*Capek*

0 0 0
                                    


___

"Um, pernah nggak sih ngerasa kayak capek sendiri sebagai istri. Dengan semua kerjaan rumah yang kayak nggak ada habisnya, plus rempongnya bareng anak-anak dengan sejuta dramanya?" kurang lebih begitu salah satu isi chat dari seseummahat kepada saya.

"Pernah, bahkan pernah bener-bener marah, tetiak nangis sejadinya karena ngerasa capek sendiri, kecewa dan hampir putus asa. Kayak yang nggak dihargai dan didengar sebagai istri.
___

Sejatinya cinta perempuan itu laksana air mengalir, jernih lagi menyejukkan. Tetapi ketika limbah dan sampah berupa emosi negatif dibiarkan terus menerus menggenangi dan memenuhinya maka sudah dipastikan airnya menjadi keruh. Bahkan bisa lebih parah, banjir bah. Air yang jernih menjelma menjadi banjir bandang yang siap menenggelamkan.

Sebagaimana sebuah aliran, air butuh tempat untuk bermuara dan kesempatan untuk terus mengalir. Di sinilah peran seorang suami, siap menjadi muara atau menyediakan jalur aliran. Jangan sampai dibiarkan tersumbat dan keruh.

Perempuan adalah makhluk unik dengan berjuta perasaan yang secepat kilat bisa berubah-ubah menyesuaikan situasi dan kondisi.

____
Ketika perempuan ngerasa capek sendiri, bisa jadi karena minimnya peran seorang suami atau persepsi negatif dari sang istri terhadap suaminya

Solusinya, komunikasi.
Sering denger kan istilah "Seumur hidup itu terlalu lama" sama halnya seperti permasalahan kecil yang nggak dibicarakan akhirnya menjadi besar. Letupan adalah biang sebuah ledakan.

Sulit? Iya beberapa pasangan mengaku membicarakan hal-hal 'sepele' bersama pasangan itu sulit. Takut dituding melebih-lebihkan.

Padahal mau sampai kapan dipendam? Bukankah harapannya usia pernikahan itu nggak cuma setahun, dua tahun tapi seumur hidup.

Mungkin sepele karena ini hanya berkaitan dengan pembagian tugas. Banyak yang menyarankan ya udah jadi istri legowo aja, suami juga udah capek di luar.

Ya, suami memang sudah lelah bekerja seharian. Tetapi tak ada salahnya juga kan membantu meringankan pekerjaan istri.

Bukankah Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam mengajarkan demikian. Tetap membantu pekerjaan rumah tangga.

Srjatinya rumah tangga itu bukan tentang siapa yang paling berjasa, tapi tentang berbagi peran bersama. 
___

Dan kunci suksesnya sebuah komunikasi adalah kepiawaian kita memahami lawan bicara. Komunikasi juga butuh skill, ilmu dan seni.

Nggak serampangan langsung ngobrol, tanpa ada persiapan, karena sebagai istri yang kita hadapi adalah makhluk berjuluk lelaki sang pemimpin yang fitrahnya ingin dihormati tanpa merasa dikritisi. Apalagi dikuliti dan dijatuhkan martabatnya.

Misalnya,
"Mas, Adek akan lebih bahagia kalau Mas berkenan sedikit meringankan kerjaan Adek"

"Akhir-akhir ini Adek ngerasa capek, gampang marah. Adek khawatir betimbas ke anak-anak. Mas, bisa kan bantu Adek?"

"Mas, terima kasih ya sudah lelah seharian cari nafkah buat kami. Maafkan istrimu ini yang masih merepotkanmu. Adek tau Mas capek banget, tapi Adek akan ngerasa lebih capek kalau Mas cuek. Ngerasa kayak Adek hanya robot. Adek butuh perhatian Mas, dengan Mas bantu pekerjaan Adek,"
___

"Tapi Um, itukan suami anti. Suami ana boro-boro suruh buang sampah aja males-malesan. Bilangnya nanti endingnya besok ana juga yang buang"

"Bilangnya udah baik belum? sambil teriak dari dapur? Kamar atau sambil lari-lari ngejar bocil?"

Ayoklah, belum apa-apa kadang sebagai istri kita suka overthinking ke suami
"Halah, palingan jawabannya nggak mau, capek lah. Bukan kerjaan aku lah"

Gimana kita nggak semakin capek? Jangan-jangan bukan suami yang nggak mau bantu tapi kitanya yang terlalu buru-buru underestimate ke beliau.
___

Yuk bisa yuk, kita ajak suami BELAJAR BERSAMA, akan ada banyak keajaiban dalam sebuah rumah tangga ketika kita tahu ilmu menjalaninya.

Sumber; FB @ummufaza

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Muslimah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang