Setiap menjelang Lebaran, ditemani dua orang cucunya yang masih bocah, Mbok Darmi menyiangi rerumputan liar yang tumbuh tinggi diatas makam suaminya.
Meski sudah keriput, tangan itu masih tampak aktif saat menyabetkan kored untuk menggaruk akar-akar yang menjalar.
Bocah-bocah yang mengantarnya ikut mencabuti beberapa rumput yang mudah untuk dicabut.
Setelah terlihat rapi ia pun menyiramkan air dari sebuah wadah kaca bekas makanan bayi keatas tanah yang menggembur.
Wadah yang berbentuk gelas bertutup itu kemudian ia telungkupkan di sebelah nisan kayu yang sudah lapuk.
"Makamnya sudah bersih, dengan begitu besok kalian dan bapak kalian bisa berziarah dengan tenang"
Ia lalu menggiring kedua cucunya meninggalkan pemakaman.
_________Mbok Darmi tak tahu pasti tahun berapa ia dilahirkan, ayahnya meninggal dunia sejak ia masih bayi dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya.
Meski tidak bersekolah Mbok Darmi adalah seorang pendongeng handal, ia kerap menceritakan tentang kisah-kisah masa lalunya, dan beberapa dongeng yang ia dengar dengan fasih pada cucunya, meskipun terkadang dongeng-dongeng itu terdengar konyol.
Tapi berkat kisah-kisah itu cucunya mengenal tentang sabak dan berbagai nama peralatan dapur tempo dulu yang kian langka saat itu.
Ia juga pernah menceritakan sebuah alat bernama ronggeng mesin, yang katanya kerap ditabuh lurah di tempat tinggalnya untuk menghibur warga.
Meskipun kemungkinan besar alat itu adalah gramofon, tapi sejatinya apa sebenarnya alat yang ia maksud masih menjadi misteri.
Mbok Darmi memiliki kisah cinta yang agak lain, ia berkali-kali menikah dan berganti suami, dan kerap mengalami keguguran.
Sampai akhirnya hatinya berlabuh pada seorang pria dan dikaruniai dua orang anak.
Suami Mbok Darmi adalah tipe pria yang keras, ia kerap dibentak jika melakukan kesalahan.
Tapi Mbok Darmi tidak pernah membantah dan selalu mendampingi sang suami.
Bersama sang suami ia rela berjalan kaki untuk mendorong gerobak sejauh 1,5km setiap harinya untuk berjualan bandrek.
Begitu suaminya jatuh sakit, ia melayaninya dengan telaten, dan tetap berjualan ditemani oleh putrinya.
Sampai akhirnya suaminya itu meninggal dunia empat tahun setelah kelahiran kedua cucu yang suka mengekor padanya.
Kedua bocah itu adalah anak dari putra dan putrinya, usia keduanya hanya terpaut tiga bulan.
Cucu perempuannya yang lahir duluan adalah putri bungsu dari putri sulungnya.
Dan cucu lelakinya yang lahir kemudian adalah putra sulung dari putra bungsunya.
Mbok Darmi kerap membawa keduanya berkeliling untuk berjualan gorengan ke tempat latihan para anggota angkatan berkuda, karena tempat tinggal mereka dekat dengan Detasemen Kavaleri Berkuda.
Seiring bertambahnya usia mereka semakin jarang menemani nenek mereka dan mulai sibuk dengan dunianya masing-masing.
Tahun demi tahun berlalu, bukannya mendapat hidup yang kian nyaman, hidup Mbok Darmi malah kian terombang-ambing.
Sepetak rumah peninggalan dari suaminya terpaksa ia jual, ia pun hanya bisa mondar-mandir dari rumah putrinya lalu ke rumah putranya, kadang pergi ke rumah saudaranya.
Sisa hidupnya ia habiskan di sebuah tempat terpencil, dalam gubuk sederhana bersama anak dan menantunya, dikepung udara dingin yang menusuk.
Sampai suatu hari, Mbok Darmi melepas raganya tanpa siapapun berada di sisinya, karena anak menantunya tengah sibuk bekerja.
Pemakamannya pun berlangsung dengan tenang, tanpa lelehan air mata yang berarti.
Para anak dan cucunya lebih merasa lega daripada sedih, dengan alasan tubuh Mbok Darmi sudah terlalu renta jika Tuhan masih memperpanjang umurnya.
Karena ekonomi yang menghimpit, putra-putri Mbok Darmi akhirnya mengistirahatkan jasad itu di sebuah tanah pemakaman yang asing.
Jauh dari kerabatnya, jauh dari peristirahatan suami yang selama ini ia layani.
Bahkan bertahun-tahun kemudian, makamnya pun ikut menjadi asing.
Tak satupun anak cucunya pernah berkunjung, kesetiaannya dulu ternyata tidak berbalas.
Tapi suatu malam wajah Mbok Darmi yang tengah mengunyah kue bolu gula merah terlintas di benak salah satu cucunya, dan dengan rasa rindu ia berdo'a.
"Ya Tuhan... ampunilah dia, belas kasihanilah ia, hapuskanlah dan ampunilah dosa-dosanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Women
Короткий рассказKumpulan kisah pendek dari para wanita. Terinspirasi dari beberapa kisah hidup para wanita yang mengalir di sekitarku, dengan keunikan dan kesulitannya masing-masing.