Bab 5

36 2 0
                                    

#Chicklit

"Tan, lain kali jangan sembarangan ngomong, ya." Mumpung malam ini Intan ngerusuh tidur di kamarku. Sekalian saja balas dendam dengan menganiaya lengannya.

"Sakit, Mbak!" Dia mengusap-usap bekas cubitanku.

"Itu belum seberapa." Sekarang giliran kepalanya yang kuunyeng-unyeng.

"Mbak kenapa, sih? Sembarangan ngomong gimana?"

"Apaan tadi nyindir-nyindir soal menantu sama mertua di depan Budhe Marni?" 

"Lah, emangnya kenapa? Ucapan itu adalah doa, Mbak. Siapa tahu Mas Dewo sama Mbak Ayu bisa rujuk lagi."

"Kamu, ya!" Lengan dan kepala sudah, sekarang saatnya menggelitiki pinggangnya.

"Ampun, Mbak!" Intan menjerit, menggeliat ke sana ke mari seperti cacing kedinginan. Eh, kepanasan.

"Apanya yang salah sih, Mbak? Toh, kalian sama-sama single ini."

"Terus?"

"Siapa tahu saling membutuhkan."

"Kenapa harus Mas Dewo?"

"Karena adanya cuma dia."

"Heh!"

"Maksudku di sekitar sini pemuda-pemudanya udah pada sold semua. Yang tersisa cuma Mas Dewo. Ada sih berondong-berondong labil, tapi Mbak Ayu pasti gak suka. Selera Mbak kan ahjussi-ahjussi."

"Ya, seenggaknya memang harus lebih  dewasa."

"Nah. Mas Dewo udah yang paling pas."

"Betewe, kok jadi kamu yang ngebet banget jodoh-jodohin mbak sama dia. Kenapa?"

"Karena ada peluang, jangan nyesel kalau sampai Mbak kehilangan kesempatan lagi. Nanti mewek, sedih, terus kabur lagi, susah move on lagi."

"Haist!" Ini anak kenapa kalau ngomong suka agak-agak benar.

Ayu kecil lebih percaya diri menempel dan mendekati Mas Dewo dengan segala kepolosannya. Bertingkah absurd demi mendapatkan perhatian. Namun, Ayu remaja adalah gadis pemalu yang mulai mengerti rasa suka terhadap lawan jenis tetapi tidak berani mengakui apalagi mengatakan. Dipendam saja sudah.

Aku membawa segenggam cinta sendirian tanpa ingin membaginya. Aku terlalu takut menyebut itu jatuh cinta. Namun lucunya, aku malah patah hati duluan sebelum berhasil mengungkapkan. 

Saat Mas Dewo menemukan belahan jiwa, saat dia membawa wanita lain mengarungi bahtera rumah tangga. Saat itulah aku tersadar bahwa ... aku tetaplah Ayu kecil di matanya.

"Lepas masa Iddah, Mbak Ratri langsung nikah sama selingkuhannya, Mbak. Tapi Mas Dewo anteng-anteng aja."

"Patah hati itu bukan penyakit yang bisa disembuhkan secara instan, paham! Karena jadi pelajaran supaya nanti lebih berhati-hati dan selektif dalam mencari pasangan. Posisi Mas Dewo sama persis dengan posisi mbak saat ini, Tan."

Alih-alih ingin segera move on, aku pernah nekat menjalin hubungan dengan seseorang.  Kupikir dengan begitu, nama Mas Dewo akan cepat terhapuskan. Namun ternyata sulit.

Begitu syuuulit, seperti yang dibilang anak Tik Tokers yang pernah viral itu.

Dua tahun terkatung-katung tak tahu ke mana hati ini akan terlabuhkan. Mas Burhan hadir merentangkan tangan. Kenyamanan yang dia berikan mampu membuatku terjatuh dalam pelukannya.

Bagiku, lelaki gentle adalah lelaki yang memiliki komitmen untuk membina hubungan serius. Bukan pemberi harapan tanpa kepastian. Dan Mas Burhan  memenuhi kriteria yang kuinginkan andai saja ... dirinya masih sendiri, belum beristri.

Duda Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang