkan saat digerbang sekolah, lalu kini bertingkah seolah menjadi supporter nomor satu Kano.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beranjak DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang