2. TAK KENAL, MAKA TAK SAYANG

31.4K 3.6K 6.7K
                                    

HALOO, VOTEE YAAA <3

KOMENTT JUGAAAA

SELAMATT MEMBACA, SEMOGA SUKAA, AAMIIN.

2. TAK KENAL, MAKA TAK SAYANG

Rejeki tidak melulu soal uang. Kamu, contohnya.
***

Bell berbunyi, kemudian secepat kilat siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing, menuju parkiran dan gerbang keluar sekolah dengan wajah-wajah lesu namun riang. Pulang sekolah selalu jadi dambaan, entahlah, euforianya selalu saja begitu.

Alaska mengambil motornya, yang kebetulan bersebalahan dengan motor besar, sama dengan motornya. Laki-laki itu mengamati motor itu lekat, lalu tersenyum kecil ketika ada orangnya.

"Motor lo?" tanya Alaska pada Angkasa. Mereka sama-sama tahu nama, namun, baru kali ini bertegur sapa.

"Kenapa? Mau balapan?" tanya Angkasa. Mata elangnya menyorot Alaska.

Alaska menggeleng, tertawa kecil, "Weits, haha, nggak, gue cuman mau bilang kalau, motor lo bagus," puji Alaska. Warna, body motor, dan stiker tengkorak hitam membuat Alaska kagum.

"Basa basi," balas Angkasa ikut ketawa meski tidak selebar Alaska. 

Suasana pulang sekolah di parkiran amat sesak, banyak pengguna motor yang tidak ingin mengalah, berlomba-lomba keluar, pulang cepat.  Suara klakson yang tidak seharusnya juga heboh.

"Btw, nama lo Angkasa kan?" tanya Alaska.

"Iya."

Alaska menjulurkan tangannya, berkenalan, "Gue Alaska."

Angkasa terlihat mengangguk, meraih tangan Alaska, membalasnya, kemudian melepasnya segera, dan memberinya tonjokan kecil, "Anj, klasik banget."

"Anyway, gue bisa jadi teman, sahabat, atau apalah," jelas Alaska. Bak menawarkan diri kepada Angkasa. Ia kerap melihat Angkasa sendirian juga, sama seperti dirinya. Pun ia tahu, kalau Angkasa, punya banyak kenalan di kalangan senior.

"Pembantu nggak bisa?" tanya Angkasa.

"Bangsat."

Lalu keduanya tertawa, hingga terdengar suara besar ini yang mengalihkan pandangan, "WOII WOII AIR PANAS AIR PANAS, BOBBY BAIK ALMERO MAU LEWAT," suara Bobby kemudian terdengar, membelah kerumunan dan sesaknya parkiran di jam kritis pulang sekolah itu.

"Heboh bener," monolog Alaska.

Angkasa mengamati Bobby, ia ingat wajah yang beberapa hari yang lalu ia mintai es teh di lapangan. Di tengah-tengah orang memakai motor, dia sedang berkendara menggunakan sepeda.

Angkasa meneriakinya, berulang kali, hingga laki-laki itu menoleh, "WOI?"

Bobby menatap Angkasa, dan sontak di kepalanya itu terbesit akan es teh, "Gue nggak punya es teh lagi," sahut laki-laki itu dari atas sepedanya.

"Haha, kenapa tuh dia?" tanya Alaska pada Angkasa ketika mendengar kalimat Bobby.

"Gue pernah palak es tehnya," jawab Angkasa. Ia lalu memberikan kode pada Bobby untuk menepi sebentar di sebelahnya. Angkasa ingin memberi laki-laki bertubuh gempal itu sesuatu.

Riang Bobby menepi, lalu mensejajarkan sepedanya dengan motor Angkasa dan Alaska agar tidak menghalangi jalan.

"Apa nih?" tanya Bobby.

"Nama lo siapa?" tanya Angkasa.

Dengan sumringah, Bobby menaikkan tangannya, memperkenalkan diri, "Nama lengkap Bobby baik Almero, biasa dipanggil Bobby, Bob, dan makan."

JANGAN LUPA, YA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang