Halo semua, setelah sekian lama aku gak ada kabar apapun. Akhirnya aku balik lagi dengan cerita ini.
Semoga cerita ini bisa kalian nikmati dan tolong jangan sungkan untuk kasih aku kritik serta sarannya, aku terbuka untuk itu.
Happy reading semuanya!
***
"Sabtu depan kalian beep test lagi." suara paling menyebalkan masuk menusuk gendang telinganya, membuat ia berdecak diam-diam. "Dan gue harap, minimal kalian bisa mencapai level 15."
Mencapai level 15 dalam beep test itu tidaklah mudah, berlari jatuh bangun mencoba untuk tidak tertinggal dari suara tetot-tetot yang semakin cepat, seiring bertambahnya level tersebut. Membuatnya hampir saja ingin membuang speaker itu jauh-jauh.
Walaupun begitu, Ia tidak berniat untuk mengeluarkan protes apapun. Hanya bisa mengumpat diam-diam dan merapalkan doa sebanyak mungkin, berharap kakinya tidak copot setelah beep test ini selesai.
"Kalau gitu sabtu depan gue izin ya Bang!"
Bang Damar terkekeh, "Khusus buat lo, gue tandain ya Ry." ujarnya dengan begitu ringan, ringan sekali sampai ingin rasanya ia pukul.
Airy itu nama gue, lebih tepatnya Fairy Zefanya. Pagi ini mereka sedang berkumpul di pinggir lapangan sekolah, melakukan latihan rutin berupa penambahan skill dan kekuatan fisik.
Suasana hari ini belum terlalu terik, karena jam masih menunjukan pukul 10 pagi, ditambah mereka sedang dispensasi. Jadi masih bisalah untuk bersantai ria disini.
"Gak langsung ke level 21 aja Bang? tanggung amat." ceplos Genta, terdengar begitu jengkel.
"Mau?" tanya bang Damar, disambut dengan gelengan kuat dari Genta. Membuat sang pelatihnya itu tertawa keras, menyugar rambutnya ke belakang. "Gue sih dengan senang hati ya." lanjut Bang Damar.
"itu mah lo aja yang senang hati, kita yang bersusah hati Bang." kata Genta.
Bang Damar terkekeh, "By the way, gimana temen lo si Geo-Geo itu Ta? jadi join dia?" tanyanya sambil membuka gulungan kertas yang sedari tadi ia pegang. Kini matanya terfokus pada kertas tersebut, mencoba menganalisis hasil beep test yang telah mereka lalui hari ini.
"Jadi, tapi si Geo hari ini lagi ada keperluan." jelas Genta.
"Lumayan sih tambahan personil buat cowoknya," bang Damar menyimpan hasil tumpukan kertas itu disampingnya. "Tinggal ngejar beberapa materi dari gue doang."
Genta duduk bersila dengan kedua tangan dibelakang sebagai tumpuan. "Udah ada basic skillnya dia mah bang, cuma harus dipoles sedikit biar greget."
Disini, memang Genta lah yang paling bisa diandalkan. Selain karena dia seorang senior, skillnya juga memumpuni. Ditambah sejak menginjak Sekolah Dasar, Genta memang sudah menceburkan diri pada dunia basket. Jadi ia tau hal-hal dasar ataupun ruwet mengenai perbasketan.
"Dia seangkatan kan ya sama lo Ta? anak mana dia? IPA atau IPS?"
"Anak IPA. Sebenernya udah lama dia mau join." Genta melirik gue sekilas.
"Kenapa?" tanya gue tanpa suara, namun tidak ada jawaban dari Genta yang langsung memalingkan wajahnya.
Dasar Genta sialan.
Jelas saja ia tidak tau Geo, toh ternyata dia anak IPA. Jadi di SMAPUS - SMA Pusaka. Memang gedung ipa dan ips sengaja untuk dipisahkan, entah seberapa kayanya yang mempunyai yayasan ini. Tapi tidak heran juga sih, siswa-siswi disini banyak. Ditambah sebuah fakta bahwa sekolah ini memang menjadi salah satu sekolah terfavorit di Daerahnya, jadi yasudah lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Was Your Man
Teen Fiction[ON-HOLD] Semua ini bermula dari Airy yang tiba-tiba mendapatkan sebuah paperbag merah bermotif batik, dari laki-laki yang merahasiakan identitas dirinya. Bagaimana reaksi Airy saat mengetahui semuanya? Apakah ia akan menerima laki-laki tersebut, at...