Nata Mengenalnya sebagai Dena

13 0 0
                                    

Nata yang membaca buku dan Dena yang menenggelamkan diri di bangku, menutupi kepalanya dengan buku. Hanya ada jarak sejengkal diantara keduanya. Tetapi tidak ada satupun kata yang keluar diantara mereka sejak pagi. Keadaan seperti itulah yang sering terjadi di belakang ruang kelas itu. Seisi ruangan seolah sepakat untuk mengabaikannya, Menambah kesunyian diantara mereka.

Meski ditutupi buku, Nata tahu ada sepasang headset yang terpasang di telinga Dena saat ini. Hampir setiap hari Dena memasangnya. Mendengarkan sebuah lagu, dan Nata tidak pernah tahu apa. Nata penasaran, tapi tak pernah menanyakannya.

Dibalik buku itu, bisa dipastikan Dena tertidur saat ini. Dena mudah terlelap, atau bahkan kekurangan waktu tidur. begitulah pikir Nata. dibalik poni rambut yang selalu menutupi wajah Dena, Nata yakin dia bakal menemukan lingkaran hitam di sekitar matanya. Nata penasaran, tapi dia tak pernah menanyakannya.

Dena punya dua tas. Salah satunya berwarna merah dengan aksen kuning yang dia pakai sekolah hari ini. Didalamnya, ada kotak bekal. Dena membawa makanan rumah setiap hari. Dia tidak suka makan diluar. Nata tahu, makanya dia tak pernah bertanya.

Dan sebenarnya, Nata belum pernah bertanya apapun pada Dena, kecuali pertanyaan-pertanyaan pada soal dan pertanyaan basa basi. Karena itu Nata selalu penasaran. Tetapi tidak banyak yang bisa dia lakukan. Jika Dena tidak tenggelam pada musik, dia tertidur. Tidak ada momen diantara dua hal tersebut untuk Nata berbincang dengannya.

Nata mendengus. Buku yang ia baca sudah habis separuhnya, akan tetapi ia malas melanjutkan. Dia meletakan bukunya, menoleh kearah jendela. Matanya melebar ketika melihat guru pelajaran bahasa berjalan menuju kelasnya.

Nata menepuk pelan bahu Dena, membangunkannya, "ada guru datang" Katanya.

Dena tidak terlalu mendengarkan perkataan Nata, namun dia terbangun. Buru buru dia simpan headsetnya ketika guru bahasa masuk ke dalam kelas. Dan sisa siang hari itu dihabiskan dalam kumpulan paragraf deskriptif.

***

"Nata! Ayo pulang bersama! Tetapi tunggu, aku begitu haus saat ini. Bagaimana dengan jus buah?"

Jika Nata punya teman lain di sekolah, jawabannya adalah, dia sedang berdiri disamping laki laki itu saat ini. Namanya Jello. Satu dari sekian teman yang Nata miliki di sekolah menengah, sayang sekali kelas mereka berbeda.

Nata baru saja turun dari kelasnya di lantai tiga saat itu ketika Jello melihatnya.

Nata sempat mendengar kalimat Jello, namun ada tujuan yang laki laki itu utamakan saat ini, "aku ikut Ello, tepat setelah urusan toilet selesai." Dan ia melesat pergi.

"Baiklah. Kamu tau dimana untuk menemuiku" Jello tahu tidak mungkin bagi Nata untuk mendengar kalimat barusan. Setidaknya, sama seperti yang ia katakan, Nata tahu dimana harus menemuinya. Dengan itu Jello melangkah pergi.

Butuh waktu lebih lama bagi Nata untuk menyelesaikan urusannya. Kantung kemihnya tak kuasa menahan di jam jam terakhir pelajaran. Terlebih, musim hujan saat ini memperparah keadaan. Untung saja ia masih sempat, syukurlah.

Sekolah harusnya lebih sepi saat ini, Nata menggumam sembari kakinya melangkah. Lapangan parkir tempat sepedanya berada lebih lengang sekarang. Dia bisa mengambilnya tanpa harus berdesakan dengan orang lain. Kakinya menyisir lorong lorong panjang sekolah, melangkah ke tempat parkir.

Tempat parkir lengang seperti dugaan. Sebuah lapangan luas dengan jejeran sepeda dan beberapa mobil sebagai isinya. Kanopi yang menaungi tempat dimana sepeda diletakan membuatnya tidak terlalu terik untuk berada disana, tepat ketika sinar matahari yang terik mengukir bayang bayang kanopi di atas lantai pavling. Dedaunan pohon mangga yang menguning berhamburan ditanah, berterbangan diterpa angin.

Di tempat tersebut, Nata melihat beberapa orang disana. Dan dia menangkap sosok yang familiar diantaranya. Itu Dena. Dikelilingi beberapa perempuan, nampaknya seangkatan. Nata akan mengabaikannya ketika ia melihat salah satu perempuan itu menarik kerah baju Dena. Membuat Raut wajah Dena yang ketakutan di balik poni rambut semakin menyedihkan.

Nata menyumpah dalam hati. sedetik ia berpikir untuk menyerbu kearahnya, namun dia urung. Perempuan yang mencengkram kerah Dena lebih dulu melepas genggamannya. Dorongan tersebut membuat Dena jatuh terduduk dipangku pavling. Teman-temannya tertawa, lalu mereka pergi, meninggalkan gadis itu yang kini tertunduk lesu.

Semua terjadi begitu cepat. Demi melihat itu Nata berputar arah. Pergi ke tempat dimana Dena tak bisa melihatnya. Hatinya menyumpah lebih banyak lagi. Dia merasa bersalah tidak bisa melakukan apa apa, dia merasa bersalah melihat hal tersebut didepan matanya. Apa yang terjadi? Apakah Dena melihatnya disana? Mengapa dia berputar balik? Apakah dia malu untuk menghampiri Dena? Nata tidak tahu. Berbagai pertanyaan tumpang tindih di pikirannya.

Dia berharap Dena baik baik saja.

karena Ketika laki laki tersebut kembali, Dena sudah tak terlihat di pandangan. Begitu juga dengan beberapa perempuan yang bersamanya. Digantikan kumpulan kakak kelas yang hendak mengambil kendaraan mereka. Sementara Bayangan kanopi di lantai pavling masih terlihat serupa, bersama dedaunan pohon mangga yang menguning berterbangan diterpa angin.

Nata segera mengambil sepedanya dan langsung pulang. Dia melupakan urusannya dengan Jello. Atensinya hari ini secara penuh tertuju pada kejadian yang menimpa Dena di tempat parkir.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NataDe(na)CocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang