Chris menuangkan kopi yang sudah ia buat di mesin espresso. Dengan tambahan sedikit krimer, Chris menyesap sedikit kopinya sebelum kembali kedalam kamarnya.
Disana ada Changbin yang masih memejamkan matanya. Ia menghampiri lelaki itu lalu berbaring disebelahnya.
Lukanya sudah ia bersihkan setibanya mereka di kediaman Chris tentunya. Sebelumnya, Chris menyuruh seseorang untuk membawa motor Changbin yang terparkir di depan klub. Jaga jaga jika Changbin tiba tiba bertanya dimana motor kesayangannya itu.
"You look tired, little one"
Chris mengelus rambut Changbin dengan lembut dan lalu mencium dahi lelaki itu. Semalaman, Chris mencari informasi sebanyak mungkin juga secepat mungkin yang bisa ia dapatkan. Dan benar adanya, sebagian orang yang mengarah Changbin adalah orang yang justru mengarah kepada Chris.
Beberapa juga dihasut sehingga memandang Changbin sebelah mata. Walau begitu, Chris mengakui kesalahannya. Harusnya ia bertindak langsung di depan Changbin.
Seseorang yang tempo hari menyakiti Changbin dan menghajarnya habis habisan adalah Minho. Orang itu dulu cukup dekat dengan Chris, sangat dekat bahkan seperti saudara. Tapi saat Chris menaruh hati pada Changbin, lama lama mereka menjauh.
Chris awalnya denial.
Ia tidak mencurigai Minho sama sekali. Bahkan disaat mereka bertemu, Minho hanya tersenyum kepada Chris.
"Yah ketahuan"
Ucap Minho sambil berjalan mendekat ke arah Chris yang malah terdiam. Ia masih tidak menyangka jika Minho adalah dalang dari semuanya. Walaupun memang Minho terlaltih sepertinya.
Sama sama menyerang dari dalam tanpa mengotori tangan mereka.
Makanya Minho menargetkan Changbin yang dicintai Chris. Berusaha merusak harapan juga perasaan Chris sejak awal. Minho tidak suka, karena semua atensi padanya kini diambil oleh Changbin.
"Gue pinter kan kak? Perasaan lo udah sakit? Sama kaya gue yang dulu berharap sama lo kan?"
Minho tertawa lagi.
"I know you wont hurt me either, right? Karena sebelum Changbin, ada aku di hati kak Chris kan? Hahaha. Good bye, Christopher"
Setelah itu, Chris kembali kedalam mobil dan berakhir melihat Changbin yang tidak mau bicara dengannya. Sejujurnya, Minho tidak pernah ada di hatinya. Ia hanya menyayangi Minho seperti adiknya sendiri, pun ternyata Minho menyalah artikan perasaannya.
"Don't worry binnie, Setelah hari ini semua akan baik baik saja."
Chris mengelus bibir Changbin yang sedikit terbuka karena lelapnya, sambil tersenyum ke arahnya. Ia memandang ke arah pujaannya itu. Ingin rasanya ia mencium bibir Changbin sambil memeluknya. Memberikan segala afeksi yang bisa ia berikan seolah Changbin adalah miliknya.
Dan tenyata tidak lama setelah itu, Changbin terbangun dari tidurnya. Karena terpengaruh alkohol dan bius diwaktu bersamaan, Changbin mengelus kepalanya yang cukup menyakitkan. Rasanya pusing juga berat, seperti habis membawa beban begitu berat.
Waktu menunjukan pukul tujuh malam, Changbin mencoba memulihkan kesadarannya. Chris yang disebelahnya pun ikut membantu Changbin, memeluk tubuhnya sambil mengelus lembut lelakinya itu.
"Gue... dimana"
"Di rumah bin, udah tenang dulu ya."
Changbin hanya bisa menurut, ia diberikan secangkir teh hangat dan ia pun meminumnya. Ingatannya masih sedikit semu, terpikir olehnya kenapa ia bisa bersama dengan Chris sekarang.
"Kok gue disini... perasaan tadi gue lagi sama Wooyoung"
Chris mengambil nafas panjang sebelum meraih ponselnya. Ia membuka beberapa foto yang baru saja dikirimkan oleh orang kepercayaannya. Ia menatap Changbin sekali, lalu mengelus rambut Changbin lagi.
"Maaf. Gue tau tadi keterlaluan banget. Tapi gue yakin lo gak akan denger apa yang bakalan gue omongin."
"Maksudnya?"
Chris memberikan ponselnya yang sudah memunculkan beberapa foto disana.
"Wooyoung bawa pil perangsang juga kondom di sakunya. Temen gue tadi sempet ketemu sama Wooyoung buat ditanya tanya. Mungkin kedengerannya bodoh, tapi mau apalagi itu orang bareng sama kamu bin. Lengah sedikit mungkin kamu udah diapa apain sama dia"
Changbin menoleh, menyerengit lalu mengingat kembali kejadian sebelum ia jatuh pingsan.
Ah benar.
Chris membekapnya waktu itu hingga ia tidak sadarkan diri.
"Masih pusing ya? Maaf bin..."
Ia melepas peluknya dan membawa Changbin untuk tidur diatas bantalnya. Tatapan Changbin kian lurus mengadah ke arah yang lebih tua.
"Hadehh... Iya lah pusing! Lagian lo tolol pake bekep gue segala!"
"..ya.. sekarang kalau dibilang Wooyoung mencurigakan emang bakalan di denger"
Changbin menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia mencoba untuk bangun dan melangkah pergi dari rumah Chris, ia rasa ia butuh waktu sendiri untuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
Baru saja Changbin bangun dari tidurnya, Chris langsung mencegah lelaki itu. Membaringkannya lagi bahkan memeluknya erat.
"Ssst... udah istirahat dulu. Aku bakalan jelasin semuanya, asalkan please istirahat dulu ya? I won't bother you, so please istirahat okay?"
"Hhh terserah lah!"
Changbin mau tidak mau mengikuti maunya Chris, ia memejamkan kembali matanya dan beristirahat sejenak. Dipikir pikir, Chris agak berbeda kali ini.
Posesif.
Changbin saja dibuat bingung karenanya.
Perasaan kemarin Chris terlihat masa bodo, kok bisa bisanya dia berbuat sejauh ini. Changbin akui memang dia keras kepala, tapi Chris jauh lebih keras lagi. Dibalut dengan senyumnya dan juga sikap "ramahnya" itu, orang lain mungkin tidak tau kalau Chris seseorang yang besar ambisi.
Ia masih bisa merasakan deru nafas Chris yang ada di sebelahnya, tangannya pun masih mengelus halus rambut Changbin dan juga turun ke pipinya.
Dan Changbin membiarkannya.
Lama lama sentuhannya membuat Changbin lebih tenang walaupun ia sebenarnya tidak lekas tidur juga.
"Setelah ini, kamu gak akan diganggu lagi bin. I'm promise"
Bisik Chris yang sebenarnya masih terdengar di telinga Changbin. Membuat lelaki itu kini mulai masuk ke alam mimpinya, membuatnya merasa tenang di istirahat sejenaknya.
Sementara itu..