15. Bermalam

5.1K 486 356
                                    

Padahal mau aku unpublish cerita ini. Ternyata masih banyak juga yang suka huhuhu

Kenapa sih suka sama ceritanya?
Padahal banyak cerita yang mengisahkan mantan pacar

**

"Lo bisa bicara sama gue. Pacarnya Nahla."

Askara menatap Nahla dengan penuh tanda tanya. Kaget dan bingung namun Askara hanya diam. Mendengar apa yang Regan katakan selanjutnya.

"Jangan terlalu maksa. Gue tau Nahla yang minta lo ngaku sebagai pacarnya. Pulangin dia sama dengan lo jemput dia. Nggak ada kurang ataupun lebih." kemudian sambungan telpon terputus.

Askara menghembuskan nafasnya, mengulurkan tangan memberikan ponsel. "Gue nggak tau circle pertemanan lo ada Regan di dalamnya. Gue kira lo sama seperti anak biasa lainnya."

Nahla mengambil handphone. "Circle gue beda sama Regan." katanya tersenyum kecil.

"Apa pertanyaan gue terlalu jauh kalau gue tanya dari mana lo kenal Regan?"

"Dia kakak kelas gue." jawab Nahla singkat.

Askara mengangguk kemudian tersenyum kecil. Hubungan adik dan kakak kelas tidak ada yang seperti itu. Apapun hubungan keduanya Askara tidak berhak tahu lebih dalam. Askara hanya kaget Nahla mengenal seorang Regan. Apalagi dengan bentuk perhatian Regan yang menyebalkan, pasti ada sesuatu di antara keduanya.

Nahla lebih banyak diam membuat Askara menatap wajahnya dari samping. Ada sesuatu yang menarik dari Nahla untuk Regan. Askara membuang napas, tersenyum kecil. Kenapa ia harus berhubungan dengan perempuan yang sama lagi.

Kunjungan resmi berakhir, berpamitan kepada pihak sekolah. Semua berkumpul untuk mengabadikan satu potret foto yang akhirnya muncul di postingan instagram terbaru official bunga bangsa. Nahla yang duduk di samping Askara pun menjadi topik hangat karena wajahnya berhasil mencuri perhatian. Beragam komentar muncul, membuat notifikasi permintaan pertemanan Nahla membludak.

Nahla menggigit bibir bawahnya. Kini ia sudah duduk di mobil Askara. Keduanya sedang dalam perjalanan pulang. Pantas saja Regan tahu, Nahla baru membuka sosial media dan banyak sekali foto dirinya. Seketika Nahla menjadi takut, dengan semua popularitas orang di sekelilingnya.

Meletakkan handphone ke atas paha, Nahla duduk gelisah membuat Askara menoleh sekilas.

"Kenapa?"

Nahla menggeleng dengan senyuman kecil menutupi rasa takutnya.

"Apa?" tanya Askara tidak puas dengan respon yang Nahla berikan.

Nahla menunduk mengusap pahanya yang di lapisi celana jins panjang. "Sebenarnya gue menghindari beberapa orang karena tidak ingin menarik perhatian. Tapi sepertinya terlambat, semua orang langsung penasaran sama gue dikarenakan lo di dekat gue selama kunjungan."

"Aa.." Askara membuka mulutnya kemudian menguncinya rapat. Ia merasa bersalah sudah membuat privasi orang terganggu. Askara juga tidak tahu jika antusias mereka terhadap Nahla lebih. Lagi pula dari dulu Askara tidak pernah menanggapi jika ia dekat dengan seorang perempuan. "Sorry, gue nggak tahu lo nggak nyaman. Biasanya juga nggak seperti ini. Ada banyak orang di dekat gue tapi mereka nggak sampai seheboh ini."

Nahla hanya tersenyum kecil. Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Sebisa mungkin Nahla bersembunyi akan ada cara jika takdir mengatakan berbeda. Nahla harus siap dengan resiko. Jujur saja, Nahla tidak ingin masuk dalam dunia Askara maupun Regan.

Karena perjalanan masih tiga puluh menit lagi. Keduanya berhenti sebentar di salah satu warung makan UMKM. Nahla tidak keberatan karena hari sudah malam dan perutnya lapar.

Regan & NahlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang