3. AWAL UNTUK LINGKARAN YANG PENUH

30.3K 3.4K 6.4K
                                    

HALOOOO

VOTE DAN KOMENTT BANYAK-BANYAK <3

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKAA, AAMIIN.

3. AWAL UNTUK LINGKARAN YANG PENUH

Temukan banyak manusia, untuk melanjutkan hidup, untuk mengenal senang yang lebih.

***

Malam ini, Angkasa keluar rumah. Berkumpul dengan senior-senior sekolahnya di sebuah kafe yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolah. Ya, laki-laki itu, diberi kebebasan oleh orang tuanya karena mereka teramat jarang berada di rumah. Jadi, siapa saja yang mengajaknya keluar, biasanya Angkasa akan segera meng-iya-kan. Ia bergabung di circle manapun.

Malam ini, banyak sekali obrolan yang tercipta, seperti pada pertanyaan ini.
"Salah satu cara senang di bumi?"

"Punya sahabat," jawab senior yang sedang merokok itu. Kak Alfian namanya. Ia lalu menjelaskan. "Apa ya? Punya sahabat itu, lo akan tahu kalau bumi ini nggak sehampa dugaan lo, dan sebangsat itu buat dijalani. Dengan sahabat, banyak hal konyol yang akan buat lo lupa dengan kesedihan, dengan punya sahabat, misalkan lo nggak punya rumah, sahabat bisa mendefinisikan itu."

"Punya sahabat, lo akan merasa di dengarkan."

"Punya sahabat, lo bisa pinjam duit haha," lanjut Kak Andre. Yang membuat semuanya tertawa.

"Woi, bukannya punya pacar?" tanya Kak Jaya.

"Yaelah, pacar bisa putus, bisa selesai. Sahabat mah enggak, sahabat itu selamanya," jawab Kak Andre. Tepat.

Angkasa yang tadinya fokus mabar game free fire, mendongak, menelaah jawaban-jawaban dari seniornya itu. Benar, salah satu cara senang di bumi, adalah punya sahabat, namun sayangnya, dirinya belum berkesempatan.

Kak Alfian menatap Angkasa, "Cari teman lo, jangan nongkrongnya sama kita mulu, yang seangkatan lah, Sa. Supaya bisa ngerasain nugas bareng, bolos bareng dan lulus bareng."

"Angkasa mah milih-milih nyari teman," Opini Kak Agus.

"Anjing, enggak lah," balas Angkasa, cepat.

Sebenarnya bukan milih-milih, tentang kenapa Angkasa belum punya sahabat seperti definisinya, karena ia merasa belum ada orang yang sefrekuensi dengan dirinya. Belum ada orang yang rela datang, menerima kekurangannya, tanpa melihat kelebihan yang ia punya.

"Gini, Sa," kak Alfian mulai memberikan wejangan. Diantara banyak senior yang Angkasa kenal, memang Kak Alfian yang paling bijak. "Masa sekolah itu, bukan cuman cari ilmu, cari pengetahuan, atau pujian. Sangat sempit dunia pendidikan jika lingkarannya cuman itu doang. Masa sekolah itu, era nyari jati diri, relasi, yang mana, sahabat adalah utamanya."

"Karena bukan cuman dari guru dan buku kita belajar, tapi, dari orang-orang yang sedang belajar juga," lanjut Kak Alfian.

Malam ini sepertinya jadi nongkrong malam yang beda bagi Angkasa. Rasanya selama ia SMP, baru kali ini, otaknya tiba-tiba terdoktrin dengan pemikiran Kak Alfian.

"Menikmati makanan sendiri memang enak, tapi, menikmati makan dengan ramai jauh lebih lezat," tutur Kak Andre. Menggambarkan. "Gitu rasanya kalau punya sahabat."

"Jadi, berhubungan, kita-kita udah mau lulus, lo jalanlah, berkawan, temukan persahabatan yang bisa lo bawa sampai lulus juga, atau paling lamanya, sampai lo mati," ucap Kak Alfian.

"Lo ngusir gue dari tongkrongan, Bang?" tanya Angkasa.

Senior-senior ini, amat peduli dan sayang dengan Angkasa. Karena sejak ia sekolah, Angkasa selalu ikut mereka. Dan memang cuman dia yang junior. Agak miris, membiarkan Angkasa sendirian. Meski diantara mereka tidak ada nama, atau apalah yang menyebutkan mereka.

JANGAN LUPA, YA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang