Noir | Nomin 🍁

꘏ I. Day of Destiny ꘏

•❅───✧❅✦❅✧───❅•

NOIR

•❅───✧❅✦❅✧───❅•

Sejak kisah tentang dewa dan dewi termasyhur tersiar di seluruh dunia Alterra, manusia tidak lagi memikirkan mengapa badai guntur terjadi, mengapa musim berganti setiap seperempat tahun dengan cara yang membingungkan, mengapa dunia bergoncang tiba-tiba dan mengapa mereka hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk aneh sampai rasanya mereka sudah terbiasa.

Manusia tidak lagi mempermasalahkannya setelah mereka mengetahui setiap kejadian ganjil terjadi adalah tak lain karena ulah para dewata, termasuk bencana besar yang selalu mempora-porandakan umat manusia disetiap periode kehidupan.

Berawal dari kekosongan hingga kekacauan jagat raya saat ini, para dewata memiliki pandangannya sendiri terhadap kehidupan minor fana rendahan. Dan itulah yang membuat rangkaian ketetapan takdir bergulir hingga masa kini, titik yang membawa kepada kehancuran dunia.

Dongeng pelik ini bermula dari titan yang dianggap memulai pertikaian antara manusia dan para dewata. 

Prometheus dengan kecerdikannya memainkan tipuan pada Raja Dewa, selanjutnya entah bagaimana kedermawaan dirinya pada umat manusia menyulut petaka karena mencuri api Olympus. 

Dalam hal ini, dia tidak dihukum sendirian tetapi seluruh Alterra terkena murka Pria Petir Tangguh Sejagat. Sejak saat itulah kejadian pertama terjadi dan malapetaka menghantam manusia dengan cara yang ekstrim.

Bahkan setelah api abadi itu memberikan kekuatan yang luar biasa pada manusia fana, butuh ratusan hingga ribuan tahun bagi manusia untuk bertahan dari alam yang keras.

Namun entah bagaimana Jaemin Zeros mendapati dirinya ditengah antah berantah berkabut yang kemudian disadarinya beberapa saat setelahnya, ia kini sedang berada diatas awan yang keemasan karena sinar matahari. 

Saat kakinya terasa menapak ringan, Jaemin tahu, ia berada di dalam alam mimpi. Itu menjelaskan bagaimana pikirannya terasa mengambang seperti halnya kedua kakinya. Tetapi Jaemin tidak terlalu terkejut, ia sudah terbiasa.

Akan tetapi mendapati anak tangga marmer dan pilar-pilar raksasa, tentu bukanlah hal yang biasa. Bersamaan dengan desiran angin yang sedikit menyibak kabut tebal dihadapannya, Jaemin seketika merasa kecil. 

Faktanya memandang pilar-pilar setinggi dua belas meter berdiameter satu setengah meter, membuat Jaemin tercengang.

Yang terjadi setelahnya tidak kalah mengejutkan. Hembusan angin kencang menerpa dirinya hingga Jaemin terdorong melangkah mundur sembari menutupi wajahnya dari terpaan angin yang menganggu indera pengelihatannya.

Begitu hempasan itu berakhir, Jaemin terperangah saat memandang di sekelilingnya dan mendapati dirinya berada di tengah-tengah lingkaran patung-patung marmer raksasa dewa-dewi.