2

21 4 2
                                    

Jeino tertegun melihat Arsyael, ia baru pertama kali dihadapkan oleh perempuan seperti Arsyael. Biasanya para perempuan ingin bermain game online bersamanya itu hanya memaksakan diri bisa bermain game online berakhir menjadi beban tim dan ada juga yang langsung mengunduh aplikasi game online ketika Jeino ingin bermain game online.

Jeino juga pernah dihadapkan dengan perempuan manja yang merengek kepadanya agar tidak bermain game online dan hanya fokus kepada dirinya saja. Namun berbeda dengan Arsyael, perempuan itu dengan cuek mengangguk tanpa dosa membiarkan Jeino tenggelam dalam bermain game saat bersamanya.

Jeino memandang wajah Arsyael dengan intens, bagaimana mungkin buku lebih menarik daripada berinteraksi kepadanya? Begitu menariknya buku itu sampai Arsyael tidak mau menatap kearahnya sedikitpun? Jeino sempat kesal, lalu beralih kepada game online nya mengacuhkan Arsyael.

Beberapa jam yang dihabiskan oleh Arsyael dan Jeino tidak banyak yang terjadi di antara mereka. Jeino sibuk dengan game online dan Arsyael sibuk dengan buku bukunya, Arsyael sesekali memperingatkan kata kata kotor dan kasar yang keluar dari mulut Jeino tanpa rasa bersalah ataupun berdosa, Jeino hanya menganggukkan kepalanya.

Di peringatan kedua dari Arsyael membuat Jeino segera membaringkan kepalanya pada paha Arsyael yang tertutup celana jeans panjang untuk mencari perhatian. Arsyael sesekali mengelus dan memainkan helain rambut Jeino perlahan juga mencubit pipi atau hidung Jeino, iya benar itu Arsyael bukan orang lain. Sentuhan tangan Arsyael membuat jantung Jeino berdebar kencang dengan ritme kacau. Itulah cara Arsyael ingin bercanda yang ditanggapi dengan bibir mengerucut memanggil nama sang empu walaupun fokusnya tetap pada buku tapi tangan Arsyael benar benar tidak bisa diam.

Berkat dirinya yang malas ini, Jeino jadi mengetahui kalau love language Arsyael adalah physical touch. Telinga Arsyael dan Jeino bak tertutup, mereka sama sekali tidak terganggu dengan studio yang saat ini tengah ramai teman teman dekatnya berlatih untuk tampil dipentas sekaligus ajang mencari calon menantu untuk orang tua dirumah masing masing.

Arsyael tidak mengikuti pentas itu dengan alasan malas berlatih lebih baik pergi kencan dengan buku, Arsyael memang tim penonton saat SMA ini berbanding terbalik saat Arsyael SMP, Arsyael benar benar menonjol tidak ada yang tidak mengetahuinya hingga saat SMA ini ia jera dikenal banyak orang, hidupnya aman jika tidak banyak orang mengenal. Jeino akan tampil menjadi gitaris bersama teman sehati, sebenarnya Jeino dapat tawaran mengikuti lomba teater tapi Jeino menolak mentah-mentah dengan alasan memang tidak mau, tidak berminat sama sekali.

Ini adalah kencan kedua mereka setelah kencan pertama terasa canggung. Rencana awal Jeino adalah mengajak Arsyael bermain gitar bersama tetapi Arsyael menolaknya karena tidak membawa gitar, Arsyael malu dengan petikan kakunya pada senar gitar lain. Gitar Arsyael adalah gitar terbaik sekaligus hidup Arsyael, Arsyael tidak bisa tanpa gitar itu. Di fret gitar itu terdapat ukiran daun rambat yang menjadi ciri khas gitar Arsyael.

Jeino yang tidak punya ide membiarkan Arsyael membuka bukunya, lagipula mereka tidak ada kegiatan yang ingin dilakukan. Setelah penolakan yang dilakukan Arsyael, mood Jeino ingin berlatih untuk pentas hilang begitu saja ditambah jauh dari Arsyael saat berkencan? Itu adalah ide buruk saat berkencan.

Aruya tiba tiba datang dengan dramatis membuat Arsyael tiba tiba berdiri melupakan Jeino hingga sang empu meringis ketika kepalanya membentur meja. Arsyael dibuat panik dengan ringisan Jeino, ia reflek menangkupkan kedua tangannya di wajah Jeino memeriksa detail kepala Jeino sesekali mengelus pelan mencari dimana rasa sakit akibat benturan tadi.

Jeino diam diam tersenyum kecil  ternyata Arsyael lebih memukau ya saat panik, "Disini?" Ujar Arsyael saat menemukan titik benturan tadi, Jeino mengangguk lemah. Arsyael mengelus sangat perlahan benturan itu, Aruya berdeham keras pandangan apa ini didepan matanya sungguh pandangan tidak mengenakkan hati. Aruya berdecih, Jeino tidak pantas mendapatkan kasih sayang dari Arsyael tercinta.

Aruya rasanya ingin memukul Jeino karena berani dekat dengan Arsyael, ia terbakar cemburu kasih sayang Arsyael tidak sepatutnya bisa terbagi ke Jeino. Banyak lelaki lain selain Jeino, Jeino terlalu brengsek untuk Arsyael. Arsyael kembali dengan membawa alat kompres dingin lalu meletakkannya di benturan kepala Jeno, "pegang sendiri!" Sungut Aruya, hilang sudah mood Aruya ingin bermain bersama Arsyael. Aruya menarik lengan Arsyael menjauh dari Jeino, sang empu yang ditarik hanya terkekeh kecil melihat raut muka kesal Aruya.

Arsyael sebagai perempuan tidak peka, tidak tahu saja kalaupun mood keduanya tidak lagi baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Weeks Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang