SMA vargaroth, adalah sekolah yang terkenal akan Adiwiyata. Sekolah bersih dan sehat. Dengan lapangan yang sangat luas. Dan greenhouse yang menambah kesan indahnya sekolah ini.
Berdirinya Mita di depan gerbang sekolah. Mengenakan baju seragam yang rapi dan tas yang sederhana.
Sejujurnya ia sedikit gugup, tapi ia berusaha untuk percaya diri. Ia membersihkan kacamatanya kemudian menarik nafas dalam dalam dan mencoba tenang. Kemudian mengambil langkah maju memasuki sekolah barunya.
Ia menuju ruang kepala sekolah. Tak lupa mengetuk pintu sebelum masuk.
"Jadi kamu anak pindahan itu ya?..mm namamu Crismita Sari Anggiyani,betul?." Tanya Kepala sekolah.
Mita hanya mengangguk karena terlalu gugup. Sebenarnya wajah kepala sekolah sangatlah menyeramkan. Tapi untunglah Mita memakai masker, jadi wajahnya tidak terlihat.
Kepala sekolah memeriksa sebuah buku dan seperti sedang mencari sesuatu. Mita menunggu dengan tenang.
"Ini dia...kamu akan masuk ke kelas IPA-9B." Ucap Kepala sekolah. Mita hanya mengangguk nurut.
Terdengar suara ketukan pintu, terlihat di ambang pintu seorang laki laki dengan badan yang cukup tinggi. Dia tersenyum saat berbicara kepada kepala sekolah membuat Mita menghela nafas
"Crismita, dia Nael ketua kelas IPA-9B, pergilah bersamanya."
"Terimakasih pak." Mita berterimakasih sambil membungkukkan badan dan mengikuti Nael.
Sebenarnya kelas IPA-9B sama sekali tidak jauh dari kantor kepala sekolah. Mita melihat kesana kemari. Terpajang banyak piala, tapi yang membuatnya heran. Kenapa piala kesenian sama sekali tidak ada? Mita yang pintar menggambar sedikit tersinggung. Apa di sekolah ini tidak ada yang minat melukis atau menggambar?. Mita memasang raut kesal.
"Kita sampai...." Ucap Nael membuyarkan lamunan Mita.
Di depannya kini adalah sebuah kelas dengan jelas terpampang papan nama IPA-9B diatasnya. Terdengar suara yang sangat ramai di dalam, mirip seperti pasar. Mita menengok ke samping, terdapat kelas IPA-9A. Kelas itu tampaknya sangat tenang samasekali tak ada suara gaduh.
Mita menelan ludahnya,saat itu kelas IPA-9B sedang tertutup. Perasaannya tidak enak. Jika bisa memilih, Mita lebih ingin ke kelas sebelah.
Nael mulai membuka pintu. Sekejap kemudian, Mita mematung. Belum masuk saja sudah terlihat betapa kacaunya kelas ini.
Para lelaki bermain bulu tangkis di depan papan tulis. Tentu menggunakan kok. Tapi yang uniknya mereka menggunakan barang barang random. Seperti sapu, papan kayu,ikrak, dan barang barang lain yang bisa digunakan untuk memantulkan kok.
Mita jadi tambah gugup untuk masuk kedalam. Nael sudah masuk duluan ke kelas. Mita sedikit mengintip, terlihat sangat urak urakan. Bisa satu meja di kumpuli banyak anak. Banyak yang sedang ngegibah, bermain brutal, jahil, dan lain lain.
"Woi.. duduk duduk...ada pengumuman inii." Teriak Nael sehingga semuanya menurut dan duduk.
Mita diam dan menjadi semakin gugup. Semua hanya melihat kearahnya. Perlahan ia masuk dan berdiri di samping Nael. Mulut Mita terasa kaku saat ia merasa terintimidasi dengan tatapan mereka semua.
"Ada murid baru...pindahan." Ucap Nael singkat,padat, dan jelas.
Nael mengkode bahwa Mita harus memperkenalkan diri.
"A-aku.. Crismita s-sari Anggiyani." Mita terlalu gugup hingga bingung ingin mengatakan apa.
Sekejap kemudian semuanya kembali ramai. Nael pun juga bergabung dengan yang lain. Mita bingung harus duduk dimana.
Dia berjalan perlahan kearah belakang, hingga terdapat satu tempat duduk yang kosong. Dia dengan ragu duduk.
Hening~
Kawan sebangkunya hanya diam saat Mita duduk di sampingnya. Mita tak terlalu peduli, jika dia tidak mengajak bicara Mita tak akan mengajaknya bicara.
Mita pun melihat dia sibuk dengan handphonenya. Mita pun mengambil handphonenya dan membukanya hanya untuk hiburan.
Kabar buruk paket internet nya habis. Mood Mita langsung buruk, dia bosan. Dia memasukkan handphone ke tas dan mengeluarkan buku.
Dia mulai mencoret coret buku hingga terlihat suatu gambar. Moodnya tambah buruk saat bolpointnya kehabisa tinta. Mita menghela nafas panjang. Ia melihat ke samping, teman sebangkunya masih sibuk dengan handphonenya.
Mita melirik nama dibajunya. Dan memberanikan diri untuk membuka percakapan.
"Hei..mm..Laura?." Panggil Mita gugup.
"Ya?." Dia menanggapi dengan cepat.
"Aku boleh pinjem bolpoint nggak? Punyaku habis." Ucap Mita tersenyum kikuk.
Terlihat Laura membuka tasnya dan mengeluarkan tempat pensil, ia memberikan bolpoint pada Mita.
"Makasih.."
"Iya.."
Mita sedikit berubah pikiran. Laura sepertinya sama dengannya, jarang berinteraksi sosial. Jadi ya terlihat cuek.
*********************************
Saat guru menjelaskan, Mita mencoba fokus. Sesekali ia melirik, banyak yang tidur dan bermain sendiri. Mita pun melihat Laura melihat ke guru, baguslah dia tidak pemalas.
Saat selesai menjelaskan, guru itu langsung memberikan soal dan diberi waktu untuk mengerjakan. Sebelum dikumpulkan.
Mita mengerjakan dengan tenang dan diam. Sesekali ia membuka buku halaman terakhir hanya untuk menghitung. Sesekali ia mencoba rumus yang lain.
Tiba tiba saja ada yang menyenggol tangannya. Mita menoleh ke samping mendapati Laura sedang bingung.
"Aku boleh liat?." Tanyanya.
"Boleh." Mita langsung menyodorkan bukunya.
Laura pun mencatat semua yang dikerjakan Mita. Dan mengumpulkan dengan jawaban yang sama persis dengan Mita. Mita tak masalah selama dia tidak dimusuhi.
"Mau jajan?." Tanya Laura.
"Nggak aku ngga bawa uang." Tolak Mita lembut.
"Ngga papa aku jajanin." Laura menarik lengan Mita untuk mengikutinya.
"Ngga mau.."
"Ngga papa."
**************************
"Makasi." Mita sedikit tidak enak, baru pertamakali bertemu Laura sudah melakukan ini.
"Sama sama."
"Kamu sekolah naik apa?." Tanya Mita hanya sekedar basa basi.
"Dianterin."
"Nanti keluar bareng ya?."
"Iya.."
.
.
.
Teman pertama
KAMU SEDANG MEMBACA
Crismita
Teen Fiction"Dunia ini memang terkadang kejam dan tidak adil. Tergantung bagaimana kita menjalaninya."-Crismita. Hidup dalam kemiskinan itu sangat menyulitkan, apalagi jika harus menjual sesuatu yang berharga hanya untuk bertahan hidup. Termasuk yang namanya ha...