1 | Celian and his pov

129 11 7
                                    


Pagi cerah selalu sama. Ditandai dengan matahari bersorak menembus kaca jendela, dilanjut dengan pemuda bersurai hitam yang kini menggeliat malas.

Ia bukan sosok yang akan bersemangat menyambut hari dengan membuka jendela dan menghirup udara segar karena jujur ia selalu malas jika bangun pagi. Selalu malas dibangunkan matahari. Belum lagi bising sekitarnya entah dari ibu-ibu yang rusuh membeli sayur atau rumah entah sebelah mana yang ada saja kegiatannya antara memalu tembok atau memotong keramik.

Matanya yang semula terpejam bergerak tak nyaman tatkala alarm ponselnya berbunyi, menimbulkan suara penyanyi grup lelaki yang digadang-gadang bisa membangunkan sesiapapun bahkan tetangga kost nya.

Belum sempet ia membuka mata, telpon masuk memberinya peringatan. Dengan sigap tangannya mengambil ponsel pintarnya dan menjawab telpon masuk yang sudah dapat ia pastikan dari siapa.

"Woy bangun! Jam berapa ini? liat jam!"

Matanya mengerjap cepat. Melihat jam diujung notif bar nya membuat ia beringsut malas.

"Baru jam setengah 7, jir." Sahutnya dengan suara khas bangun tidur.

"Ya udah tau setengah 7 tuh siap-siap bego, disini udah rame ngumpul! Gue tebak lu baru bangun?"

Celian mengangguk setuju. Ingat temannya di sebrang telpon tidak akan melihat, ia menyahut lagi. "Iya."

"Si dongo, kesiangan bukannya cepetan siap-siap malah nyantai kayak pengangguran."

Celian bukannya yang sudah bekerja juga sih, kalau begitu dia bisa dibilang pengangguran, kan?

"Baru jam setengah 7 buset dah Chann, berisik banget luuuu, penutupannya juga kan jam 9?"

"Iya penutupan jam 9 tapi kan jam 7 ada carnaval dulu egee, jangan bilang lupa?"

Celian mengerjap bingung. "Lah, iya kah?"

"Iya bego! Kan lu yang ngabarin kemarin di grup sampe pulang dari audit itu jurusan kita riweuh nyari konsep carnaval."

"Lah... " Celian bingung, karena ia merasa tidak ada agenda carnaval atau apalah itu dari seksi acara festival kampusnya.

"Lah lah mulu si dongo, cepet mandi terus ke SC, ditungguin! Ini jurusan kan lu yang kawal MONYETTTTT, gue jaga audit sama Abay!"

*SC = Study Corner

Celian menutup telinganya yang pengang oleh teriakan dahsyat temannya.

Belum sempat ia menjawab, telpon langsung dimatikan.

Celian nih, kalau bangun tidur emang agak oon, jadi nyebelin sih buat sekitarnya, dan dia sendiri tau itu kok, makanya dia gak marah waktu temennya bilang dia dongo atau bego atau monyet. Ibaratnya, nyawa nya belum kumpul.

Dengan segera tangannya mengecek aplikasi hijau yang demi apapun selalu ingin ia hindari karena anjinglah isinya kalau gak proker-proker yang banyak banget itu, ya keroyokan tugas dari dosennya.

Grup bertuliskan, 'Manager Festival Kampus' ada di urutan paling atas kedua setelah grup kosongan yang isinya cuma dia, buat ngekeep pesan agak penting, (Kalian juga pasti gitu sih). Disusul dengan grup festival jurusannya, lalu beberapa grup lomba -yang karena ia bertugas sebagai manager- ia diwajibkan untuk masuk.

"Rame banget." Ucap Celian reflek sambil turun dari kasur, berniat mengambil handuk yang tergantung di gagang lemari, tipikal anak kost yang berangkat mepet gak keburu jemur handuk di luar.

Mata nya membola ketika ia memutuskan membuka grup manager, jurusannya disebut-sebut sebagai jurusan yang belum kumpul padahal carnaval mau gerak.

"Anjing iya lupa banget carnaval!"

✎ᝰ໋᳝݊┊ Festival Kampus - Jaemle / Minle (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang