Tangannya menggenggam hangat pada tangan putih pucat, Sakura menatap pada wanita yang terbaring di atas ranjang seperti putri tidur dalam dunia dongeng.
"Mahkota, aku akan memakainya sendirian, tidak kah kau ingin bangun dari tidur panjangmu?" Dia bertanya, menatap pada seseorang yang sama sekali tidak bisa membalas ucapannya.
Kepala tertunduk, Sakura masih menggenggam tangan Mebuki, untuk berapa saat dia hanya diam dan menunduk. "Aku akan memimpin kekaisaran, bukan hanya wilayah Marquess. Dan akhir hidupku, tidak akan sama denganmu, ibu." Dengan sungguh-sungguh, dia berucap.
Sakura mencium tangan Mebuki, yang terasa cukup dingin seperti salju di musim ke-4 kekaisaran, helaan nafas terdengar, emerald memandang ke selimut mantan Machioness, menutupi selimut yang semula sebatas pinggang hingga sekarang tertutup diatas dada.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Badannya membungkuk, memberikan rasa hormat, emerald menatap pada sebuah sepatu kulit coklat yang berpijak di depan berjarak 3 langkah dari Sakura.
"Saya memberi hormat pada cahaya kekaisaran, putra Mahkota Itachi." Senyum simpul singgah di bibir putri bungsu pasangan Marquess, emeraldnya bergulir menatap pada Pria yang berdiri balik menatap dengan manik onyx.
Uchiha Itachi, menatap emerald. Mata itu menyipit, kala senyum dan anggukan sekilas menjadi respon atas ucapan Sakura. "Lady Haruno."
Kaki melangkah, mempersempit jarak ruang di antara dia dan perempuan yang menjadi putri mahkota. "Kau tumbuh dewasa, senang bertemu denganmu," ucap Itachi, meraih tangan mungil, ciuman di punggung tangan diberikan sebagai bentuk kehormatan.
~~~~~~~~~~~~~~~
Dia melangkah, kaki mungil berjalan di lorong kastil, pintu di ujung lorong menjadi tujuan. Cahaya masuk dari satu sisi sepanjang jendela menuju tempat dimana kaki Sakura melangkah.
Seorang perempuan, keluar dari dalam ruangan. Dia menutup pintu kembali, sama sekali belum menyadari kehadiran Sakura di ujung lorong.
Berhenti, kakinya terpaku diam di tempat, emerald Sakura menatap seorang perempuan, yang dia kenal selama dia hidup.
Kunci di putar dua kali, dia memutar badan, manik ruby bergulir menatap lorong. Menyadari, bahwa ada orang lain di kastil sayap kanan selain dia.
"Sakura." Karin berucap, putri tertua melangkah mendekat menghampiri Sakura yang masih diam dan terus menatap padanya.
Satu langkah mundur, di lakukan Sakura. "Kau pasti begitu bosan, dengan semuanya hingga begitu banyak tempat di kediaman Marquess, namun kau memutuskan untuk datang ke sini, kak Karin."
Respon Sakura, membuat Karin berhenti mendekat. "Sakura, aku..."
"Diam! Nanti, atau sekarang. Tidak ada, satupun ucapanmu ingin aku dengar."
Intonasinya tinggi, Sakura membentak kakak perempuan yang akan menjadi Viscountess of Bligh dalam dua hari mendatang. Dia memejamkan mata, menyingkirkan semua ekspresi di wajah. Emerald bergulir menatap Ruby tanpa minat.
Kembali melanjutkan langkah, Sakura berjalan melewatinya, tidak perduli pada Karin. High heels menginjak lorong, menimbulkan bunyi langkah.
"Jangan pernah ke sini, Karin."
Membalik badan, Karin menatap pada punggung Sakura yang terus menjauh dari jangkauan. "Kenapa aku tidak boleh ke sini Sakura?!"
"Banyak yang ingin, aku bagi dengan ibu. Tidak hanya kau, yang merindukannya," lanjut Karin, dia bersuara lantang. "Dia juga ibu-ku!"
"Tidak! Kau bukan!" Tersalut emosi, Sakura membalikkan badan menatap pada perempuan bersurai yang juga balik menatap. "Hanya aku, karena kau dan kak Sasori adalah anak Machioness Sara."
KAMU SEDANG MEMBACA
The crown
FanfictionMahkota, tentu berkilau tapi apa untuk dapat memakainya, sebuah kilau akan cukup?